
Oleh: Fathurrahim Syuhadi – Penulis Produktif PWMU.CO dan Wakil Ketua PDM Lamongan
PWMU.CO – Irvan Shaifullah, usianya sangat muda tatkala menjadi guru atau ustadz di lingkungan Pondok Pesantren Al Mizan Muhammadiyah Lamongan. Ia mengajar di Madrasah Diniyah dan MTs Muhammadiyah 15 Lamongan mata pelajaran Kemuhammadiyahan.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai Kepala Kesehatan Pondok Pesantren Al Mizan dan Panti Asuhan.
Seorang laki-laki aktivis tulen yang lahir pada tanggal 28 September 1994 di Lamongan ini meniti karier berorganisasi dari tingkat dasar, mulai dari IPM, IMM, Hizbul Wathan, hingga Pemuda Muhammadiyah, dan berhasil menduduki jabatan puncak. Di Persyarikatan, ia menjadi anggota Majelis Penanggulangan Bencana PDM Lamongan periode 2015-2022. Puncak kariernya di IPM adalah sebagai Ketua Pimpinan Daerah (PDM) Lamongan, dan ia juga pernah aktif di Pimpinan Wilayah IPM Jawa Timur.
Irvan Shaifullah dikenal sebagai penulis muda yang produktif. Saat menjabat sebagai Ketua Pimpinan Daerah IPM Lamongan, alumni Madrasah Aliyah Muhammadiyah 9 Lamongan ini sangat giat menggerakkan literasi di kalangan IPM. Ia juga mempelopori kegiatan pustaka keliling dengan program “Ranselmu”, di mana pun ada kegiatan, para kader IPM membuka lapak pustaka yang menyediakan buku bacaan untuk dibaca di tempat tersebut.
Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Lamongan ini juga pernah menjadi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Pada saat itu, ia memiliki ide mengadakan Perkemahan Penghela (tingkat SLTA) Hizbul Wathan dengan nama Kemah Sehat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan Hizbul Wathan di kampus STIKES.
Setelah lulus dari STIKES Muhammadiyah Lamongan, Irvan Shaifullah melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Ia ternyata lebih tertarik untuk mengambil konsentrasi pada Program Magister Pendidikan Agama Islam.
Baginya, panggilan menjadi guru atau ustadz akan melengkapi dirinya agar bisa melakukan kegiatan filantropi selain di bidang kesehatan. Setelah lulus dari program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya, gelar akademiknya bertambah menjadi Irvan Shaifullah SKep Ns MPdI.
Ia juga dikenal aktif dalam kegiatan filantropi dan tergabung dalam Lazismu PDM Lamongan. Saat pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2019, Irvan Shaifullah sangat aktif dalam kegiatan pemulasaraan jenazah.
Kegiatan ini merupakan bentuk kerja sama antara Lazismu dan RSM Lamongan untuk mendukung upaya pencegahan Covid-19 sekaligus menangani proses pemakaman jenazah sesuai protokol kesehatan. Pengabdian ini terus ia jalani hingga akhir hayatnya, tepat pada Kamis, 15 Juli 2021, dalam usia 27 tahun.
Selain itu, ia juga dikenal sebagai penulis yang sangat produktif. Sejak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, ia telah menulis sekitar 19 buku. Dari seluruh karya tersebut, terdapat tiga kategori arus utama yang menjadi fokus tulisannya, yaitu muhasabah, sosial, dan spiritual.
Karya-karya Irvan Shaifullah yang telah diterbitkan di antaranya adalah Antologi Puisi Aku Ini Matahari, Antologi Cerpen Nafas Perubahan, Catatan Kecil Para Pemimpi, Bahasa Cinta Para Nahkoda, Ketika Mencintai Tak Bisa Memiliki, Ya Allah Aku Ingin Curhat., Quantum Ramadhan, Kalam yang Menghujam, Nafas Perubahan, Aku Ini Matahari, Catatan Kecil para Pemimpi, Manusia-Manusia Surga, serta The Spiritual Smile.
Alfain Jalaluddin Ramadhani, salah satu kadernya, mengungkapkan bahwa Irvan merupakan sosok yang sangat patuh kepada orang tua dan sangat disegani. Di usia yang masih sangat muda, ia hidup dalam kesederhanaan dengan kondisi ekonomi yang terbatas. Meskipun tidak hidup dalam kemewahan, ia berhasil mengubah Kabupaten Lamongan menjadi pusat gerakan literasi dan pendidikan.
