
PWMU.CO – Menjelang akhir masa kelulusan, para siswa SD Muhammadiyah 6 Gadung (SD Musix) Surabaya mengikuti Kegiatan Tengah Semester (KTS) dengan mengunjungi De Simpangsche Societeit atau alun-alun Surabaya pada Rabu (28/5/2025).
Mengakhiri masa belajar semester 2, SD Musix menggelar agenda KTS 2 yang diikuti oleh seluruh siswa. Lokasi kegiatan disesuaikan dengan masing-masing fase. Fase A mengikuti kegiatan di Museum Tugu Pahlawan, Fase B bersama siswa kelas 5 mengunjungi Balai Penanggulangan Bencana Daerah, sementara khusus kelas 6 menikmati kegiatan di De Simpangsche Societeit yang berlokasi di kawasan pusat kota.
Kawasan bersejarah yang berada satu lokasi dengan kantor Dewan Perwakilan Rakyat ini sejak pagi sudah ramai dipadati pengunjung, sehingga armada pengangkut siswa tidak dapat parkir di area tersebut.
Salah satu sopir yang mengantar para siswa adalah Bambang, pria kelahiran tahun 1954. Ia tetap tegar mengemudikan mikroletnya meskipun persaingannya cukup kuat.
“Mengapa tidak menjalankan wira-wiri saya, Pak?,” tanya Pendamping kelompok, Nasirun SPd.
“Maaf, Mas. Lha wong saya ini sudah 70 tahun, jadi tidak diperbolehkan,” jawab sang sopir yang berasal dari Jember tersebut.
Selanjutnya, dia menceritakan bahwa mikrolet di Surabaya ini sudah tidak ada trayeknya lagi, karena sudah digantikan dengan angkutan berbasis online. Obrolan tentang pengalaman Bambang tersebut membuat perjalanan tidak terasa sudah sampai tujuan.
Meskipun masih pagi, lokasi sudah sangat penuh sesak, terutama di area parkir. Sebanyak 70 anak yang mengenakan seragam batik Muhammadiyah berwarna merah diarahkan menuju lapangan depan sekretariat.
“Bisa bertemu dengan Bu Indah?,” tanya Koordinator Lapangan (Korlap), Khusnul Khotimah SPd.
“Indah yang mana, ya? Soalnya kami berdua sama-sama bernama Indah,” jawab Iska Indah sambil tersenyum.
Khusnul, sapaan akrab Khusnul Khotimah, kemudian menyampaikan maksud kedatangannya di Alun-alun Surabaya. Berdasarkan surat yang telah dikirimkan sebelumnya, Khusnul kemudian diarahkan oleh staf Museum dan Seni Budaya.
Sebelum memasuki area, rombongan dari SD Musix terlebih dahulu mendapatkan pengarahan.
“Anak-anak, tempat ini adalah salah satu situs bersejarah peninggalan penjajah Belanda. Dulu, tempat ini dikenal dengan nama Simpangsche Societeit,” ujar Pemandu wisata, Mochammad Abdullah.

Ia juga menjelaskan bahwa Kompleks Balai Pemuda tidak bisa dipisahkan dari sejarah Gedung De Simpangsche Societeit, yang dahulu merupakan tempat berkumpul kaum sosialita dari kalangan pekerja Belanda di Surabaya. Gedung ini dibangun pada tahun 1907 dengan desain arsitektur bergaya campuran neo-gothic, renaissance, dan romanesque classical oleh arsitek Wakar Westmaes.
“Ketika proses pembangunan basement, ditemukan berbagai peninggalan sejarah. Salah satunya adalah sebuah guci,” jelas Mochammad Abdullah.
Setelah mendapatkan pengarahan, rombongan diajak masuk ke ruang museum yang menyimpan berbagai benda bersejarah.
Saat memasuki area museum, anak-anak tidak diperkenankan membawa makanan maupun minuman. Hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan dan kelestarian museum.
Di dinding setelah pintu masuk, terpampang gambar berukuran besar, salah satunya menggambarkan tokoh-tokoh Belanda yang sedang berpesta.
“Mengapa banyak disimpan peralatan pesta milik bangsa Belanda?,” tanya salah satu siswa dengan penasaran.
Lalu sang pemandu menjawab, “Karena pada zaman penjajahan Belanda dulu, tempat ini merupakan lokasi tongkrongan dan pesta-pesta mereka, terutama bagi para sosialita.”
Sisa waktu yang ada dimanfaatkan untuk mengamati berbagai barang bersejarah, di antaranya piano, guci, gelas, piring, serta gambar-gambar bangunan kuno Balai Pemuda.
Setelah puas melakukan pengamatan, anak-anak mengabadikan momen akhir kegiatan ini dengan berswafoto, lalu ditutup dengan foto bersama. (*)
Penulis Basirun Editor Ni’matul Faizah