SD Muhammadiyah 6 Surabaya SD Muhammadiyah 6 Surabaya SD Muhammadiyah 6 Surabaya
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
  • Login
Selasa, Juni 17, 2025
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
lazismu
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kajian

Karena Kasih pada Seekor Burung

Minggu 8 Juni 2025 | 15:28
in Kajian
704 37
0
237
SHARES
741
VIEWS
SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya
ADVERTISEMENT
Oleh Alfi Saifullah – Penulis kolom, buku biografi, dan sejarah

PWMU.CO – Bayang-bayang kusut merenung di kesendirian yang dalam.

Kau pun begitu jauh, oh  lebih jauh dari siapapun.

Merenung, melepaskan burung-burung, memecahkan bayang-bayang, 

Mengubur lampu-lampu.

umsurabaya umsurabaya umsurabaya
ADVERTISEMENT

(Pablo Neruda)

Puisi Pablo Neruda tersebut mengantar kisah tentang seorang teman, sebut saja Hendra. Teman tersebut dapat dikata nakal. Hobinya mabuk-mabukkan dengan minuman keras, dan acap kali melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istri dan anak-anakya. 

Namun, Allah al-Muqollibal Qulub, Dzat yang Maha membolak-balikkan hati hambaNya. Satu ketika sebuah nasihat dari seorang kiai menembus hatinya yang paling dalam.. Hendra pun menyatakan bertaubat. Sang Kiai pun menyarankan kepada Hendra untuk melepaskan beberapa ekor burung sebagai salah satu bentuk kaffarah. Alhasil, Hendra pun menjalankan nasihat itu. 

Dalam tidurnya di suatu malam, Hendra bermimpi sedang melihat burung-burung yang pernah ia lepaskan itu datang kepadanya. Burung-burung itu bertengger di kepala, pundak, dan kedua tangannya. Makhluk bersayap itu mengucapkan salam dan rasa terima kasih kepadanya.

Apa yang dialami Hendra itu telah mengajak ingatan saya terhadap salah satu kisah dalam kitab Al-Mawaidz Usfuriyah yang banyak dikaji di pesantren-pesantren tradisional. Utamanya dalam menjelaskan esensi hadis;

 الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء

Orang-orang yang pengasih akan dikasihi Allah Sang Maha Pengasih, Maka kasihilah siapapun di bumi, maka kamu akan dikasihi yang ada di langit (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).

Syaikh Muhammad bin Abu Bakar Al-Usfuri membalutnya dengan kisah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhudan seekor burung pipit.

Alkisah, suatu hari Umar bin Khattab menyusuri jalanan kota Madinah. Di tengah asyiknya berjalan, ia mendapati seorang anak kecil memegang burung pipit. Burung tersebut menjadi mainan oleh anak itu. Umar yang merasa kasihan, kemudian membelinya dan kemudian melepaskannya. Ketika Umar wafat, banyak di antara sahabat yang melihatnya dalam mimpi. Dalam mimpi itu, mereka menanyakan tentang keadaan Umar. 

“Apa yang Allah lakukan kepadamu?” 

“Allah telah mengampuniku dan memaafkanku”, Jawab Umar 

“Dengan amal apa? dengan kedermawanan, keadilan, atau kezuhudan?” 

“Ketika kalian meletakkanku di dalam kubur, memendam dengan tanah dan meninggalkanku sendirian―datanglah dua malaikat yang gagah hingga membuat akalku tak dapat berpikir dan persendianku gemetar karenanya. Ketika hendak menanyakan padaku, terdengar suara “tinggalkan hamba-Ku dan jangan kalian menakutinya. Aku menyayanginya dan memaafkannya karena dia telah menyayangi seekor burung di dunia, maka Aku menyayanginya di akhirat”.

Bagi saya, kisah Khalifah Umar tersebut bukanlah fabel spiritual. Tapi merupakan tafsir relasi antara manusia dengan alam, dengan makhluk yang tak berdaya. Bukankah Nabi Muhammad diutus di dunia ini sebagai rahmatan lil alamin? Rahmat bagi alam semesta? Lebih dari itu, kisah ini menjadi pesan penting bahwa Tuhan menurunkan RahmatNya bisa melalui berbagai cara, termasuk melalui sayap kecil seekor burung pipit. Karena Tuhan Maha Kuasa, Dia tidak selalu mengukur manusia melalui tumpukan ibadah atau sejuta gelar duniawi. 

