
PWMU.CO – Semangat membara para instruktur Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo saat mengikuti pembekalan bersama Dr Katni MPdI anggota MPKSDI Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Kegiatan yang digelar di Balai Diklat Muhammadiyah (BDM) ponorogo pada Sabtu malam (07/06/2025) berlangsung penuh khidmat dan menjadi bukti nyata keseriusan MPKSDI PDM Ponorogo dalam menyiapkan kader-kader terbaik melalui program Baitul Arqam.
Sekretaris MPKSDI PDM Ponorogo, Abdul Roshid SE mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya telah memiliki 24 anggota Tim Instruktur yang telah menuntaskan Pendidikan Instruktur (PI) pada bulan Mei lalu. Tim ini terdiri dari para aktivis organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah yang menunjukkan kapasitas luar biasa, dengan 60% di antaranya sedang menempuh pendidikan S2 sebagai bentuk komitmen pengembangan diri.
“Seluruh anggota Tim Instruktur adalah aktivis Ortom Muhammadiyah dengan pengalaman lapangan yang mumpuni. Tim ini bahkan memiliki kemampuan untuk mengakomodasi enam kegiatan Baitul Arqam secara simultan di lokasi berbeda. Ini menjadi terobosan penting dalam percepatan kaderisasi,” jelas Roshid.
Pembelakalan: Instruktur Bukan Pengajar Tapi Teladan
Dalam pembekalannya, Dr Katni menegaskan bahwa seorang instruktur bukan sekadar pengajar, melainkan juga teladan.
“Instruktur harus menguasai ideologi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, sekaligus mampu mempraktikkannya di lapangan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Dr. Katni juga mengapresiasi inovasi kaderisasi massal yang dilakukan oleh MPKSDI PDM Ponorogo, meski dengan sumber daya yang terbatas. Ia menekankan bahwa kader Muhammadiyah yang tangguh di era penuh tantangan ini harus memiliki empat hal utama:
Pertama, Humanisme Diri – Kemampuan untuk menumbuhkan kepribadian dan aktualisasi diri, disertai komitmen kuat sebagai agen amar makruf nahi mungkar. Kedua, Humanisme Sosial – Kepekaan sosial dan kontribusi nyata dalam masyarakat sesuai dengan falsafah Muhammadiyah. Dakwah bukan lagi sekadar ceramah dari mimbar ke mimbar, tetapi aksi yang memberi dampak nyata.
Ketiga, Kemandirian Ekonomi – Kader harus mandiri secara ekonomi, memiliki etos kerja yang tinggi serta integritas yang kuat. Keempat, Penguasaan Hard Skill dan Soft Skill – Kemampuan teknis dan interpersonal sesuai bidangnya agar mampu bersaing dan memberikan kontribusi strategis.
Sesi diskusi menjadi salah satu bagian paling menarik dalam rangkaian kegiatan ini, karena membahas strategi pengkaderan di era Generasi Z—sebuah tantangan sekaligus peluang besar bagi organisasi. Dengan semangat kolaboratif, para peserta dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk merumuskan ide dan pendekatan yang relevan bagi karakteristik generasi masa kini.
Masing-masing kelompok secara aktif menyusun root map—peta akar masalah dan solusi—yang menggambarkan dinamika pengkaderan, mulai dari proses rekrutmen, pembinaan, hingga pengembangan kader. Dari sana, mereka merancang rencana pengkaderan yang tidak hanya adaptif terhadap perubahan zaman, tetapi juga mengedepankan nilai-nilai organisasi yang tetap relevan.
Di akhir kegiatan Koordinator Korps Instruktur MPKSDI PDM Ponorogo, Yazid Fanani SPd, menyampaikan rencana tindak lanjut.
“Insyaallah, akhir bulan ini kami akan kembali menggelar Baitul Arqam di dua titik berbeda secara paralel. Ini adalah ikhtiar kami untuk mempercepat lahirnya kader-kader berkualitas,” tuturnya.
Dengan semangat fastabiqul khairat, PDM Ponorogo terus menjadi pelopor dalam inovasi kaderisasi yang berdampak nyata bagi umat dan bangsa. (*)
Penulis Miftahul Rahman Editor Amanat Solikah