
PWMU.CO – Meneguhkan dakwah amar makruf nahi mungkar tidak cukup hanya melalui mimbar khutbah/ceramah dan forum ilmiah. Kepanduan Hizbul Wathan (HW) membuktikan bahwa dakwah juga bisa berjalan dengan menggunakan metode pembinaan karakter yang menyentuh, sistematis dan menyenangkan.
Melalui pendekatan kepanduan yang menekankan praktik secara langsung, Hizbul Wathan menjadi wadah yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai Keislaman dan Kemuhammadiyahan. Sekaligus untuk melahirkan kader-kader muda yang siap menjadi pelopor fastabiqul khoirot di masyarakat.
Di tengah dinamika zaman yang bergerak cepat, dakwah Islam perlu hadir dengan format yang menyentuh jiwa. Membangun karakter yang relevan dengan kebutuhan generasi muda. Salah satu bentuk dakwah efektifnya adalah melalui dakwah bil hal, dakwah melalui tindakan nyata.
Dalam konteks ini, Hizbul Wathan sebagai organisasi otonom dan organisasi kepanduan Muhammadiyah menjadi instrumen dakwah yang unik dan strategis. Utamanya dalam menanamkan nilai-nilai Islam serta meneguhkan misi amar makruf nahi mungkar. Gerakan kepanduan Hizbul Wathan tidak sekedar melatih keterampilan baris-berbaris atau kegiatan alam bebas. Lebih dari itu, Hizbul Wathan merupakan kawah candradimuka dalam pembinaan kader umat dan bangsa. Mengintegrasikan nilai keislaman, keindonesiaan dan kepemimpinan dalam satu tarikan nafas.
Dalam Al-Qur’an, perintah untuk melaksanakan dakwah dan menyeru kepada kebaikan sangat tegas. Allah Swt berfirman dalam surat Ali Imran ayat 104, “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Ayat tersebut menjadi pijakan kuat bagi setiap muslim agar tidak hanya menjadi baik secara personal. Seorang muslim juga harus sekaligus menjadi agen perbaikan di tengah-tengah umat. Amar makruf nahi mungkar menjadi prinsip dakwah Islam yang melekat dalam setiap gerakan dakwah. Termasuk dalam sistem pendidikan nonformal seperti Hizbul Wathan.
Jika merujuk pada Al Qur’an surat Ali Imran ayat 110, Allah berfirman: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
Pada ayat ini menegaskan bahwa penentu keunggulan umat Islam adalah keberanian dan konsistensinya dalam menyeru kepada kebaikan. Hizbul Wathan hadir sebagai wadah yang membina pribadi-pribadi siap menjadi bagian dari khairu ummah atau umat terbaik.
Kepanduan sebagai media Dakwah Bil Hal
Hizbul Wathan tidak hanya mengajarkan keterampilan kepanduan, tetapi juga lebih utama lagi pada pembentukan karakter Islami dan semangat juang yang luhur. Karena itu, metode pembinaan dalam Hizbul Wathan berbasis pada keteladanan, pembiasaan dan keterlibatan langsung dalam aktivitas sosial. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam Hizbul Wathan antara lain keikhlasan dan kepedulian sosial, kedisiplinan dan tanggung jawab, kemandirian dan jiwa kepemimpinan, ketakwaan dan semangat berdakwah
Melalui kegiatan seperti perkemahan, latihan akhir pekan, latihan kepemimpinan, hingga pengabdian masyarakat, Hizbul Wathan secara konkret menjadi wahana dakwah yang menjangkau generasi muda dengan cara yang membumi. Mereka tidak hanya menjadi objek dakwah, tetapi juga sebagai subjek yang membawa semangat amar makruf ke ruang-ruang sosial.
Dalam konteks pendidikan karakter, Hizbul Wathan telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk insan-insan berakhlak mulia. Di sekolah dan madrasah Muhammadiyah, Hizbul Wathan menjadi bagian dari kurikulum penguatan nilai spiritual dan sosial. Seruan amar ma’ruf tidak hanya tersampaikan melalui ceramah, tetapi juga tertanamkan dalam praktik keseharian. Misalnya melalui kedisiplinan mengikuti apel, menjaga kebersihan, salat berjamaah, hingga kerjasama dalam tim.
Pembiasaan ini menjadi investasi moral jangka panjang. Kader Hizbul Wathan terbiasa hidup dalam suasana nilai, hingga kelak sampai dewasa. Mereka tidak hanya cakap secara intelektual, tapi juga siap menjadi pemimpin yang berorientasi pada kebaikan.
Kiprah HW di masyarakat
Kepanduan Hizbul Wathan tidak hanya tumbuh dan berkembang di sekolah-sekolah. Kader-kader Hizbul Wathan yang telah dewasa kemudian melanjutkan kiprahnya sebagai pemimpin di berbagai bidang kehidupan. Mereka berdiaspora menjadi seorang guru, dosen, aktivis sosial, politisi hingga pengusaha. Mereka masih kukuh dalam membawa nilai-nilai Hizbul Wathan ke tengah-tengah masyarakat dan menjadikan sebagai ladang amar ma’ruf, sebagai misi hidup mereka.
Di era digital saat ini, dakwah Hizbul Wathan pun turut mengalami penyesuaian sesuai tantangannya. Meski demikian, substansinya tetap sama yaitu menyeru kepada kebaikan. Hizbul Wathan dapat memanfaatkan teknologi ini untuk memperluas jangkauan dakwahnya.
Kegiatan-kegiatan Hizbul Wathan terpublikasi melalui berbagai media, termasuk media sosial, untuk menginspirasi lebih banyak orang. Video singkat tentang pentingnya tolong-menolong, edukasi literasi digital yang Islami, maupun konten motivasi kepemudaan lainnya dapat menjadi bagian dari strategi dakwah Hizbul Wathan yang relevan dan adaptif.
Pada setiap momentum kebangsaan dan keagamaan, kita disadarkan bahwa dakwah merupakan tugas kolektif. Hizbul Wathan hadir sebagai organisasi kepanduan sekaligus gerakan dakwah yang bertujuan menyiapkan kader-kader amar ma’ruf untuk masa depan umat dan bangsa.
“Mereka adalah orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala urusan”. (QS. Al-Hajj: 41)
Ayat ini menggambarkan dengan sempurna karakter bentukan Hizbul Wathan, yakni pribadi yang tunduk kepada Allah, peduli pada sesama dan berani mengajak kepada kebaikan. Sudah saatnya kita meneguhkan kembali semangat itu melalui dakwah yang konkret. Yakni dakwah amar ma’ruf yang hidup dalam gerakan kepanduan Hizbul Wathan.(*)
Editor Notonegoro