
PWMU.CO – الحمد لله… الحمد لله الذي خلق الإنسان وعلمه البيان، وأمره بالعدل والإحسان، ونهاه عن الغرور والطغيان أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، صادق الوعد الأمين.
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد، وعلى آله وأصحابه أجمعين، ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد، فيا أيها الناس، أوصيكم ونفسي المقصرة بتقوى الله، فقد فاز المتقون. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…
Adalah suatu hal yang wajar bila seseorang merayakan kemenangan dengan penuh suka cita. Dalam dunia sepak bola misalnya, selebrasi setelah mencetak gol merupakan pemandangan yang lazim—sebagai ungkapan syukur, pelepas emosi, dan bentuk penghargaan atas kerja keras yang telah dilakukan. Namun, ada satu pelajaran berharga yang patut kita renungkan dari sikap Achraf Hakimi, pada laga final Liga Champions tahun 2025 lalu.
Saat ia mencetak gol pertama untuk PSG ke gawang Inter Milan, klub lamanya, ia tidak melakukan selebrasi berlebihan. Ia hanya bersujud syukur, tanpa gerakan emosional, tanpa provokasi. Bahkan, ia terlihat seperti meminta maaf. Ini adalah bentuk komunikasi diam, tapi sarat makna: ia menunjukkan respek kepada masa lalunya.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah…
Sikap ini berbeda dari sebagian pemain lain yang melakukan selebrasi provokatif. Misalnya, Emmanuel Adebayor yang justru memancing kemarahan suporter dengan berlari ke arah mereka dan merayakan gol secara berlebihan. Akibatnya, ia dihukum dan dikecam.
Achraf Hakimi mengajarkan bahwa diam yang dilakukan dengan niat yang baik bisa menjadi pesan yang lebih dalam daripada kata-kata. Ia menjaga hati pendukung lawan, dan tetap merendah meski menang besar. Ini adalah bentuk ihsan, sikap terbaik dalam Islam yakni berbuat baik karena sadar Allah selalu mengawasi.
Allah SAW berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa meremehkan orang lain adalah sikap tercela. Sebaliknya, menghormati sesama, bahkan dalam kemenangan, adalah bentuk kemuliaan akhlak.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Apa yang ditunjukkan Achraf Hakimi tersebut bisa disebut sebagai respek. Respek adalah bentuk penghargaan yang dalam terhadap sesama, bahkan terhadap mereka yang berbeda pandangan atau pernah menjadi lawan. Dalam Islam, ini adalah bagian dari adab dan akhlak mulia.
Rasulullah SAW bersabda:
“إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق.”
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Inilah yang harus kita lakukan, mengedepankan adab, menjunjung akhlak yang mulia. Tetap rendah hati, penuh penghargaan, tidak congkak atau sombong.
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Luqman ayat 18:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ ١٨
Artinya: Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. (QS. Luqman: 18).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الحمد لله… الحمد لله الذي هدانا لهذا وما كنا لنهتدي لولا أن هدانا الله.
أشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، لا نبي بعده.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم، إنك حميد مجيد.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Mari kita belajar dari kisah-kisah ini, termasuk dari Hakimi, bahwa kemenangan bukan untuk menyombongkan diri, tapi untuk bersyukur. Dan komunikasi bukan hanya soal kata-kata, tapi lebih dalam: bagaimana hati kita menyikapi orang lain dengan hormat dan empati.
Mari kita berdoa semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang rendah hati dalam kemenangan, sabar dalam kekalahan, dan santun dalam berkomunikasi.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ
. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَارَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين
عباد الله… إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى، وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلكم تذكرون.
فاذكروا الله يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون.
Penulis Moh. Ernam Editor Ni’matul Faizah