
PWMU.CO – Naskah Khutbah Idul Adha 1446 H/2025 M : Ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS dalam Menjalankan Perintah Allah Swt.
Oleh Fathurrahim Syuhadi, Wakil Ketua PDM Lamongan
الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَن يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَن يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
قال الله تعالى.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، والله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Marilah kita bersyukur kepada Allah Swt, karena atas rahmat taufiq dan hidayah-Nya, kita dapat melaksanakan shalat Idul Adha pada pagi hari ini. Setelah kemarin kita berpuasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah 1446 Hijriyah. Selanjutnya, kita sudah mulai melantunkan kalimat takbir, tahlil, dan tahmid. untuk mengagungkan nama Allah Swt
Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, suri teladan kita yang telah menunjukkan kepada kita bagaimana hidup penuh pengorbanan dan kasih sayang terhadap sesama.
Hari ini adalah hari yang agung, hari penuh makna yang melambangkan ketaatan tanpa batas dan keikhlasan dalam pengorbanan. Hari ini kita memperingati salah satu bentuk ibadah terbesar dalam Islam yaitu ibadah qurban, yang akar historis dan spiritualnya bersumber dari kisah agung Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Kisah ini bukan sekadar cerita yang diulang-ulang setiap tahun. Ini adalah pelajaran kehidupan, ujian keimanan, dan refleksi terdalam dari arti cinta sejati kepada Allah Swt.
- Ujian Iman Seorang Ayah : Nabi Ibrahim AS
Nabi Ibrahim menerima wahyu dalam mimpiyang merupakan bentuk wahyu bagi para nabi untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail. Mari kita bayangkan sebagai seorang ayah. Anak yang telah lama dinanti, yang lahir dari doa bertahun-tahun lamanya, kini diminta untuk disembelih.
Namun apa jawaban Nabi Ibrahim?
Tidak ada protes. Tidak ada keberatan. Tidak ada penundaan.
Beliau justru mendatangi anaknya dan berkata dengan penuh kelembutan:
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ
“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.”(Qs Ash-Shaffat: 102)
Sungguh, ini adalah bentuk pendidikan ruhani, bukan paksaan. Nabi Ibrahim mengajak berdialog, menyentuh hati anaknya, dan menjadikan perintah Allah sebagai sarana membangun kesadaran bersama.
- Ketaatan dan Keikhlasan Seorang Anak : Nabi Ismail AS
Dan luar biasanya, sang anak menjawab dengan tenang, penuh keyakinan:
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai Ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”(Qs Ash-Shaffat: 102)
Betapa luar biasa! Seorang anak remaja, yang secara naluri pasti takut terhadap kematian, justru meneguhkan hati ayahnya agar tetap melaksanakan perintah Allah.
Inilah buah dari pendidikan tauhid. Seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang berlandaskan iman dan nilai-nilai langit, akan memiliki hati yang kokoh, bahkan dalam situasi paling genting sekalipun.
- Ketundukan Total kepada Allah Swt
Ketika ayah dan anak itu berserah diri kepada perintah Allah, mereka berdua telah mencapai derajat “al-muslimīn”, orang-orang yang benar-benar pasrah dan tunduk.
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya…”(QS. Ash-Shaffat: 103)
Dan apa yang terjadi? Allah langsung menggantikan Ismail dengan seekor domba besar dari surga, dan menyatakan:
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, begitulah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ash-Shaffat: 105)
- Makna Pengorbanan Hari Ini
Ma’asyiral Muslimin…
Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan kurban. Tapi tentang menyembelih ego, ambisi dunia, sifat kikir, dan segala bentuk kepentingan pribadi yang menghalangi kita untuk tunduk sepenuhnya kepada Allah Swt.
Kita diajarkan bahwa cinta kepada Allah harus lebih besar daripada cinta pada harta, anak, jabatan, atau popularitas.
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ… وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا… أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ… فَتَرَبَّصُوا
Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (Qs At-Taubah: 24)
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد…
Tiga Pesan Idul Adha untuk Kita Semua:
- Jadilah Hamba yang Tunduk dan Ta’at
Kita harus belajar dari Ibrahim dan Ismail. Mari kita ukur diri: sejauh mana kita menempatkan perintah Allah di atas keinginan kita sendiri ?
Sudahkah kita:
• Meninggalkan riba ?
• Menjauhi ghibah ?
• Rajin menunaikan shalat tepat waktu ?
• Peduli terhadap tetangga dan dhuafa ?
- Qurban : Tanda Cinta dan Taqwa
Allah tidak butuh darah dan daging hewan qurban, tapi yang Allah nilai adalah ketakwaan di hati.
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia telah menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Hajj: 37)
Mari niatkan qurban sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah dan bentuk kepedulian sosial bagi kaum fakir miskin.
- Bangun Generasi Seperti Ismail
Didiklah anak-anak kita dengan nilai tauhid dan keberanian dalam iman. Jadikan rumah tangga sebagai tempat tumbuhnya pribadi-pribadi tangguh, saleh dan berjiwa pemimpin. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah
Jama’ah Idul Adha Rahimakumullah
Di penghujung khutbah ini, mari kita bermunajat kepada Allah dengan khusyuk dan penuh pengharapan. Semoga Allah Swt menjadikan kita umat yang peduli terhadap sesama. Berikanlah kami keberkahan dalam harta dan rezeki kami sehingga kami dapat membantu mengurangi penderitaan sesama kami.
Jadikan kami umat yang bermanfaat bagi umat manusia, terutama bagi mereka yang sedang berada dalam kesulitan. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَّقِينَ، وَاجْعَلْ أُضْحِيَتَنَا مَقْبُولَةً، وَذُنُوبَنَا مَغْفُورَةً، وَأَعْمَالَنَا مَبْرُورَةً…
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَقُرْبَانَنَا وَدُعَاءَنَا وَخُطْبَتَنَا…
اللَّهُمَّ احْفَظْ بِلَادَنَا، وَوَفِّقْ وُلاةَ أُمُورِنَا، وَاجْعَلْنَا أُمَّةً وَاحِدَةً عَلَى كَلِمَةِ التَّقْوَى…
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا، وَلِوَالِدِينَا، وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ…
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عباد الله! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ…
والله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan