
PWMU.CO – Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ فَضَّلَ عَشْرَ ذِي الْحِجَّةِ عَلَى سَائِرِ الْأَيَّامِ، وجَعَلَهُ مُوْسِمًا لِعِتْقِ الرِّقَابِ وَمَغْفِرَةِ الذُّنُوْبِ وَالْآثَامِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْأَئِمَّةِ الْأَعْلَام. عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Jamaah Jumat Rahimatumullah
Segala puji hanyalah milik Allah Swt, Rabb semesta alam, yang telah melimpahkan nikmat iman dan Islam kepada kita. Nikmat yang tak terhingga ini adalah anugerah terbesar yang patut kita syukuri di setiap hembusan napas. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad Saw, sosok teladan sempurna bagi seluruh umat manusia, beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqamah hingga akhir zaman.
Jamaah Jumat Rahimatumullah
Bulan Muharam, yang juga dikenal sebagai Suro dalam budaya Jawa, merupakan salah satu bulan istimewa dalam Islam. Berdasarkan perhitungan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), 1 Muharam 1447 H bertepatan dengan hari Kamis Wage (26/6/2025). Bulan Muharam termasuk dalam deretan bulan-bulan haram (suci), di mana umat Islam dianjurkan untuk menjauhi perbuatan zalim dan meningkatkan ibadah serta amal kebaikan.
Di dalamnya terdapat hari-hari yang sangat penting, seperti hari ‘Asyura pada tanggal 10 dan Tasu’a pada tanggal 9 Muharam. ‘Asyura, yang berasal dari Bahasa Arab, dalam budaya Jawa dikenal sebagai Suro. Namun, dalam pemahaman sebagian masyarakat Jawa, bulan ini justru dianggap sebagai bulan yang sial. Banyak orang Jawa menghindari kegiatan besar seperti menikah, pindah rumah, atau mengadakan hajatan karena diyakini dapat mendatangkan bencana.
Beberapa bahkan mengkultuskan hari-hari tertentu untuk melakukan ritual mistis atau memuja benda-benda yang dianggap mendatangkan hoki, seperti keris, alat bajak sawah tradisional, dan sejenisnya, bahkan hingga merendam diri di tempat-tempat tertentu. Tak hanya itu, orang yang meninggal di bulan ini sering kali diyakini arwahnya akan bergentayangan di dunia, sehingga harus dilakukan ritual khusus untuk menenangkannya
Jamaah Jumat Rahimatumullah
Hal demikian disebut mitos, yaitu cerita tradisional yang mengandung nilai-nilai simbolis dan dianggap benar oleh suatu kelompok masyarakat, sering kali berkaitan dengan asal-usul, kepercayaan, atau penjelasan tentang alam semesta dan fenomena alam.
Padahal, dalam Islam, mempercayai suatu kejadian atau peristiwa alam yang tidak berdasar pada ilmu dan kajian ilmiah tidak dibenarkan. Rasulullah Saw. menegaskan dalam hadisnya:
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ، وَلَا هَامَةَ، وَلَا صَفَرَ
“Tidak ada penularan (tanpa takdir Allah), tidak ada thiyarah (takhayul sial), tidak ada burung hantu (pembawa sial), dan tidak ada (kesialan) bulan Shafar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ilmu tauhid menyebut kepercayaan semacam ini dengan istilah tathayyur, yang secara harfiah berarti “berita burung”. Tathayyur adalah praktik mengaitkan suatu kejadian atau tindakan dengan hal-hal yang tidak memiliki hubungan logis maupun ilmiah—termasuk anggapan bahwa seseorang akan mengalami kesialan jika melakukan sesuatu pada hari atau bulan tertentu.
Dengan demikian, posisi bulan Muharram sama seperti bulan-bulan lainnya, tanpa mengurangi nilai historis dan keutamaannya dalam Islam.
Jamaah Jumat Rahimatumullah
Oleh karena itu, mitos-mitos tersebut tergolong dalam kategori tathayyur, takhayul, dan khurafat yang wajib dijauhi oleh umat Islam. Kepercayaan seperti ini dikhawatirkan dapat mengarah kepada syirik, yaitu menyekutukan Allah, dan berpotensi merusak akidah seorang Muslim.
Allah SWT berfirman
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada Kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi Maha suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (Qs. Yunus: 18)
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya mengatakan bahwa Allah mengingkari sikap orang-orang musyrik yang menyekutukan-Nya dengan makhluk lain, dengan dugaan bahwa sembahan-sembahan itu kelak dapat memberikan manfaat kepada mereka melalui syafaat di sisi Allah. Maka Allah Swt memberitahukan bahwa sesembahan-sesembahan tersebut tidak dapat memberikan mudarat, tidak pula memberikan manfaat, dan sama sekali tidak memiliki kuasa atas apa yang mereka sangka itu. Dugaan tersebut tidak akan pernah terjadi, dan tidak akan terjadi selama-lamanya.
Seharusnya, momentum bulan Muharram ini menjadi penguat semangat kita dalam meningkatkan keimanan dan ibadah kepada Allah SWT, dengan mengamalkan ibadah-ibadah yang disyariatkan, seperti:
- puasa sunnah Senin dan Kamis,
- puasa Daud,
- puasa Ayyamul Bidh,
- serta puasa pada tanggal 9 Muharram (Tasu’a) dan 10 Muharram (‘Asyura).
Ibadah-ibadah tersebut akan semakin bermakna jika dibarengi dengan amal-amal kebaikan lainnya, sebagai bentuk kesungguhan kita dalam meraih ridha dan ampunan Allah Swt.
Jamaah Jumat Rahimatumullah
Dengan demikian, kita berharap umat Islam dapat memahami dan menghargai kemuliaan Bulan Muharram tanpa terjebak dalam mitos-mitos yang tidak berdasar, serta meningkatkan kualitas ibadah dan amal di bulan yang penuh berkah ini Aamiin…
بَارَكَاللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua
لْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ … أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Penulis Syifa’ Ma’ruf Editor M Tanwirul Huda