
Oleh: Fathurrahim Syuhadi – Penulis produktif PWMU.CO dan Wakil Ketua PDM Lamongan
PWMU.CO – Moh Noor Hasjim lahir pada tanggal 17 Nopember 1937 di desa Tlanak Kedungpring Lamongan. Ia merupakan anak dari pasangan Nur Aslam dan Supiyah
Noor Hasjim, seorang pemuda desa yang cerdas, menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Rakyat (SR) Negeri, lulus pada 1947. Ia kemudian melanjutkan ke Kulliyatul Mualimin Gontor dan lulus pada 1955. Setelah itu, ia menamatkan jenjang SMA/C pada 1958. Noor Hasjim sempat melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, hingga tingkat II pada 1960.
Dari pernikahannya dengan Umu Kulsum pada tanggal 27 Juli 1966, ia dikaruniai enam orang anak, yaitu Zahratus Saadah, Chalid Ibrahim, Hilmi Fauziyah, Ana Husniah, Ifadah Hanim, dan Haris Subarkah.
Pria bergolongan darah AB ini dikenal sebagai guru yang sangat tegas dan disiplin. Ia fasih berbahasa Arab dan Inggris, serta dikenal pula sebagai mubaligh yang berprinsip teguh.
Sehari-harinya, selain mengajar, ia juga mengemban tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah di SMP Muhammadiyah 3 Kedungpring selama beberapa periode. Sekolah tersebut berdiri pada 1 Agustus 1966, dan ia tercatat sebagai Kepala Sekolah pertama.
Noor Hasjim dikenal sebagai aktivis dan mubaligh yang tangguh. Sejak muda, ia aktif sebagai Pimpinan Pemuda Muhammadiyah. Selain itu, ia juga aktif di Muhammadiyah, jabatan terakhirnya adalah Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kedungpring.
Selain menjadi guru dan Kepala Sekolah di SMP Muhammadiyah 3 Kedungpring, pria dengan tinggi badan 160 cm ini juga menjadi inisiator berdirinya Balai Kesehatan Muhammadiyah PKU Kedungpring, yang kini telah berkembang menjadi Klinik Pratama Muhammadiyah Kedungpring.
Pada periode awal pendirian Balai Kesehatan Muhammadiyah PKU Kedungpring, Noor Hasjim langsung memegang kendalinya sebagai Ketua Pelaksana. Hal ini berlangsung sampai ia wafat.
Sebagai guru, Kepala Sekolah, dan Ketua Pelaksana Balai Kesehatan Muhammadiyah PKU Kedungpring, ia dikenal sebagai aktivis yang sangat disegani.
Pada periode 1980-1985, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kedungpring mulai dirintis. Berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Nomor M.129/C.13/90 tertanggal 26 Rabiul Awal 1411 H atau 16 Oktober 1990, secara resmi dinyatakan bahwa Muhammadiyah Kedungpring berdiri dengan Noor Hasjim sebagai ketua pertamanya.
Hasjim mulai menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah pada periode 1980-1985. Selanjutnya, ia memimpin Muhammadiyah Kedungpring selama lima periode berturut-turut, yakni dari tahun 1980 hingga 2000.
Ifadah Hanim, putri kelima Noor Hasjim, mengungkapkan bahwa ayahnya dikenal memiliki sikap yang keras dan tegas. Ia sangat menghargai murid yang rajin belajar, disiplin, dan memiliki akhlak yang mulia.
Lebih lanjut, Ifadah Hanim menyampaikan bahwa ayahnya sangat tegas dan disiplin. Ia menceritakan saat menjadi murid di SMP Muhammadiyah 3 Kedungpring, ayahnya mengajar pelajaran Bahasa Inggris.
“Suatu hari, saat pelajaran Bahasa Inggris berlangsung, Noor Hasjim mengajukan pertanyaan kepada saya. Karena saya tidak bisa menjawab, ayah sekaligus guru saya tidak segan-segan memarahiku di kelas. Betapa malunya saat itu,” kenangnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa ayahnya adalah guru pembelajar yang sangat disiplin, keras, dan tegas dalam mendidik siswa-siswinya. Dalam mengajar, ia tidak membedakan satu dengan yang lain.
Lanjut karyawan SMK Muhammadiyah 7 Kedungpring ini, di rumah ayahnya juga sangat disiplin dan tegas. Anak-anaknya selalu diingatkan untuk shalat tepat waktu dan rutin mengaji. Ayahnya selalu menekankan pentingnya memiliki akhlak yang baik bagi putra-putrinya.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kedungpring periode 2015-2022 dan 2022-2027, Ikhsan Budiono mengungkapkan bahwa Noor Hasjim adalah sosok pemimpin yang sabar, tegas dan bijaksana.
“Pak Noor Hasjim adalah figur pemimpin yang menjadi panutan umat khususnya warga Muhammadiyah Kedungpring,” pungkasnya
Noor Hasjim wafat dalam sebuah kecelakaan sesaat sebelum berbuka puasa pada tahun 2000. Kepergiannya mengejutkan keluarga besar Muhammadiyah maupun masyarakat Kedungpring. Ia meninggal dunia pada usia 65 tahun. Semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik untuknya di sisi-Nya. (*)
Editor Ni’matul Faizah