
Oleh: Fathurrahim Syuhadi – Ketua Kwartir Wilayah Hizbul Wathan Jawa Timur
PWMU.CO – Di balik setiap kemajuan umat dan bangsa, selalu ada peran perempuan yang mendidik dalam diam, menggerakkan dalam sunyi, dan memimpin dengan kasih. Dalam sejarah Muhammadiyah dan gerakan perempuan Indonesia, Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA) tampil sebagai salah satu pilar penting dalam mencetak generasi perempuan berkemajuan, beriman, berilmu, dan berdaya.
Kini, dalam usia yang semakin matang, Nasyiatul ‘Aisyiyah terus bergerak. Ia tidak hanya menjaga tradisi kebaikan, tetapi juga menghadirkan wajah baru gerakan perempuan muda Islam yang progresif, inklusif, dan solutif. Milad Nasyiatul ‘Aisyiyah bukan hanya perayaan bertambahnya usia, melainkan momen untuk kembali menegaskan identitas dan misi: menyemai harapan, merawat peradaban.
Didirikan pada 16 Mei 1931 di Yogyakarta, Nasyiatul ‘Aisyiyah lahir sebagai wadah pembinaan bagi perempuan muda Muhammadiyah. Di tengah masyarakat yang patriarki dan terbatas akses pendidikannya bagi perempuan, organisasi ini hadir membawa pesan pembebasan dan pencerahan.
Dengan spirit Islam berkemajuan, Nasyiatul ‘Aisyiyah mendobrak batas-batas lama: perempuan bukan hanya pelengkap, tapi pelaku utama dalam pembangunan bangsa dan dakwah. Nasyiatul ‘Aisyiyah menegaskan bahwa perempuan muda dapat menjadi cendekiawan, aktivis, pendidik, dan pemimpin.
Hingga kini, semangat itu tetap hidup dalam berbagai lini gerakan: pendidikan anak dan remaja, advokasi hak perempuan, pemberdayaan ekonomi, dakwah komunitas, hingga gerakan literasi dan digitalisasi.
Dunia telah berubah, digitalisasi, krisis lingkungan, ketimpangan sosial, kekerasan berbasis gender, hingga disorientasi nilai di kalangan generasi muda menjadi tantangan nyata. Namun Nasyiatul ‘Aisyiyah tidak tinggal diam.
Pertama, Nasyiatul ‘Aisyiyah Pendidik Keluarga dan Masyarakat.
Nasyiatul ‘Aisyiyah menyadari bahwa keluarga adalah pusat peradaban. Perempuan muda hari ini bukan hanya ibu masa depan, tapi juga pendidik pertama anak-anaknya. Dengan berbagai program parenting islami, kelas pra-nikah, sekolah keluarga dan literasi gender, Nasyiatul ‘Aisyiyah membekali anggotanya untuk menjadi pendidik keluarga yang kuat secara spiritual, emosional, dan intelektual.
Kedua, Nasyiatul ‘Aisyiyah Pelopor Dakwah Ramah Perempuan.
Nasyiatul ‘Aisyiyah terus mendorong dakwah yang tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga membela yang tertindas, termasuk perempuan korban kekerasan, anak yang terlantar, dan komunitas marjinal. Gerakan “Perempuan Mengaji”, Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA), hingga advokasi hukum berbasis nilai Islam dan keadilan, menjadi wajah nyata Nasyiatul ‘Aisyiyah dalam menjalankan misi profetik.
Ketiga, Nasyiatul ‘Aisyiyah Pemimpin Muda yang Adaptif dan Kolaboratif.
Nasyiatul ‘Aisyiyah bukan hanya melahirkan aktivis, tapi pemimpin muda Muslimah. Di tengah dunia yang menuntut kecepatan dan inovasi, kader Nasyiatul ‘Aisyiyah dituntut menguasai literasi digital, teknologi informasi, dan keterampilan komunikasi global. Maka pelatihan kepemimpinan, digital skill, public speaking, dan advokasi kebijakan menjadi bagian integral kaderisasi.
Keempat, Nasyiatul ‘Aisyiyah Inisiator Gerakan Sosial dan Ekonomi Inklusif.
Di banyak daerah, Nasyiatul ‘Aisyiyah aktif mendirikan koperasi perempuan, pelatihan kewirausahaan, dan bazar UMKM. Prinsipnya sederhana: perempuan yang berdaya ekonomi akan lebih mampu menjaga martabat dan kemandiriannya. Inilah bentuk dakwah yang konkret karena mampu mengangkat harkat perempuan melalui kemandirian ekonomi.
Menuju 100 tahun Indonesia merdeka, peran generasi muda, termasuk perempuan muda sangat menentukan arah bangsa. Nasyiatul ‘Aisyiyah memiliki posisi strategis dalam membentuk karakter generasi emas Indonesia: anak-anak sehat, perempuan cerdas dan keluarga kuat.
Maka, Nasyiatul ‘Aisyiyah harus mempersiapkan diri sebagai pusat kaderisasi perempuan muda Muslimah progresif, laboratorium kepemimpinan perempuan muda, jembatan antara tradisi Islam dan modernitas, penjaga moralitas digital dan edukator kesadaran gender
Dengan akar yang kuat pada nilai-nilai Islam, dan cabang ranting yang terus tumbuh dalam beragam inovasi, Nasyiatul ‘Aisyiyah berpeluang besar menjadi kekuatan sosial baru, menjadi perempuan penggerak peradaban.
Milad bukan sekadar refleksi. Ia adalah bahan bakar untuk kembali bergerak. Maka pada milad ini, mari kita perkuat kembali semangat kita sebagai kader Nasyiatul ‘Aisyiyah yakni meneguhkan niat bahwa dakwah adalah jalan hidup, menjaga idealisme dalam dunia yang serba praktis, bergerak bersama, lintas sektor, lintas generasi dan menguatkan peran lokal, sambil merancang strategi global.
Nasyiatul ‘Aisyiyah bukan hanya organisasi, tapi gerakan nilai. Di dalamnya tumbuh perempuan-perempuan muda yang tidak hanya bertanya ‘apa yang terjadi?’ Tapi bertanya ‘apa yang bisa aku lakukan?’.
Dalam sunyi, Nasyiah menggerakkan. Dalam diam, ia mendidik. Dalam tantangan, ia berdiri tegak. Ia tidak haus pujian dan tidak mencari sorotan. Tapi di tangannya, masa depan perempuan, anak dan keluarga dibentuk dengan cinta serta ilmu.
Selamat Milad Nasyiatul ‘Aisyiyah. Teruslah menyemai harapan, teruslah merawat peradaban karena perempuan muda yang tercerahkan adalah cahaya bagi umat dan bangsa. (*)
Editor Ni’matul Faizah