
PWMU.CO – Di tengah derasnya arus informasi digital yang serba cepat dan instan, budaya membaca buku tampaknya masih menjadi perhatian serius bagi Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Ahmad Dahlan Kota Surakarta. Hal tersebut ditegaskan langsung oleh Ketua Umum periode 2025/2026, Siti Rahma Lailatul Qodriya, dalam wawancara eksklusif pada Rabu (11/06/2025).
Perempuan kelahiran Lamongan, 23 November 2002, ini menilai bahwa budaya membaca masih menjadi kunci dalam membentuk intelektualitas kader IMM, meski tantangan era digital tidak bisa dihindari.
“Budaya membaca yang sampai saat ini masih dibiasakan menjadikan teman-teman kader tidak hanya mendapat informasi dari ruang digital, tapi juga dari literasi. Setiap informasi yang kami dapat selalu didiskusikan dan dikorelasikan dengan bacaan-bacaan yang ada. Sederhananya seperti itu,” ungkapnya.
Namun, Siti mengakui bahwa membumikan budaya membaca di era digital memang bukan perkara mudah.
“Menurut saya pribadi, membumikan budaya membaca untuk era saat ini memang agak susah, karena banyak ruang digital yang menyuguhkan pengetahuan dengan metode yang lebih menarik, singkat, dan cepat dipahami. Tetapi Alhamdulillah, minat baca kader PC IMM Ahmad Dahlan Kota Surakarta masih di angka 80 dari 100.”
Klinik Literasi hingga Bank Literasi Kader
Menjawab tantangan tersebut, Siti menyebutkan bahwa PC IMM Ahmad Dahlan telah memiliki program strategis yang nyata dan terukur untuk menumbuhkan semangat membaca dan menulis di kalangan kader.
“Alhamdulillah, kami memberikan ruang dan wadah untuk teman-teman kader. Salah satunya adalah program Klinik Literasi di periode sebelumnya, dan kini dikembangkan menjadi Diskusi Pengembangan Keilmuan serta Bank Literasi Kader,” jelasnya.
Menurutnya, pendekatan yang digunakan pun sangat disesuaikan dengan karakteristik generasi Z.
“Kami memang tidak memberikan wadah yang terlalu formal dan mengekang. Generasi Z itu ibarat batu; jika terlalu dipukul akan pecah, tetapi jika dibiarkan tidak akan jadi apa-apa,” tuturnya.
Strategi Menjadikan Buku Sebagai Kebutuhan
Menanggapi fenomena rendahnya minat baca di kalangan generasi muda, Siti menyebut data UNESCO sebagai tamparan yang harus direspons serius oleh kader IMM.
“Kalau lihat data UNESCO yang menyebut minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%, itu jadi pukulan tersendiri. Ilmu datang dari membaca, kritik dan saran pun lahir dari ilmu. Maka, angka tersebut seharusnya tidak segitu,” tambahnya.
PC IMM Ahmad Dahlan mencoba menghadirkan solusi melalui Bank Literasi Kader, dengan mewajibkan publikasi tulisan kader setiap minggunya.
“Kami pastikan setiap minggu ada kader yang mengirim tulisan, baik dari hasil membaca atau diskusi. Kami para pimpinan juga memberikan contoh langsung untuk membaca, karena kader itu peniru yang andal. Menjadi role model adalah kunci mengubah pola pikir mereka,” tegasnya.
Kolaborasi Literasi dan Misi Menyapa Pintu ke Pintu
Untuk memperkuat ekosistem membaca, Siti menyebutkan bahwa kolaborasi eksternal juga menjadi strategi penting.
“In syaa Allah, dalam waktu dekat akan ada kolaborasi dengan Perpustakaan Kota dan Bank Indonesia. Solo ini identik dengan budaya Jawa yang kuat, jadi kami bangun ekosistem membaca sedikit demi sedikit, dari pintu ke pintu—sekretariat, kost, hingga taman,” tambahnya lagi.
Ia menutup dengan pernyataan penuh makna: Ibarat pepatah Jawa, tresno teka jalaran saka kulino—cinta tumbuh karena terbiasa. Begitu pula dengan budaya membaca. (*)
Penulis Fathan Faris Saputro Editor Amanat Solikah