
PWMU.CO — Dalam upaya memperkuat ketangguhan masyarakat terhadap risiko bencana dan perubahan iklim, Program SIAP SIAGA menyelenggarakan Workshop dan Peluncuran (Kick-Off) Rencana Kerja Tahunan 2025 di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Salah satu program utama yang diluncurkan adalah Karang Tangguh, sebuah inisiatif dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) atau Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang dijalankan bersama Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat Aisyiyah.
Program Karang Tangguh merupakan bentuk dukungan Muhammadiyah terhadap percepatan implementasi Peraturan Gubernur NTB Nomor 84 Tahun 2022 tentang Desa Tangguh Bencana (DESTANA), sekaligus langkah nyata dalam mengintegrasikan pengurangan risiko bencana ke dalam perencanaan pembangunan desa. Ketua LRB/MDMC PP Muhammadiyah, Budi Setiawan, turut hadir dan menandatangani peresmian kerja sama program ini di Sumbawa, Rabu (11/6/2025).

Indrayanto, Wakil Ketua LRB/MDMC PP Muhammadiyah, menjelaskan bahwa Karang Tangguh bertujuan mewujudkan desa tangguh bencana melalui penguatan ketahanan pangan dan adaptasi perubahan iklim yang inklusif dan berkelanjutan.
“Program ini kami rancang untuk memperkuat daya lenting masyarakat desa terhadap bencana, khususnya dengan membangun ketahanan pangan yang terintegrasi dengan adaptasi perubahan iklim,” ujarnya.
Ia menambahkan, program ini menargetkan peningkatan kapasitas komunitas, kelompok rentan, dan kelembagaan desa sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana dan penguatan sumber penghidupan.
“Selain itu, kami juga ingin mendorong pelibatan lebih besar dari jaringan Muhammadiyah di berbagai daerah agar menjadi bagian dari solusi berbasis komunitas,” tambahnya.

Senada dengan itu, Ketua LLHPB PP Aisyiyah, Rahmawati Husein, menyampaikan bahwa pihaknya turut aktif mendukung pembentukan desa tangguh iklim bersama MDMC melalui pendekatan berbasis komunitas.
“Kami akan fokus pada penanaman mangrove serta penguatan ketahanan pangan berbasis kelautan sebagai bentuk adaptasi komunitas terhadap perubahan iklim,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran perempuan sebagai aktor utama dalam membangun ketangguhan desa.
“Perempuan, melalui gerakan Aisyiyah, bukan hanya menjadi penerima dampak, tapi juga aktor utama dalam membangun ketangguhan bersama masyarakat,” tegasnya.
Rahmawati berharap, program ini dapat berkembang lebih luas dan direplikasi secara mandiri di berbagai wilayah.
“Kami berharap program ini menjadi percontohan yang bisa direplikasi secara mandiri di wilayah lain,” tutupnya.
Peluncuran program ini sekaligus menjadi ajang sosialisasi Rencana Kerja Tahunan Program SIAP SIAGA bersama para mitra, termasuk MDMC, guna memperkuat koordinasi multipihak dan mendorong implementasi program pengurangan risiko bencana yang terintegrasi dan berkelanjutan.

Program SIAP SIAGA sendiri merupakan kemitraan antara Pemerintah Indonesia (BNPB) dan Pemerintah Australia yang bertujuan memperkuat sistem kelembagaan pengelolaan risiko bencana, khususnya di tingkat provinsi dan kabupaten.
Kegiatan ini dihadiri lebih dari 70 peserta dari berbagai unsur, termasuk perwakilan BNPB, Kedutaan Besar Australia, SIAP SIAGA Nasional, serta organisasi perangkat daerah (OPD) Provinsi NTB dan Kabupaten Sumbawa, seperti BPBD, Bappeda, Dinas PMD, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas P3AP2KB, Diskominfo, serta unsur masyarakat sipil seperti Forum PRB dan Forum Perguruan Tinggi PB.
Dengan kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan mitra pembangunan, Program Karang Tangguh diharapkan menjadi pendekatan berbasis komunitas yang mampu menjawab tantangan krisis iklim serta memperkuat ketahanan lokal secara inklusif dan berkelanjutan. (*)
Penulis Dzikrina Farah Adiba Editor M Tanwirul Huda