Nilai-nilai religiusitas tidak mesti tumbuh dalam menara gading yang tak terjamah tangan manusia. Kadang hal yang paling kecil dan sepele, yang tak terdeteksi algoritma sosial― justru lebih berharga dan  lebih mulia di sisiNya.

Menarik kita  cermati komentarnya Goenawan Mohamad (GM) pada kisah Umar bin Khattab ini. Dalam Catatan Pinggir Majalah Tempo edisi 31 Mei 1986 GM mengatakan, “burung yang dibeli Umar dan dilepaskannya ke angkasa itu mengandung sebekas sentuhan Yang Mulia, dan karena itulah ia punya martabatnya sendiri”. 

Sentuhan Yang Mulia yang dimaksud  GM adalah kasih sayang, sesuatu yang menjadi esensi semua agama. Karena Kasih Sayang (Rahman-Rahim) merupakan salah satu sifat-Nya, bahkan sifat yang paling dominan. Maka, setiap Muslim pun mendapat perintah untuk menyebut namaNya melalui lafadz basmalah ketika hendak memulai segala aktifitas. Bahwa Kasih Sayang menjadi jalan pintas menuju Rahmat-Nya sebagai hal mutlak. Menjadi jembatan untuk memperoleh pengampunan Ilahi. Dalam hadis qudsi, allah berfirman:

إن رحمتي تغلب غضبي

“Sesungguhnya rahmatKu mengalahkan murkaKu”

Maka, timbullah sebuah pertanyaan, “sudahkah kita sebagai umat Islam merealisasikan hadits di atas? teladan dari Khalifah Umar bin Khattab?” 

Dengan nada pesimistis dan malu-malu kita akan menjawab, “mungkin” dan semoga banyak yang mengamalkan. Kita telah berhadapan dengan sebuah fakta bahwa mayoritas umat Islam (khususnya di Indonesia) yang justru berperilaku sebaliknya. Tanpa belas kasihan dan rasa berdosa, mereka berburu, mengurung, mengkonsumsi, atau menjadikan hewan liar sebagai konten. Juga memperjual-belikannya di pasar-pasar gelap. Ada berbagai alasan untuk hal itu sebagai pembenaran atau pembebasan dari rasa bersalah atau tidak peduli, entah karena mereka tidak mengerti, terlanjur hobi, mata pencaharian, atau alasan-alasan lainnya. 

Alih-alih dari kalangan Muslim— justru yang sering membebas-liarkan burung justru datang dari saudara-saudara kita yang beragama Budha. Para keturunan Tionghoa penganut Budha Mahayana melakukan ritual Fan Sheng. Saat perayaan Waisak, mereka juga melakukan hal yang sama. Bahkan tidak hanya melepas burung, kaum Budhis ini juga melepas beberapa jenis hewan seperti kura-kura, penyu, dan ikan. Mereka percaya bahwa memberikan kebebasan kepada makhluk lain merupakan manifestasi tertinggi dari welas asih itu sendiri. 

Mengamati fenomena demikian, sebagai umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita seharusnya lebih merasa malu. Karena ajaran mulia Sang Nabi justru kaum agama non Muslim yang mengamalkannya.

Pada titik ini, kritik pedas Syaikh Muhammad Abduh menemukan faktanya, “Al Islamu mahjubun bil muslimin”, kemuliaan Islam tertutup oleh umat Islam. Keindahan Islam terhalang oleh perilaku sekelompok orang Islam sendiri ― yang tidak mencerminkan keimanannya dalam perilakunya. Bukankah dalam Islam, keimanan bukan semata-mata hanya hubungan vertikal terhadap Tuhan yang disimbolkan dengan ibadah ritual? Syariat Islam mencangkup pula tuntunan ihsan terhadap semua makhluk. Karena itu, berbuat baik terhadap binatang bukanlah amal sampingan, melainkan bagian dari akhlak profetik seorang muslim.

Pada akhirnya, sesungguhnya yang esensial dalam ibadah bukan terletak pada hitungan besar-kecil atau banyak-sedikit secara matematis. Tetapi apakah tumbuh kebaikan yang berbentuk belas kasih terhadap sesama secara mengakar. Karena itulah keindahan Islam, bahwa Islam tidak hanya mewajibkan shalat dan puasa semata, tetapi juga mengajarkan kepedulian terhadap yang lemah, walau hanya pada seekor burung. 

