
PWMU.CO – Tanggal 9 Dzulhijjah diketahui sebagai hari Arafah hal ini bertepatan pada Kamis (05/06/2025). Meskipun sudah selesai melaksanakan Sumatif Akhir Tahun (SAT) para siswa SD Muhammadiyah Kompleks Gresik (SD Mugres) Kampus B tetap masuk sekolah. Pada kesempatan ini para siswa mendapatkan wawasan baru dari bapak Drs Muji Sucipto yang merupakan salah satu guru agama di SD Mugres Kampus B tentang sejarah kurban.
Dalam pembukaanya, Muji (sapaan akrab beliau di sekolah) memberikan pertanyaan pemantik kepada para siswa.
“Mengapa hari raya Idul Adha (kurban) dirayakan setiap tahun?” ucapnya.
Beliau menjelaskan bahawasanya berkorban merupakan suatu keharusan/keniscayaan dalam kehidupan. Kehidupan dapat harmonis jika masyarakat siap untuk berkorban. Orang yang memiliki keinginan/mau untuk berkorban termasuk dalam orang-orang yang berakhlaq tinggi. Orang yang mau berkorban, berarti orang tersebut mampu untuk melawan sikap egoismenya.
Sejarah Kurban
Peristiwa kurban diawali pada zaman nabi Adam A.S. Pada waktu itu anak nabi Adam yaitu Qobil dan Habil berkurban hasil peternakan dan pertaniannya. Qobil berkurban hewan ternaknya, sedangkan Habil berkurban hasil pertaniannya. Namun, yang diterima adalah kurban yang dilakukan Habil. Karena Habil berkurban atas ketakwaannya terhadap Allah Swt.
Seiring berjalannya waktu kurban tetap ada, namun mengalami penyelewengan. Penyelewengan tersebut terjadi karena bisikan iblis terhadap manusia. Dan manusia membenarkan atas bisikan iblis. Iblis membisikkan pada manusia bahwa Allah akan senang pada manusia yang mau berkurban dengan nilai yang lebih tinggi. Atas dasar bisikan iblis tersebut, manusia tidak berkurban dengan binatang lagi melainkan berkurban manusia. Yang dikorbankan meliputi perempuan-perempuan cantik, organ dalam tubuh manusia, serta kepala manusia.
Akhirnya, pada zaman nabi Ibrahim A.S, nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya yaitu nabi Ismail A.S. Dalam tidurnya nabi Ibrahim bermimpi menyembelih nabi Ismail. Hal tersebut terdapat dalam Q.S Ash-Shaffat:102. Saat bermimpi nabi Ibrahim meminta pendapat terhadap nabi Ismail.
Nabi Ismail menjawab “Kerjakan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, in syaa Allah kamu akan mendapatkan aku termasuk dalam orang-orang yang sabar”.
Dalam tafsir, saat nabi Ibrahim berjalan membawa pisau nabi Ismail melanjutkan perkataannya “Wahai bapakku, eratkan ikatannya, supaya aku tidak bisa bergerak. Dan tajamkan pisaunya.”
Saat pisau sudah menyentuh leher nabi Ismail Allah menggantikan nabi Ismail dengan seekor kambing kibas.
Kisah nabi ibrahim dan nabi Ismail tersebut meluruskan dari tradisi kurban yang sudah mengalami penyelewengan. Bahwasanya berkurban bukanlah dengan manusia, melainkan dengan hewan. Muji juga menjelaskan bahwa berkorban harus dengan sempurna. Hal tersebut berkaitan dengan syarat hewan kurban yang tidak boleh cacat. Dalam penutupnya, muji berpesan agar para siswa SD Mugres dapat meneladani nabi Ismail.
“Dari pelajaran yang didaptkan hari ini, diharapkan anak-anak mampu meneladani nabi Ismail yaitu siap untuk berkorban. Mengabdikan diri untuk hal-hal baik sehingga mampu menciptakan lingkungan yang harmonis,” tutupnya. (*)
Penulis Diyani Islamiyah Editor Amanat Solikah