
Oleh Fathurrahim Syuhadi, Ketua Kwartir Wilayah Hizbul Wathan Jawa Timur
PWMU.CO- Di lingkungan sekolah/madrasah Muhammadiyah, keberadaan organisasi otonom Hizbul Wathan tidak hanya menjadi pelengkap kegiatan ekstrakurikuler, tetapi merupakan bagian integral dari proses kaderisasi dan pembentukan karakter siswa.
Sekolah/madrasah Muhammadiyah memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan kepada para peserta didik. Salah satu instrumen yang sangat strategis dalam pembinaan karakter siswa adalah Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
Sebagai gerakan kepanduan yang lahir dari rahim Muhammadiyah, Hizbul Wathan membawa misi suci : mencetak generasi muda yang beriman, berilmu, berakhlak mulia, serta siap menjadi pemimpin masa depan.
Dalam konteks ini, peran kepala sekolah/madrasah sangat krusial, tidak hanya sebagai pemimpin administratif, tetapi juga sebagai motor penggerak yang menentukan arah dan keberlangsungan gerakan kepanduan di sekolah/madrasah.
Kepala sekolah/madrasah Muhammadiyah diharapkan menjadi inspirator yang mampu mengintegrasikan semangat kepanduan Hizbul Wathan ke dalam budaya sekolah/madrasah.
Dengan kepemimpinan yang visioner dan teladan yang nyata, kepala sekolah/madarasah mampu menghidupkan Hizbul Wathan sebagai wahana pembinaan karakter, kepemimpinan dan semangat kebangsaan bagi para siswa.
Dalam konteks ini, kepala sekolah/madrasah menjadi sosok sentral yang menghubungkan visi pendidikan Muhammadiyah, strategi pengembangan karakter peserta didik dan pelaksanaan nyata di lapangan.
Jika kepala sekolah/madrasah bersungguh-sungguh dalam mendukung dan menggerakkan Hizbul Wathan, maka kegiatan kepanduan ini akan hidup dinamis dan berdampak besar bagi seluruh warga sekolah/madrasah.
Mengapa Hizbul Wathan Penting di Sekolah/Madrasah Muhammadiyah?
Hizbul Wathan bukan sekadar kegiatan ekstrakurikuler biasa. Ia adalah gerakan kepanduan Muhammadiyah yang telah eksis sejak zaman kolonial dan menjadi kawah candradimuka dalam membentuk generasi tangguh, disiplin dan berjiwa pemimpin.
Hizbul Wathan mengajarkan kedisiplinan, semangat kebersamaan, kemandirian, cinta tanah air, serta nilai-nilai spiritual dan sosial yang selaras dengan tujuan pendidikan Islam.
Di tengah berbagai tantangan zaman modern, seperti lunturnya nilai-nilai kebangsaan, melemahnya semangat gotong royong, serta meningkatnya individualisme di kalangan generasi muda, Hizbul Wathan menjadi oase yang menyejukkan. Ia mengembalikan anak-anak pada semangat perjuangan, kesederhanaan, keikhlasan dan nilai keimanan
Namun, potensi besar ini hanya dapat diwujudkan bila kepala sekolah menjadikan Hizbul Wathan sebagai bagian dari ruh sekolah. Tanpa dorongan dan komitmen dari pucuk pimpinan, kegiatan Hizbul Wathan seringkali berjalan seadanya, tidak terencana dengan baik, bahkan sekadar menjadi formalitas dalam agenda tahunan sekolah.
Peran strategis Kepala Sekolah/Madarasah dalam menggerakkan Hizbul Wathan pada satuan pendidikan di sekolah/madrasah Muhammadiyah sebagai berikut :
Pertama, Menjadi Pemimpin yang Visioner.
Kepala sekolah/Madarsah harus memiliki visi yang kuat tentang pentingnya pembinaan karakter di sekolah/madrasah. Ia perlu menempatkan Hizbul Wathan sebagai pilar utama dalam pembentukan karakter siswa. Visi ini tidak hanya disampaikan dalam rapat, tetapi diwujudkan dalam kebijakan sekolah/madrasah, alokasi waktu dan dukungan anggaran yang memadai.
Kepala sekolah/Madrasah yang visioner akan memandang Hizbul Wathan bukan sebagai beban, tetapi sebagai solusi dari banyak persoalan pendidikan karakter. Ia memfasilitasi sinergi antara Hizbul Wathan dan kurikulum, sehingga kegiatan Hizbul Wathan tidak terpisah dari kehidupan sekolah sehari-hari.
Kedua, Membentuk Tim Pembina Hizbul Wathan yang Profesional
Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan Hizbul Wathan di sekolah/madrasah Muhammadiyah adalah kurangnya pembina yang terlatih. Di sinilah peran kepala sekolah/madrasah sangat penting. Ia harus mendorong dan memfasilitasi guru-guru untuk mengikuti pelatihan orentasi singkat kepanduan Hizbul Wathan dan Pelatihan Jaya Melati agar mereka memiliki kompetensi sebagai pembina Hizbul Wathan .