Fikirmu seperti burung dalam sangkar

Jiwamu seperti burung dalam genggaman

Lepaskan!

Hancurkan sangkar itu dengan paruhmu, walau itu menyakitkan. 

Wallahu A’lam.(*)

Editor Notonegoro

Tags: Alfi SaifullahburungkajianKasihMuhammad AbduhPablo Neruda
SendShare95Tweet59Share
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
ADVERTISEMENT

Related Posts

Ketenangan Itu Mahal Harganya
Kajian

Ketenangan Itu Mahal Harganya

Senin 16 Juni 2025 | 16:46
20
Gus Pur Kupas Tuntas Teori Big Bang dalam Temu Kajian Ilmiah IPM Muh1ba
Kabar

Gus Pur Kupas Tuntas Teori Big Bang dalam Temu Kajian Ilmiah IPM Muh1ba

Minggu 15 Juni 2025 | 22:48
14
Jangan Terburu-buru Mengatur Hidup Orang Lain
Kajian

Jangan Terburu-buru Mengatur Hidup Orang Lain

Minggu 15 Juni 2025 | 20:53
3
Seburuk-Buruknya Landasan dalam Beribadah
Kajian

Seburuk-Buruknya Landasan dalam Beribadah

Minggu 8 Juni 2025 | 17:59
33
Mengambil Momentum Pada Malam Arafah
Kajian

Mengambil Momentum Pada Malam Arafah

Kamis 5 Juni 2025 | 20:21
11
Apa Yang Kita Cari, Itulah Yang Menemui Kita
Kajian

Apa Yang Kita Cari, Itulah Yang Menemui Kita

Kamis 5 Juni 2025 | 19:18
27

Terpopuler Hari Ini

  • Gelar Kreativitas Siswa

    Anak PAUD Aisyiyah Mentari Percaya Diri Tampil di Panggung Gelar Kreativitas

    932 shares
    Share 373 Tweet 233
  • Mutuba Specta: SMPM 1 Babat Tutup Akhir Tahun Ajaran dengan Pagelaran

    74 shares
    Share 30 Tweet 19
  • Bergerak Bersama, Hidup Sehat Terwujud: Jalan Sehat Aisyiyah Kedungpring

    68 shares
    Share 27 Tweet 17
  • STIT Muhammadiyah Kediri dan USIM Malaysia Jalin Kerja Sama Global

    73 shares
    Share 29 Tweet 18
  • Hujan Pertanyaan! Kemeriahan Adu Ide dan Gagasan Calon Kepala Sekolah Kreatif Baratajaya

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Guru SD Mudisa Jember Terpukau atas Penampilan Puisi Reksa saat Studi Tiru Sekolah Inklusi di SD Mupat

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Muhida Gelar Munaqosyah Akhir Sanah, Latih Mental Calon Hafidz Sukses

    28 shares
    Share 11 Tweet 7
  • Hangat dan Berkesan! Cafe Serundeng Jadi Saksi Momen Pisah Kenang Siswa Kelas 6-C SD Musix

    27 shares
    Share 11 Tweet 7
  • Menjadi Penjaga Kalamullah: Wisuda Tahfidzul Quran ke-9 SD Mumtaz

    35 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Perpisahan Tak Harus Haru, SD Mupat Rayakan Kebersamaan dengan Fun Games Seru

    27 shares
    Share 11 Tweet 7

Terkini

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    358747 shares
    Share 143499 Tweet 89687
  • Kokam Jatim Konsolidasi dan Nyatakan Sikap

    232987 shares
    Share 93195 Tweet 58247
  • Buku Saku Mudahkan Praktik Baitul Arqam Muhlibat

    231093 shares
    Share 92437 Tweet 57773
  • Kisah-Kisah dari PCIM Malaysia: Sanggar Bimbingan hingga Wasola

    171531 shares
    Share 68612 Tweet 42883
  • Siswa Disabilitas Smamsatu Borong Juara di Lomba Ini

    122380 shares
    Share 48952 Tweet 30595
  • Kelas Telkom Fiber Optik SMKM 5 Babat Diresmikan Kadindik Jatim

    122279 shares
    Share 48912 Tweet 30570

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Suara Perserikatan
  • Aisyiyah dan NA
  • Kabar
  • Kajian
    • Ngaji Hadits
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Mediamu
  • Teknologi & Gaya Hidup

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim