
PWMU.CO – LPCRPM PWM Jawa Timur melaksanakan Rapat Koordinasi Khusus (Rakorsus) LPCRPM Kluster Gresik, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro, bertempat di ruang rapat kantor PDM Lamongan, Sabtu (14/6/2025).
Agenda Rakorsus di antaranya sambutan, pemberian materi, yakni Best Practise Menggerakkan Muhammadiyah di Cabang Brondong dan forum diskusi.
Fadlan SH Sekretaris LPCRPM Lamongan selaku tuan rumah, mengawali sambutannya dengan menyatakan bahwa PDM Lamongan telah memiliki cabang unggulan nasional, yaitu PCM Babat. Sedangkan PCM Brondong merupakan cabang yang berkategori unggul, yang hari ini diundang untuk menyampaikan materi best practise bagaimana menggerakkan Muhammadiyah unggul di Cabang Brondong.
Dalam materinya, Mat Iksan, Ketua PCM Brondong, memberikan kiat menggerakkan Muhammadiyah di PCM Brondong, sehingga cabang tersebut memiliki keunggulan—utamanya pada amal usaha ekonomi. Menurutnya, ada dua kiat utama: gaya komunikasi seorang pimpinan dan modal.
“Pertama, dia lebih banyak menggunakan komunikasi tidak formal, tidak kaku, dan santai, sehingga dapat menciptakan suasana yang nyaman dan akrab dengan anggota pimpinan bahkan dengan jamaahnya. Dia tidak membedakan antara satu sama lain, melainkan memperlakukan semua anggota sama dan menghargai kontribusi masing-masing.”
Dengan gaya komunikasi seperti ini, pimpinan dapat membangun hubungan yang lebih dekat dan harmonis, menciptakan suasana kebersamaan yang kuat, seperti saat ngopi bareng atau duduk bersama, yang dapat memperkuat ikatan dan solidaritas di antara mereka.
Lanjutnya, “Kita tidak mau mengkavling atau memisahkan diri, melainkan duduk bersama untuk memikirkan organisasi Muhammadiyah, sehingga mereka dapat mendengarkan gagasan serta dapat bekerja sama.”
Dengan demikian, komunikasi yang tidak formal, tidak kaku, dan santai dapat menjadi kunci untuk membangun hubungan yang lebih harmonis dan efektif antara pimpinan dan anggota dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Kemudian, kiat kedua adalah dengan menggunakan tiga modal: akidah murni, organisasi, dan jamaah.

“Salah satu contoh, kemalasan merupakan tanda bahwa akidah seseorang tidak murni. Ketika seseorang memiliki akidah yang kuat dan murni, mereka cenderung memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk menjalankan organisasi.”
Sebaliknya, kemalasan dapat menjadi tanda bahwa seseorang kurang memiliki kesadaran akan tanggung jawab sebagai pimpinan. Maka ketika anggota jamaah menunjukkan tanda malas atau tidak semangat dalam menyelesaikan tugas, pimpinan harus tampil memberikan contoh.
Selanjutnya, pimpinan harus memiliki keberanian untuk menegur, mengidentifikasi kesalahan dan kelemahan, serta tidak lupa memberikan arahan yang jelas untuk perbaikan.
Selain itu, pimpinan yang baik juga harus siap bekerja keras—siang dan malam—untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka harus menjadi teladan bagi anggotanya dengan menunjukkan dedikasi dan komitmen tinggi terhadap kewajiban.
“Pimpinan juga memiliki peran penting dalam menggerakkan jamaah untuk mencapai tujuan. Ketika jamaah terlihat diam atau kurang aktif, kita tidak boleh berdiam diri. Sebaliknya, kita harus mengambil inisiatif untuk menggerakkan mereka, memotivasi mereka, dan memberikan arahan yang jelas,” ungkapnya.
Dia juga menyampaikan bahwa dalam mengembangkan ranting, dakwah tidak boleh terbatas pada teritorial atau ranting tertentu. Sebaliknya, harus memiliki visi dakwah yang lebih luas dan terbuka untuk membantu serta berkolaborasi dengan ranting lain. Dengan demikian, ranting dapat berkembang secara bersama-sama dalam satu cabang.
Acara terakhir adalah focus group discussion (FGD). Dalam diskusi ini, LPCRPM Jawa Timur bertindak sebagai fasilitator dengan tema “Bagaimana Mengembangkan CRM serta Masalah dan Solusinya”. (*)
Penulis Tholin Editor M Tanwirul Huda