
Oleh: Moh. Helman Sueb – Pembina Pesantren Muhammadiyah Babat, Lamongan
PWMU.CO – Alhamdulillah, kita telah menerima nikmat yang sangat bernilai karena telah melaksanakan shalat Iduladha dan melakukan penyembelihan kurban, serta menikmati hari tasyrik berupa nikmat sehat dan waktu luang. Dua nikmat ini sering kali dilalaikan oleh manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang,” (HR. Bukhari dari Ibnu ‘Abbas)
Ibnu Baththāl mengatakan, “Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barang siapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur.”
Ibadah kurban bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Bukan mengharapkan pujian orang lain atau agar dikatakan sebagai orang peduli. Sebab yang akan sampai kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā hanya ketakwaan kita, sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Hajj: 37:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā menilai ketakwaan kita. Ketakwaan itu ada dalam hati, yaitu berkurban semata-mata karena-Nya. Jika tidak, maka apa yang dikurbankan tidak akan diterima. Di sinilah, semua aktivitas harus diniatkan semata-mata karena Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.
Berkurban merupakan bukti cinta. Cinta yang disertai rasa takut melakukan hal-hal yang mendatangkan murka-Nya serta berharap mendapatkan rida-Nya. Kecintaan Ibrahim ‘alaihis salām patut menjadi teladan sebagaimana firman Allah Subḥānahu wa Ta’ālā dalam surat Ash-Saffat ayat 102:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’”
Ibrahim ‘alaihis salām sangat cinta kepada Ismail ‘alaihis salām. Dengan berat hati, ia menyampaikan mimpinya itu. Kemudian Ismail ‘alaihis salām menjawab, “Wahai Ayahku, laksanakanlah kalau memang itu perintah Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.”
Hal ini menunjukkan bahwa Ismail adalah seorang yang patuh dan memiliki kesabaran yang tinggi. Hal itu tidak lain karena pengaruh pribadi Ibrahim yang sangat patuh kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā serta cinta kepada-Nya melebihi cintanya kepada selain-Nya. Oleh karena itulah, Ibrahim mendapat balasan seekor kambing besar sebagai ganti Ismail yang akan dikurbankan.
Ibadah kurban mengajarkan kita agar menjadi orang yang sabar. Berdasarkan firman Allah Subḥānahu wa Ta’ālā dalam QS Al-Baqarah: 153: “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Setiap orang tentu memiliki masalah yang harus diselesaikan. Ini adalah penawaran Allah Subḥānahu wa Ta’ālā terhadap orang bertakwa agar orang-orang yang beriman memohon pertolongan dalam permasalahan yang dihadapi.