
PWMU.CO – Sabtu (14/6/2025), Sekolahnya Para Pemimpin, SMP Muhammadiyah (SMPM) 7 Surabaya menggelar Purnawiyata ke-49 di hotel Tunjungan Surabaya. Acara ini dibuka dengan penampilan eskul Gambus Al Mahdi dengan membawakan 2 lagu yakni Mars Muhammadiyah, dan Rohman Ya Rohman.
Disusul dengan serangkaian pembukaan, yang dilanjut dengan menyanyikan lagunindonesia raya, Mars Muhammadiyah dan lagu “Aku Ingin Jadi Hafizh Qur’an”. Saat menyanyikan lagu hafizh quran sebagian peserta sudah tak kuasa menahan haru.
Acara dilanjut dengan laporan dan sambutan akhirus sanah dari kepala sekolah, Imam Sapari. Kepala sekolah membeberkan segala pencapaian sekolah dari sisi akademik, hafalan quran dan prestasi non akademik.
Gus imsap, sapaan akrab kepala sekolah menuturkan, capaian dari sisi akademik adalah disbanding tahun 2024, tahun ini kita nilai tertinggi naik.
Tahun 2024 nilai tertinggi lulusan kita 91.15, 90.41, dan 90.14. namun di tahun ini nilai lulusan tertinggi kita naik menjadi 91.70, 91.65 dan 91.58. tentunya ini capaian yang luar biasa.
Disisi lain, dari aspek capaian hafalan quran. Pada saat awal kelas 7 siswa kita ada 43 siswa yang belum bisa baca al-Quran dan kelas 9 mereka sudah bisa semua kecuali ada 2 anak hebat yang belum bisa al-Quran.
Kemudian untuk hafalan quran, kalau kelas 7 mereka paling tinggi adalah 4 juz, maka saat lulus ini ada yang mencapai 10 juz. Belum lagi prestasi internasional dan nasional yang banyak mereka boyong dalam segala event kejuaraan.
Sebelum mengakhiri pidato, Gus Imsap menyampaikan permohonan maaf dan terima kasih kepada orang tua dan siswa. Sambil dengan menahan tangis haru, Gus imsap juga menyampaikan kepada orang tua untuk mengembalikan lagi didikan dan pembinaan para siswa kepada orang tua masing-masing, sembari nitip ibadahnya, hafalan qurannya, dan pengawasan pergaulannya.
“Mungkin ke depan kami sudah tidak lagi yang bangunkan kalian shalat tahajjud, monitoring baca quran dan shalat terutama shubuh, mengajak kalian bersih-bersih dan safari masjid. Tapi ingat, hafalan, ibadah dan perilaku kalian tetao dijaga ya. Maafin kami bila pernah ada salah. Semoga kalian sehat, sukses dan kelak jadi pemimpin bangsa,” ujarnya sambal menahan tangis haru
Sontak pidato kepala sekolah tersebut membuat para orang tua dan para peserta purnawiyata menangis tak kuasa menahan air mata. Sembari mengajak yel-yel sekolahnya para pemimpin untuk yang terakhir kali.
“Baru pertama kali ini saya melihat seorang Gus Imsap sang kepala sekolah meneteskan air mata saat menyampaikan laporan. Biasanya beliau semangat dan berapi-api,” tanggapan Abah Sholeh sapaan akrab ketua PCM Bubutan dalam sambutannya
Selanjutnya prosesi wisuda dan dilanjut penghargaan bagi siswa berprestasi akademik dan non-akademik, seperti:
Ashabul Kahfi
- Achmad Mashur Maulana
- Daffa Ghiffari Putra
- Muhammad Ramadhani Rifianno
- M. Alvino Aji Ardyansyah
- Farrel Risyad Ahmad Yanuar
- Rahlil Akram Al Abraar
- Muhammad Ihsan Maulana
Bidang Non Akademik
- Muhammad Ihsan Maulana
- Muhammad Ramadhani Rifianno
- Rafa Halei Arya Kalani
- Zaskia Rahmadinda Siswanto
- Sitta Aulia Rachmah
Bidang Akademik
- Jihan Aqila = nilai 91,70
- Khalisa Irtikha Azzahrah = nilai 91,65
- Daffa Ghiffari Putra = nilai 91,58
- Ananda Rahmah Amalia = nilai 91,58

Pesan dan kesan siswa disampaikan oleh Daffa Ghiffari Putra. Daffa merupakan satu-satunya peserta didik yang menerima 2 penghargaan sekaligus, yakni Ashabul Kahfi dan Akademik diberikan kesempatan untuk mengisi pesan dan kesan.
“Kita tidak bisa memilih dari Rahim siapa kita dilahirkan, yang kita bisa pilih adalah masa depan kita. Apakah kita mau membanggakan orang tua kita, atau tidak,” ungkap Ghiffari dalam penyampaiannya.
“Saya dibesarkan hanya dengan satu orang tua, yakni ibu saya. Saya memanggil ibu saya dan mengajak pula teman-teman sekalian untuk memberikan bunga sebagai tanda terima kasih, mari peluk ibu kita,” sambung Ghiffari.
Di sesi akhir inilah moment isak tangis para peserta purnawiyata mulai meladak. Para siswa mendatangi masing-masing orang tuanya dengan memberikan sepucuk tangka bunga kepada orang tua masing-masing, memeluk orang tua sambal mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf kepada orang tua masing-masing.
Tertinggal salah satu siswa juga, Yani Adelia yang menangis karena tidak ada siapa lagi yang bisa dipeluk, anak yang ditinggal kerja ibunya di Taiwan, sedangkan Ayahnya hilang sedari kecil. Lalu datanglah wali kelasnya memeluknya.(*)
Penulis Rachell Fattama Az Zahrah Editor Zahrah Khairani Karim