Dengan pembina yang terlatih, kegiatan Hizbul Wathan akan lebih terstruktur, menarik dan sesuai dengan kurikulum kepanduan. Kepala sekolah/madrasah juga perlu memberikan penghargaan dan motivasi kepada guru yang aktif menjadi pembina Hizbul Wathan agar mereka merasa diperhatikan dan didukung.
Ketiga, Membudayakan Kegiatan Hizbul Wathan dalam Kehidupan Sekolah/Madrasah
Hizbul Wathan bukan hanya berlangsung di lapangan atau saat perkemahan. Nilai-nilainya harus meresap dalam budaya sekolah/Madrasah. Kepala sekolah/madrasah dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip Hizbul Wathan seperti kejujuran, kerja sama, ketertiban, dan kepedulian sosial dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
Misalnya siswa dilatih untuk datang tepat waktu, menjaga kebersihan kelas, bekerja sama dalam kelompok belajar, atau membantu teman yang kesulitan. Semua ini adalah implementasi nyata dari semangat Hizbul Wathan yang dibawa ke dalam kegiatan akademik dan non-akademik.
Keempat, Menjadi Teladan dalam Semangat dan Komitmen
Tidak cukup hanya mengarahkan, kepala sekolah/madrasah harus menjadi contoh dalam semangat ke-HW-an. Kehadiran kepala sekolah/madrasah dalam kegiatan Hizbul Wathan, perkemahan, kegiatan pelantikan, atau lomba-lomba kepanduan, memberi pesan kuat bahwa Hizbul Wathan adalah kegiatan penting dan bernilai tinggi.
Kepala sekolah juga dapat menghidupkan semangat Hizbul Wathan di kalangan guru dan karyawan dengan menyelenggarakan pelatihan internal, forum diskusi, atau bahkan kegiatan Hizbul Wathan untuk guru sebagai sarana menyegarkan kembali semangat kebersamaan dan ideologi Muhammadiyah.
Kelima, Mendorong Kaderisasi Melalui Hizbul Wathan
Kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin harus memastikan bahwa Hizbul Wathan tidak berhenti di satu generasi. Harus ada proses kaderisasi yang berkesinambungan. Siswa yang aktif dalam Hizbul Wathan perlu diberi ruang untuk menjadi kader pelatih, instruktur atau pengurus di tingkatan yang lebih tinggi.
Dengan cara ini, sekolah/madrasah Muhammadiyah menjadi tempat yang subur untuk lahirnya calon-calon pemimpin umat. Hizbul Wathan bukan hanya membentuk pandu yang hebat, tetapi juga pemimpin yang amanah, disiplin, dan berakhlak mulia.
Keenam, Membangun Sinergi antara Hizbul Wathan dan Kurikulum Merdeka
Dengan adanya Kurikulum Merdeka yang memberi keleluasaan bagi sekolah/madrasah untuk mengeksplorasi pembelajaran berbasis proyek dan penguatan karakter, Hizbul Wathan memiliki ruang yang lebih luas untuk dikembangkan. Kepala sekolah/madrasah perlu menjadikan Hizbul Wathan sebagai mitra strategis dalam pelaksanaan kurikulum.
Misalnya, kegiatan perkemahan Hizbul Wathan dapat dijadikan proyek profil pelajar Pancasila, kegiatan bakti sosial menjadi bagian dari penguatan karakter empati dan gotong royong. Sementara pelatihan kepemimpinan Hizbul Wathan dapat mendukung literasi sosial dan kewarganegaraan.
Kepemimpinan yang Menggerakkan, Bukan Mengawasi
Keberhasilan Hizbul Wathan di sekolah/madrasah Muhammadiyah bukan ditentukan oleh seberapa sering kegiatan dilakukan, tetapi seberapa dalam nilai-nilainya meresap dalam diri peserta didik. Untuk mencapainya, dibutuhkan kepemimpinan yang aktif, menyemangati, memfasilitasi dan menjadi teladan.
Kepala sekolah/sekolah harus menjadi motor penggerak, bukan sekadar pengawas. Ia bukan hanya hadir dalam laporan dan penilaian, tetapi benar-benar menjadi sosok yang menghidupkan semangat Hizbul Wathan di tengah-tengah kehidupan sekolah/madrasah.
Bila kepala sekolah/madrasah mampu memainkan peran ini dengan sepenuh hati, maka Hizbul Wathan akan menjadi roh pendidikan karakter yang nyata dan membanggakan di sekolah/madarasah Muhammadiyah.
Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Jenderal Soedirman tokoh besar Muhammadiyah dan Hizbul Wathan “Setinggi-tinggi ilmu, sepintar-pintar siasat, tidak akan berhasil jika tidak didasarkan pada keimanan dan keikhlasan.”
Maka, kepala sekolah/madrasah adalah penentu arah gerak Hizbul Wathan di sekolah/madrasah dengan ilmu, strategi, keimanan, dan keikhlasan. Ia akan mampu menjadikan Hizbul Wathan sebagai pilar kuat dalam membentuk generasi unggul dan berkarakter.
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan