
Oleh Zainul Muslimin, Bendahara PWM Jawa Timur
PWMU.CO- Kita sering dengan mudah mengutuk, mencaci maki, bahkan membenci perilaku Zionis Yahudi yang dikenal arogan, sombong, dan merasa paling kuat—adigang, adigung, adiguna. Namun, pada saat yang sama, kita lupa bahwa kesombongan serupa juga bisa bercokol dalam diri kita sendiri.
Di Persyarikatan ini, kita membutuhkan begitu banyak energi, materi, dan dana untuk menggerakkan dakwah. Tapi ironisnya, kita tidak bersungguh-sungguh mengurus LAZISMU, lembaga zakat resmi yang kita miliki. Alih-alih memfokuskan perhatian ke sana, kita justru lebih sibuk mendirikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang notabene memiliki risiko untung-rugi yang sama lebarnya.
Padahal dengan mengelola LAZISMU secara serius dan profesional, kita tidak akan pernah merugi. Beban operasional amil bisa terpenuhi secara layak jika kegiatan fundraising dilakukan dengan maksimal. Namun kenyataannya, kita sering enggan, bahkan tampak tak serius. Saat ditargetkan capaian yang besar, kita mundur karena takut, padahal hal itu berdampak langsung pada pendapatan amil, dan lebih dari itu: kebermanfaatan yang dapat kita salurkan kepada para mustahik akan jauh lebih besar.
Sudah semestinya kita memberi perhatian dan kesungguhan yang sama, baik terhadap AUM maupun LAZISMU—satu-satunya lembaga amil zakat resmi yang dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah.
Apalagi, data empiris menunjukkan bahwa terjadi tren penurunan SHU (Sisa Hasil Usaha) dari berbagai AUM yang kita kelola. Ketika kita membutuhkan dana untuk dakwah, kita sebenarnya hanya perlu menyediakan wadah yang baik—yang transparan, akuntabel, dan terpercaya. Wadah itu adalah LAZISMU.
Pertanyaannya: Apakah kita sudah memiliki LAZISMU yang hebat, dahsyat, dan berkemajuan?
Padahal, Allah telah memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman dan berislam untuk mengisi wadah itu. Bukankah orang yang benar-benar beriman dan bertakwa akan senang berinfak, serta suka mengisi pundi-pundi zakat dan infak milik kita—yaitu LAZISMU?
Jika belum, maka mari kita pikirkan kembali: bagaimana mungkin dakwah Persyarikatan bisa terus berkembang dan berkelanjutan jika wadah ini tidak kita kelola dengan sungguh-sungguh?
Tetap semangat.
Bismillah. (*)
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan