
M. Farich Saifullah SPd, seorang tenaga pengajar di SD Muhammadiyah 2 Babat bersama salah satu muridnya. (M. Alim Akbar/PWMU.CO).
PWMU.CO – Dalam setiap perjalanan hidup, ada sosok yang tak pernah dilupakan: seorang guru. Seorang guru bukan hanya mengajarkan pelajaran di kelas, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan yang menjadi bekal bagi murid-muridnya di masa depan.
Ketulusan dan kasih sayang yang diberikan seorang guru dalam mendidik ibarat cahaya yang menuntun anak-anak menuju masa depan yang lebih baik. Di balik setiap kata, dalam setiap nasihat, terdapat sentuhan kasih yang begitu bermakna.
Namanya M. Farich Saifullah SPd, seorang tenaga pengajar di SD Muhammadiyah 2 Babat. Pria berusia 27 tahun ini hampir menghabiskan waktu setiap harinya hanya untuk mengajar.
Tujuannya, guna mendidik sekaligus mencerdaskan anak muridnya agar kelak dapat mencetak lulusan berkompeten dan berwawasan. Meskipun terkadang sesekali merasa kesal dengan tingkah laku muridnya, namun mereka semua tetap menyayangi dirinya, begitupun sebaliknya.
6 Tahun Dedikasi
Sudah lebih dari 6 tahun sejak 2019, Pak Farich tetap setia mendedikasikan separuh hidupnya untuk murid kesayangannya. Baginya, profesi guru merupakan salah satu pekerjaan penuh kemuliaan.
Sebab, berkat campur tangan seorang guru, dapat berdampak pada perubahan nasib masa depan bangsa. Apalagi, tatkala beliau mengajar dan bertatapan langsung dengan muridnya, ia mengaku kerap hilang rasa stres yang ada di benak pikirannya.
Senyuman, tawa, dan suara dari anak muridnya adalah obat ketenangan dalam belahan jiwanya.
Itulah salah satu alasan mengapa Pak Farich masih bertahan untuk tetap setia mengajar. Memang, menjadi guru tidaklah mudah dan ada banyak rintangan yang harus ia lalui.
Namun, jika dijalani dengan penuh keikhlasan semua kelelahan maupun rintangan tidak akan pernah terasa. Semua kelelahan yang Pak Farich rasakan seketika tergantikan dengan rasa kebahagiaan dan kebanggaan.
Di setiap jam, menit, maupun detik, saat Pak Farich sedang mengajar, pastinya Pak Farich akan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi muridnya.
“Saya selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi siswa-siswi saya kak. Walaupun apa yang saya lakukan belum maksimal, tapi saya berharap semoga suatu saat nanti apa yang sudah saya berikan kepada siswa-siswi saya dapat bermanfaat dan berguna bagi mereka di masa depan” terang Farich.
“Saya ada satu motivasi lain mengapa saya selalu semangat dalam mengajar. Prinsip saya adalah apa yang sudah kita terima, kita kasihkan kembali. Tujuannya hanya satu, mereka bisa sukses dengan impiannya masing-masing” ujar Guru PJOK SD Muda Babat.
Bukan Soal Angka di Atas Kertas Semata
Pada akhirnya, pendidikan bukan hanya tentang angka-angka di atas kertas. Tetapi tentang bagaimana seorang guru dapat menyalurkan kasih sayang dan kebaikan kepada setiap muridnya.
Sebuah sentuhan kasih dalam mendidik akan meninggalkan jejak abadi dalam kehidupan setiap siswa, menginspirasi mereka untuk terus belajar. Selain itu, juga berbuat baik, dan menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam setiap langkah kehidupan mereka.
Seorang guru yang mengajar dengan cinta dan ketulusan akan selalu terkenang sebagai pelita yang menerangi jalan hidup anak-anaknya.
Begitulah guru yang mendidik dengan hati, meninggalkan warisan yang tak ternilai, yaitu cinta untuk belajar dan hidup dengan penuh kebaikan. Sebagaimana cahaya Al-Qur’an yang menerangi kehidupan manusia.
Di tengah dunia yang kian cepat dan penuh tantangan, memiliki guru-guru yang tulus adalah oase. Mereka menjadi teladan, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata.
Guru-guru seperti inilah yang akan terus dikenang—bukan karena materi pelajaran yang diajarkan, tetapi karena kasih sayang yang ditanamkan.
Pendidikan sejatinya adalah proses menciptakan manusia seutuhnya, dan guru-guru SD Muhammadiyah 2 Babat telah membuktikan bahwa cinta, kesabaran, dan keteladanan adalah bahan baku utama dalam proses tersebut.
Ia adalah pelita di tengah kegelapan, cahaya yang membawa anak-anak kecil menuju masa depan yang cerah, dengan tetap berpijak pada nilai-nilai Al-Qur’an yang menjadi fondasi kuat dalam mendidik.
Karena sejatinya, seorang guru sejati adalah ia yang tidak hanya mencerdaskan pikiran, tapi juga menumbuhkan hati.
Penulis M. Alim Akbar, Editor Danar Trivasya Fikri