
PWMU.CO — Sabtu malam (31/5/2025) halaman Masjid Ar-Royyan Muhammadiyah Buduran tampak berbeda. Lampu-lampu menyala hangat, aroma sate dan nasi ayam panggang menguar dari stan masak yang berdiri di sisi halaman.
Jamaah yang baru selesai menunaikan shalat Isya tak langsung pulang. Justru, satu per satu mereka mengantre dengan senyum, menyambut sajian istimewa yang tak biasa: makan malam gratis, untuk semua, tanpa syarat.
Itulah wajah dari Kemadjoean Caffee, sebuah kegiatan filantropi yang diselenggarakan oleh Takmir Masjid Ar-Royyan Muhammadiyah Buduran, bekerja sama dengan PCM Buduran, PCA Buduran, PCNA Buduran, dan PCPM Buduran.
Lebih dari sekadar acara makan bersama, Kemadjoean Caffee adalah ruang yang mempersatukan, menghangatkan, dan menghidupkan peran masjid di tengah masyarakat.
Makan Tanpa Bayar, tapi Penuh Makna
Di malam itu, lebih dari 450 porsi makanan dan minuman disajikan oleh panitia. Ada nasi ayam panggang, nasi goreng, mi ayam, bakso, nasi kucing, sate, nasi gucing, dan berbagai minuman segar seperti es kopi susu, jus jeruk, dan es janggelan. Semua diolah oleh para relawan, disajikan dengan senyum, dan dinikmati oleh siapa pun yang datang.
“Tidak ada tiket masuk, tidak ada daftar nama. Semua boleh datang, semua boleh makan,” ujar Milla, salah satu MC dari PCNA Buduran yang memandu acara bersama rekannya, Rizka.
Kerumunan tak hanya datang dari sekitar masjid. Warga dari Tulangan, Tanggulangin, Gedangan, hingga Candi pun turut hadir, bahkan ada yang datang membawa keluarga lengkap. Suasana seperti ini jarang terjadi—masjid bukan sekadar tempat ibadah, tetapi menjadi rumah bersama, ruang interaksi, tempat berbagi tanpa pamrih.
Ketua Takmir Masjid Ar-Royyan, Ridwan Manan, S.Pd., M.Pd., menyebut Kemadjoean Caffee sebagai bentuk penguatan peran sosial masjid. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa masjid tak hanya mengurusi ibadah mahdhah, tapi juga harus hadir dalam urusan kemanusiaan.
“Ini adalah bukti nyata bahwa masjid bukan hanya tempat salat. Masjid adalah rumah umat, tempat berbagi, tempat menyatukan. Dan Kemadjoean Caffee adalah salah satu jalannya,” tegas Ridwan.
Ia juga menyampaikan harapan agar kegiatan ini dapat berlangsung rutin setiap bulan, sebagai bagian dari dakwah bil-hal yang mengedepankan kebermanfaatan nyata. “Kami membuka pintu kolaborasi. Untuk menjadikan ini berkelanjutan, kita butuh banyak tangan untuk saling menopang,” tambahnya.