
PWMU.CO – Ada kebiasaan atau tradisi ‘ Nyate ‘ di setiap Hari Raya Kurban atau Idul Adha yang dilakukan oleh santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Ishlah yang beralamatkan di Jalan Raya Klengan Desa Sendangagung Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur.
Hal ini pulalah yang dilakukan 1500 an santri Ponpes Al-Ishlah yang terdiri dari kelas VII dan VIII SMP Muhammadiyah 12 Paciran dan kelas X dan XI Madrasah Aliyah (MA) Al-Ishlah Sendangagung, Jumat (6/6/2025).
Nyate adalah kegiatan membakar daging kambing (pada umumnya) dengan menggunakan bara arang dan daging ditusuk dengan tusukan yang terbuat dari kayu atau bambu, setelah matang biasanya dimakan dengan dicocolkan kecap manis yang ber-cabe dan bawang merah ditambah perasaan air jeruk nipis.
Sebagaimana lazimnya setiap muslim di hari raya kurban, kebanyakan suka bakar sate atau nyate , dan demikian juga, santri Al-Ishlah tidak diragukan lagi sangat gemar dengan kegiatan tahunan ini, khususnya yang suka makan daging kambing.
Nampak sejak pagi santri Al-Ishlah sudah mempersiapkan kegiatan nyate dengan menjemur arang di bawah terik matahari, sebagian santri perwakilan kamar atau Daar mengambil kecap, cabe, bawang, tusukan, dan jeruk dari kantor Staf Pengasuhan.
Sambil menunggu daging dibagikan oleh musyrif atau guru pendamping kamar, para santri mulai melakukan prepare dengan mengupas bawang merah dan dan mengiris cabe, dan yang lainnya menyiapkan tempat perapian.
Begitu daging dibagikan, tak perlu waktu lama mereka langsung eksekusi dengan memotong daging menjadi potongan bentuk dadu, dilihat dari cara motongnya, ada yang sudah mahir bak syef kenamaan, ada juga yang kesulitan motong daging.
Tak lama berselang, asap membumbung tinggi ke angkasa dari depan kamar setiap santri, aroma sedap khas bakaran daging pun menyeruak dan langsung menusuk hidung santri di sekitar kamar.
Wal hasil ada yang matang dengan warna merah kecoklatan tanda matang sempurna, ada yang masih merah maron tanda daging belum matang sempurna, dan ada juga yang hitam karena hangus terlalu matang, atau terlalu lama terkena sengatan api berkobar.
Sukses dan gagalnya nyate ala santri Al-Ishlah tidak jadi soal, tetapi dalam proses dan effort yang telah mereka usahakan adalah kebahagiaan dan keseruan yang spesifik ala santri, gelak tawa dan canda mengiringi kegiatan nyate ala santri Al-Ishlah.
“Siapa bilang mondok gak enak, siapa yang ngomong ber-hari raya di pondok gak seru, saya telah rasakan dan buktikan bahwa mondok itu enak dan asyik dan nyate bareng dengan teman- teman se pondok adalah keseruan dan akan jadi kenangan sepanjang masa,” ujar Arini Salsabila, santri kelas XI-K asal Sembungan Kidul Dukun Gresik. (*)
Penulis Gondo Waloyo Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan
