
Oleh: Moh. Helman Sueb – Pembina Pesantren Muhammadiyah Babat, Lamongan
PWMU.CO – Berbicara masalah kurban mengingatkan kisah dua putra Nabi Adam AS bernama Qabil dan Habil yang keduanya berkurban. Qabil berkurban dengan hewan yang buruk, sedangkan Habil dengan hewan kurban yang baik, sehingga kurban Habil yang diterima Allah Subḥānahu wa Taʿālā. Sebab, syarat diterimanya kurban adalah ketakwaannya.
Menyembelih binatang kurban merupakan syariat Nabi Ibrahim AS yang kini dilaksanakan umat Muhammad Saw.
Menilik ujian berat Ibrahim AS yang harus dilaksanakan dengan menyembelih putranya, Ismail—padahal Ismail putra satu-satunya, apalagi masih remaja dan mulai dapat bekerja—orang tua mana pun akan mencintai anaknya yang seperti itu. Namun, Ibrahim AS memiliki prinsip yang lain: cinta kepada Allah Swt. melebihi cintanya kepada selain-Nya.
Hal ini disebutkan dalam firman-Nya: QS. Ash-Shaffat: 102:
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'”
Menyerap dari ayat di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwa Ibrahim alaihissalam benar-benar ayah teladan yang patuh kepada Allah Subḥānahu wa Taʿālā. Dia lebih mencintai Allah Subḥānahu wa Taʿālā daripada selain-Nya, termasuk putranya sendiri yang rela untuk dikurbankan.
Ismail alaihissalam sebagai aset orang tua membuktikan kepatuhannya kepada orang tuanya, Ibrahim alaihissalam. Sebab, harta maupun anak merupakan ujian dari Allah Subḥānahu wa Taʿālā yang dapat membuat orang tua menyimpang dari aturan-Nya.
Sungguh, berkurban merupakan ibadah yang berat untuk dilakukan, kecuali oleh mereka yang memiliki kepatuhan dan ketaatan. Melaksanakan ibadah berkurban akan mendapat cinta Allah Subḥānahu wa Taʿālā, mengubur sifat tamak, serta menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama dan menghilangkan rasa egois.
Tepatlah Nabi Muhammad saw. menekankan umatnya yang mampu untuk segera melakukan ibadah penyembelihan kurban.
Beliau bersabda:
“Siapa memiliki kemampuan berkurban, tetapi tidak melaksanakannya, maka jangan dekat-dekat pada tempat salat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Inilah peringatan Nabi Muhammad saw. sekaligus agar umatnya rela berkurban. Hadis ini juga memberikan inspirasi bagi kita agar terus berusaha supaya apa yang dicita-citakan dalam pelaksanaan kurban pada masa depan dapat terkabul, khususnya bagi yang belum.
Tentu, bagi yang sudah berkurban, hendaknya terus memohon kepada Allah Subḥānahu wa Taʿālā agar dapat melakukannya kembali dan benar-benar berkurban atas dasar cinta kepada-Nya.
Editor Zahra Putri Pratiwig