Laki-laki yang memiliki nama pena Syaifullah Manshuroh ini mulai menekuni dunia kepenulisan sejak duduk di kelas sembilan MTs. Dengan keterbatasan ekonomi yang ia alami, Irvan belajar menulis menggunakan lembaran-lembaran kertas bekas yang dibelinya dari tukang loak. Hal ini ia lakukan karena uang sakunya yang terbatas, namun semangat menulisnya tak pernah padam.
“Mas Irvan berhasil mencetak puluhan kader di dunia literasi, IPM, dan IMM Lamongan,” tegas Alfain, yang juga merupakan alumni Al-Mizan.
Mas Irvan, lanjutnya, adalah sosok yang sangat luar biasa, seorang pemimpin yang terbuka dan mudah menerima saran. Ia dikenal cerdas, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Terlebih lagi, beliau sangat mahir dalam dunia literasi. Banyak karya tulis dan buku yang telah berhasil ia hasilkan, menjadi warisan berharga bagi generasi setelahnya.
Ditambahkan penulis produktif versi media PWMU.CO ini, mas Irvan adalah sosok pemimpin yang baik, selalu bisa menghadapi segala kemungkinan, pandai beradaptasi dan berimprovisasi. Ia juga merupakan sosok pemimpin yang inspiratif bagi kami semua.
“Mas Irvan tampak santai, segar dan sangat bersemangat. Beliau tidak henti-hentinya bergurau dengan orang-orang sekelilingnya. Banyak orang menyangka Irvan selalu serius, formal dan jarang ketawa,” ujar Editor PWMU.CO ini
Dalam sebuah opini yang ditulis di portal PWMU.CO, Anggota Majelis Pembina Kesehatan Umum Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan, Prima Mari Kristanto mengatakan bahwa mendung menyelimuti Kabupaten Lamongan, tidak terkecuali bagi keluarga besar Muhammadiyah, setelah berpulangnya kader terbaiknya akibat Covid-19.
“Sedih dan pilu rasanya kehilangan saudara, sahabat, sekaligus tokoh panutan umat. Rasa kehilangan itu semakin menyayat ketika melihat negara-negara yang dahulu menjadi episentrum Covid-19, seperti Tiongkok, Inggris, Italia, dan Brasil, kini sudah mulai kembali menjalani kehidupan normal,” ungkapnya.
Sementara itu, mendiang Mohamad Su’ud, yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PD IPM Lamongan periode 1996-1998, pernah mengatakan bahwa Irvan adalah salah satu dari sedikit aktivis yang memiliki talenta berbeda. Selain memiliki kapasitas intelektual yang unggul, ia juga dikenal memiliki sikap dan akhlak yang terpuji di atas rata-rata. Satu hal lain yang mungkin belum banyak diketahui orang adalah sisi sufistik-religiusnya yang sangat menonjol.
Muhamad Su’ud menambahkan bahwa Irvan dikenal sangat konsisten dalam memublikasikan dan membagikan materi atau pesan yang bernilai. Ia tidak pernah mengunggah hal-hal yang bersifat politik, budaya, atau ekonomi, apalagi membuat kritik yang menyerang pihak lain. Mas Irvan benar-benar fokus dan teguh di jalan dakwah serta literasi yang ia pilih.
“Beruntung sekali, meskipun hidupnya singkat, hanya 27 tahun, mas Irvan telah melakukan pengembaraan batin yang mendalam, membenturkan jiwanya dengan berbagai aktivitas keumatan. Ia bahkan sempat menjadi pucuk pimpinan organisasi pelajar. Sebuah usia yang penuh berkah. Amal kebajikannya melebihi mereka yang berumur panjang namun sedikit amal. InsyaAllah,” pungkas bapak empat anak ini.
Pria yang bersahaja ini juga memiliki prestasi Juara 1 Lomba Menulis Artikel Lamongan Muharrom Festival 1441 H dan Juara 1 Lomba Menulis Opini Milad Muhammadiyah ke-109.
Irvan Shaifullah yang mempunyai nama pena Syaifullah Manshuroh wafat pada hari Kamis 15 Juli 2021 di RSM Lamongan dalam usia 27 Tahun. Ia meninggalkan seorang istri Lu’luil Maknun yang dinikahinya pada 30 Agustus 2020 dan seorang anak laki-laki bernama Ibrahim Muhammad Shaifullah. (*)
Editor Ni’matul Faizah