
PWMU.CO – Suasana haru, penuh kebanggaan, dan nuansa budaya Jawa yang kental menyelimuti halaman Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 1 Menganti, Gresik pada Sabtu (14/6/2025) malam, saat sekolah tersebut menggelar acara “Malam Apresiasi Pencapaian dan Penghargaan Angkatan ke-7”.
Kegiatan tahunan ini menjadi momen puncak yang ditunggu-tunggu, karena tidak hanya menjadi acara puncak siswa kelas VI, tetapi juga menjadi malam persembahan penuh cinta untuk orang tua dan guru yang telah membersamai mereka selama enam tahun terakhir.
Dengan mengusung tema besar “Cahya Kawruh Warisan Perjuangan Lentera Masa Depan”, acara ini dikemas dengan konsep budaya Jawa yang otentik dan menyentuh. Dekorasi panggung bergaya klasik, ornamen tradisional, serta properti seperti gerobak angkringan khas Jawa menjadi daya tarik visual yang langsung membawa para hadirin pada nuansa khas pedesaan Jawa yang sederhana namun sarat makna.
“Konsep ini diangkat agar anak-anak tetap memiliki kedekatan dengan budaya mereka sendiri, tidak tercerabut dari akar tradisi. Lewat nuansa Jawa, kami juga ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya hormat kepada orang tua, cinta pada perjuangan, dan optimisme masa depan,” terang Koordinator Kelas VI, Fariatus Sholikhah SPd atau yang akrab disapa Ustadzah Likha.
Rangkaian acara dimulai dengan pra-pentas yang menyajikan berbagai pertunjukan seni tradisional. Tarian daerah, atraksi Tapak Suci, hingga pentas jaranan. Tak ketinggalan, penampilan tokoh pewayangan Anoman menjadi salah satu yang paling mencuri perhatian, karena juga turut mengiringi para siswa saat memasuki prosesi penyerahan medali di acara inti.
Dari seluruh rangkaian acara, yang paling menggugah emosi adalah sesi sungkem para siswa kepada orang tua mereka. Dalam balutan busana tradisional, satu per satu siswa berlutut di hadapan ayah dan ibu mereka, menyampaikan rasa terima kasih dengan linangan air mata dan pelukan hangat.
Selanjutnya, acara berlanjut ke prosesi penyerahan sertifikat dan medali oleh Kepala Sekolah beserta tiga wali kelas. Dengan iringan musik Jawa dan kemunculan simbolis Anoman, anak-anak dipanggil satu per satu ke atas panggung.
Panggung terbuka yang diterangi deretan lampu temaram di malam hari menghadirkan suasana hangat, akrab, dan intim. Kombinasi antara budaya, pencapaian akademik, dan nilai kekeluargaan menjadikan malam itu bukan hanya sekadar apresiasi siswa, melainkan momentum transformasi.
Malam Apresiasi ini menjadi perayaan penutup yang sarat nilai. Bukan hanya tentang akhir dari masa sekolah dasar, tapi juga tentang bagaimana anak-anak diajak untuk memahami arti syukur, menghargai perjuangan orang tua, dan menjunjung tinggi warisan budaya sebagai bekal menuju masa depan. (*)
Penulis Faradilla Nur Aulia Rahma Editor Ni’matul Faizah