
PWMU.CO – Suasana semarak tampak di SD Muhammadiyah 6 Gadung (SD Musix) Surabaya saat para peserta didik antusias mengikuti kegiatan edukatif International Class Program Explore The World (ICP Ex-World) yang diselenggarakan oleh pihak sekolah yang bekerja sama dengan Medan Pustaka Media (MPM) pada Sabtu (14/6/2025).
Meski berlangsung pada hari libur sekolah, seluruh peserta tampak antusias dan gembira mengikuti kegiatan ICP Ex-World bersama native speaker dari United Kingdom (UK), Mr Ashley Beaven.
Di awal kegiatan, Mr. Ashley mengajak para siswa bermain syllable game (permainan suku kata) untuk melatih fokus. Anak-anak diminta bertepuk tangan sesuai jumlah suku kata yang disebutkan oleh Mr Ashley. Selanjutnya, mereka diajak melakukan body movement (gerak tubuh). Satu syllable berarti duduk, dua syllable berdiri, tiga syllable bergoyang, dan empat syllable melakukan gerakan seperti berenang.
Sang native speaker telah menyiapkan materi permainan dengan menayangkan beberapa gambar bendera negara. Jika yang muncul adalah bendera China, maka anak-anak berdiri atau bertepuk dua kali karena “Chi-na” terdiri dari dua suku kata.
Sementara ketika yang muncul adalah bendera Belanda, anak-anak akan bergoyang atau bertepuk tiga kali karena “Be-lan-da” terdiri dari tiga suku kata. Permainan pun terus berlanjut dengan pola serupa untuk bendera negara lainnya.
Pada awal pertemuan dengan bule asal Chippenham, UK, anak-anak tampak sangat menikmati dan antusias mengikuti kegiatan. Seluruh aktivitas disampaikan menggunakan bahasa Inggris, sehingga menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus melatih kemampuan berbahasa mereka.
Setelah antusiasme dan motivasi belajar peserta didik tumbuh, Mr Ashley mulai memperkenalkan kebudayaan di UK melalui kegiatan yang dirancang secara interaktif. Ia terus berinteraksi dengan para siswa untuk mendorong munculnya pertanyaan dan jawaban, sehingga tercipta suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
Setelah pemaparan materi selesai, anak-anak dibagi ke dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari empat orang. Mr. Ashley kemudian membagikan satu lembar kertas kosong untuk setiap kelompok. Tugas mereka adalah menuliskan 10 pertanyaan seputar hal-hal yang ingin mereka ketahui tentang UK.
Sepuluh pertanyaan tersebut harus diselesaikan dalam waktu lima menit, sehingga menciptakan tantangan kecepatan yang mendorong semangat berkompetisi di antara peserta didik. Seluruh kertas berisi pertanyaan tersebut kemudian dikumpulkan untuk dijawab oleh Mr Ashley secara acak.
Setiap kelompok yang terpilih maju ke depan untuk menyampaikan pertanyaannya secara langsung, kemudian dijawab oleh Mr Ashley. Sebaliknya, Mr Ashley juga mengajukan pertanyaan serupa kepada siswa yang bertanya, sehingga tercipta interaksi dua arah yang memungkinkan keduanya saling mengenal lebih dekat.
Tak berhenti sampai di situ, menjelang akhir acara, Mr Ashley menyiapkan hadiah untuk permainan mengasah daya ingat. Peserta didik yang berhasil menjawab dengan benar akan menerima hadiah yang dipilih dengan cara unik, mereka tidak diperbolehkan melihat ke dalam tas besar tempat hadiah disimpan, sehingga menambah keseruan dan kejutan dalam kegiatan.
Begitu ada satu peserta didik mendapatkan cokelat, peserta didik yang belum ditunjuk semakin antusias untuk menjawab pertanyaan di layar. Kegiatan terus berlanjut sampai seluruh pertanyaan habis.
“Kegiatannya bagus, anak-anak mengaku senang. Ada materi tentang sekolah di Inggris, mungkin suatu hari nanti bisa memotivasi anak-anak untuk sekolah di Inggris,” kata Wali Murid dari Zayn Edsa kelas 1 ICP, Sangya.
Kegiatan ICP Ex-World ini tidak hanya memberikan pengenalan budaya, tetapi juga menghadirkan proses pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan deep learning, di mana peserta didik terlibat secara aktif, mendalam, dan bermakna, sehingga pengalaman belajar menjadi lebih hidup dan berkesan.
Melalui kegiatan ini, diharapkan seluruh peserta didik semakin termotivasi untuk mempelajari hal-hal baru guna memperluas wawasan dan pengetahuan mereka. (*)
Penulis Rizki Handayani Editor Ni’matul Faizah