
PWMU.CO — Pemerintah Israel secara resmi meminta bantuan kepada Inggris dan Prancis untuk menghadapi serangan rudal dan drone dari Iran, menyusul meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Permintaan ini diungkapkan oleh saluran televisi Israel Kan dan dikutip kantor berita Anadolu Agency, Senin (16/6/2025).
Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa Israel meminta bantuan untuk mencegat pesawat nirawak (drone) dan rudal balistik yang diluncurkan Iran. Inggris merespons secara positif dan menyatakan dukungan, sementara Prancis menolak permintaan tersebut.
Dukungan Inggris disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan Inggris Rachel Reeves dalam wawancaranya dengan Sky News. Ia menegaskan bahwa negaranya telah mengambil langkah antisipatif dengan mengirimkan jet militer tambahan ke kawasan Timur Tengah.
“Kami menyerukan agar ketegangan segera diredakan. Keputusan pengiriman jet ini adalah langkah pencegahan,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Kami mengirimkan aset untuk melindungi diri kami sendiri dan juga berpotensi untuk mendukung sekutu kami,” kata Reeves seperti dilansir Reuters.
Keterlibatan Inggris dalam konflik semacam ini bukan yang pertama kali. Pada konflik Israel-Iran tahun lalu, Inggris dilaporkan telah menembak jatuh pesawat nirawak Iran yang menuju Israel pada bulan Oktober. Dalam operasi itu, dua jet tempur dan sebuah pesawat tangki pengisian bahan bakar di udara dikerahkan untuk mencegat rudal Iran yang melintas di atas wilayah udara Timur Tengah.
Langkah Inggris memperlihatkan posisinya yang aktif dalam mendukung Israel di tengah ketegangan geopolitik regional. Sementara itu, sikap Prancis menunjukkan kehati-hatian dan keengganan untuk terlibat langsung dalam konflik militer yang berpotensi meluas.
Konflik antara Iran dan Israel kembali memanas setelah serangan udara Israel terhadap beberapa fasilitas strategis Iran. Iran pun membalas dengan peluncuran rudal dan drone ke wilayah Israel, yang kemudian mendorong permintaan bantuan internasional tersebut.
Para pengamat menilai, dukungan negara-negara Barat seperti Inggris berpotensi memperkeruh situasi dan memperluas eskalasi konflik. Apalagi, kawasan Timur Tengah sudah lama menjadi titik panas geopolitik yang mudah tersulut oleh konflik regional maupun global. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan