PWMU.CO – Periodesasi kepemimpinan Immawan Muhammad Khoirun Nizam sebagai Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Tulungagung mendekati akhir. Dalam satu periode kepemimpinan (2023-2024) itu, dinamika gerakan kader pun kian menguat. Pada periode ini tantangan sekaligus lompatan kemajuan dalam internalisasi nilai-nilai kaderisasi, penguatan basis, dan pembentukan kultur kolaboratif kian dinamis.
Pada era Nizam ini, IMM Tulungagung kian menegaskan arah gerakannya. Yaitu sebagai organisasi kader yang berfokus pada pengkaderan formal. Meski disisi lain juga memperluas jangkauan dakwah di ranah sosial, digital, hingga pemberdayaan masyarakat. Tidak mengherankan jika model pendekatan ini pun menuntut sinergitas antar bidang, antar komisariat, hingga antar elemen internal Muhammadiyah ataupun masyarakat luas.
Seiring semakin kompleksnya kebutuhan gerakan, Nizam kerap menegaskan pentingnya berorganisasi secara berjejaring, bukan berjalan dan bergerak sendiri-sendiri. Maka dalam periode ini Nizam pun mengaktualisasikan berbagai inisiatif yang bersifat kolaboratif. Pada periode ini muncul gerakan penguatan sinergi di “bidang media dan komunikasi” dengan “bidang tabligh” untuk melakukan sosialisasi ideologi berbasis konten. Selain itu juga melakukan kolaborasi kegiatan bertajuk kemanusiaan bersama Lazismu dan AMM se-Kabupaten Tulungagung.

IMM Tulungagung juga berhasil membangun kepercayaan dan jejaring dengan banyak mitra strategis, baik dengan pemerintah daerah, media lokal, maupun komunitas independen. Keberhasilan ini tidak lahir dari kerja satu-dua orang, tapi efek dari sinergitas kader dan budaya kerja kolaboratif yang tumbuh kuat dalam tubuh organisasi.
Meski demikian, pekerjaan rumah untuk IMM terasa tidak pernah habis. Penguatan kapasitas kader di tingkat komisariat dan pengembangan ekosistem kaderisasi berkelanjutan perlu terus mendapat penanganan serius. Momentum Musyawarah Cabang ke-XIII PC IMM Tulungagung yang tidak lama lagi akan menjadi ruang penting untuk melanjutkan estafet perjuangan ini.
Estafet kaderisasi bukan sekadar tentang siapa yang akan memegang estafet kepemimpinan berikutnya. Namun juga bagaimana merawat semangat kolektif kolegial agar tetap terjaga, terawat, dan berkembang semakin kuat. Maka IMM Tulungagung harus mampu melahirkan calon pemimpin yang mampu memimpin secara struktural, dan juga mampu menginspirasi terjadinya kolaborasi dalam mengaktifkan potensi seluruh kader.
Dalam situasi inilah, penting bagi setiap kader untuk tidak elitis dalam berorganisasi. IMM sebagai rumah besar harus terus bergerak melalui kontribusi setiap pribadi anggota. Maka budaya kolaboratif bukan pilihan, tapi keniscayaan. Karena itu harus selalu ditumbuhkan dan di jaga.
Menjelang regenerasi kepemimpinan ini, mari kita jaga irama gerakan. Perkuat sinergitas, teguhkan kolaborasi, dan kobarkan terus api perjuangan IMM untuk masyarakat, bangsa, dan persyarikatan.***
Penulis Muhammad Ghozi Hamdani, Editor Notonegoro