
PWMU.CO – Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) kembali menunjukkan komitmennya dalam menyiapkan calon pendidik profesional dan inklusif melalui kegiatan Kuliah Praktisi yang mengangkat tema “Identifikasi Dini dan Pendekatan Holistik dalam Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)”.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa (10/6/2025), bertempat di Auditorium Budi Utomo Umla dan diikuti oleh mahasiswa semester 4 dan 6 dari jurusan PGSD.
Antusiasme mahasiswa tampak luar biasa sejak awal acara, mencerminkan rasa ingin tahu dan kepedulian mereka terhadap dunia pendidikan inklusif yang kini semakin penting.
Acara dibuka secara formal dengan susunan acara yang dimulai dari pembukaan oleh MC, pembacaan ayat suci al-Quran, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Muhammadiyah, serta sambutan-sambutan.
Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua Panitia, dilanjutkan oleh Ketua Program Studi PGSD, AF Suryaning Ati, dan secara resmi dibuka oleh Dekan Fakultas Sains, Teknologi, dan Pendidikan, Eko Handoyo.
Kuliah praktisi ini menghadirkan seorang pegiat psikologi anak sekaligus pendiri dan direktur Logika Kids, Dwi Fitria Aini, sebagai narasumber utama.
Dalam paparannya yang disampaikan secara lugas namun menyentuh, ia menjelaskan pentingnya identifikasi dini terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, serta pendekatan holistik sebagai langkah strategis dalam menangani berbagai tantangan yang mereka hadapi.
Materi yang disampaikan mencakup berbagai aspek penting, mulai dari konsep pendidikan inklusi, tujuan pendidikan bagi ABK, tahap-tahap perkembangan anak, pengenalan berbagai jenis kebutuhan khusus (seperti autisme, ADHD, disleksia, dan lainnya), hingga metode penanganan yang sesuai dan empatik.
Dwi juga menekankan bahwa guru tidak hanya perlu memahami sisi akademik anak, tetapi juga aspek sosial, emosional, dan sensoris mereka.
“Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus bukan hanya tentang kurikulum, tetapi tentang bagaimana kita hadir sebagai pendidik yang mampu mendampingi mereka secara utuh,” ungkapnya di hadapan para mahasiswa.
Sesi tanya jawab yang berlangsung setelah pemaparan materi menjadi ruang interaktif yang produktif. Mahasiswa PGSD tak ragu melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis serta berbagi pengalaman terkait praktik pembelajaran inklusif yang pernah mereka temui di lapangan.
Moderator acara, Avicarizta Zunia, memandu jalannya diskusi dengan hangat dan komunikatif, menjaga suasana tetap hidup hingga penghujung acara.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini, diharapkan mahasiswa PGSD Umla memiliki bekal awal yang kuat untuk memahami dan menangani anak berkebutuhan khusus secara empatik dan berbasis pendekatan holistik.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari penguatan kapasitas calon pendidik dalam menyongsong pendidikan dasar yang lebih adil, ramah, dan inklusif. (*)
Penulis Helmy Choiriyanto Editor Ni’matul Faizah