
PWMU.CO – Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban di tiga wilayah terdampak konflik agraria dan Proyek Strategis Nasional (PSN), yaitu Desa Wadas (Purworejo), Pakel (Banyuwangi), dan Rempang (Batam), Sabtu (8/6/2025).
Sebanyak lima ekor kambing disembelih dan disalurkan: dua ekor di Wadas, satu ekor di Pakel, dan dua ekor di Rempang. Program ini bukan sekadar pelaksanaan ibadah tahunan, melainkan peneguhan komitmen Muhammadiyah untuk hadir di tengah masyarakat yang menjadi korban ketidakadilan.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, menyampaikan bahwa perintah berkurban sejatinya merupakan energi spiritual untuk melawan sifat-sifat kebinatangan yang menggerogoti kemanusiaan.
“Kurban mengajak kita mengikis sifat rakus, kejam, oportunisme, hedonisme, dan haus kekuasaan yang hari ini justru menjadi wajah keseharian dalam praktik politik, hukum, dan keamanan,” tegasnya.
Ia menambahkan, ibadah kurban adalah perlawanan sunyi yang menyuburkan kasih sayang dan solidaritas sosial.
Simbol Perlawanan yang Membumi
Sekretaris LHKP Pimpinan Pusat Muhammadiyah, David Efendi, yang turut mendampingi penyembelihan di Wadas, menyampaikan bahwa kurban ini merupakan bagian dari program Al-Ma’un Goes to Village.
“Ini bukan sekadar bantuan material, melainkan juga penguatan spiritual untuk melawan segala bentuk dehumanisasi,,” ujarnya.
Menurutnya, LHKP telah lama melakukan pendampingan di tiga wilayah tersebut. Konflik yang terjadi bukan hanya soal kebijakan, seperti Undang-Undang Cipta Kerja atau Minerba, tetapi juga ujian besar terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
“QurbanMu tahun ini menjadi wujud nyata kehadiran Muhammadiyah di titik-titik luka sosial. Bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi juga menyalakan kembali semangat kemanusiaan dan keadilan,” imbuhnya.
Oase di Tengah Krisis
Di tengah kondisi sosial yang dilanda ketimpangan dan proyek-proyek pembangunan yang merampas ruang hidup rakyat, kegiatan ini menjadi oase harapan. Sebagaimana disampaikan Busyro, kurban bersama rakyat adalah bentuk perlawanan yang hakiki.
“Bersyukur masih bisa berqurban bersama rakyat yang menjadi korban, karena inilah esensi sebenarnya dari perlawanan – bukan dengan kebencian, melainkan dengan semangat kemanusiaan yang mengangkat martabat,” pungkasnya.
Melalui program ini, LHKP Pimpinan Pusat Muhammadiyah ingin menegaskan bahwa agama bukan hanya milik ruang ibadah, tetapi juga harus hadir di medan sosial, terutama bagi mereka yang paling membutuhkan uluran solidaritas dan keadilan. (*)
Penulis Humas LHKP PP Muhammadiyah Editor M Tanwirul Huda