
PWMU.CO – Pimpinan Redaksi Majalah Matan, Ainur Rofiq, menegaskan bahwa penulisan di majalah sangat berbeda dibandingkan media online atau media audiovisual seperti televisi. Dalam acara diskusi Milad dan Roadshow Media Official PWM Jatim di gedung Auditorium BAU Kampus 1 UMM Sabtu (17/05/2025).
Rofiq menjelaskan bahwa berita di media online bisa dibuat dengan satu narasumber, sementara majalah membutuhkan setidaknya tiga narasumber untuk memberikan analisis yang lebih mendalam.
“Menulis untuk majalah itu lebih kompleks karena butuh kajian yang mendalam. Kalau di media online, satu narasumber saja bisa jadi berita. Tapi di majalah, minimal harus ada tiga narasumber untuk memperkaya sudut pandang dan analisis,” ungkapnya.
Ia juga menyinggung pentingnya menjaga independensi dan akurasi dalam penulisan berita, terutama menjelang momen politik besar seperti Pilpres.
“Kita juga harus hati-hati dengan pengaruh ideologi yang bisa mengganggu arah gerakan Muhammadiyah,” tambahnya.
Majalah Matan, yang dikenal memiliki visi kuat dalam menyajikan analisis sosial, politik, dan ideologi, juga memiliki proses redaksi yang ketat. Setiap bulan, tim redaksi berdiskusi dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah untuk memastikan setiap artikel sesuai dengan nilai-nilai organisasi.
“Setiap kata harus mendapat persetujuan dari pimpinan. Tanpa itu, tulisan tidak akan terbit,” jelas Rofiq, yang telah menjadi kontributor sejak 2006.
Meskipun honor wartawan di Matan mungkin tidak sebesar media mainstream, Rofiq menyatakan banyak alumninya yang sukses, seperti beberapa mantan jurnalis Matan yang kini melanjutkan pendidikan hingga S3 di luar negeri atau berkarir di bidang lain.
Selain itu, majalah ini terus berupaya hadir di tengah masyarakat, termasuk meliput momen besar seperti ibadah haji melalui Media Center Haji. “Ketika media besar belum hadir, kita sudah ada di sana. Itulah yang membuat kita bangga,” tutupnya. (*)
Penulis Zulkifli Editor Amanat Solikah