
PWMU.CO – Khatib Jumat, Miftahul Ulum menerangkan makna hijrah yang mendalam (27/6/2025). Hal ini disampaikan saat khutbah di masjid At-Taqwa Pandan, Genteng, Banyuwangi.
Ibadah Jumat ini diikuti jamaah masjid setempat dan warga Muhammadiyah Ranting Kembiritan. Di awal khutbahnya ia mengajak jamaah untuk bersyukur kepada Allah Swt, karena masih diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga mampu memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan ibadah Jumat.
“Semoga ibadah Jumat kita kali ini diterima oleh Allah,” ujarnya.
Kemudian khatib yang juga Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Genteng itu mewasiatkan takwa. Dengan cara melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Makna Hijrah
Pada khutbah yang bertepatan dengan 2 Muharram 1447 Hijriyah ini, khatib mengajak jamaah untuk mengingat kembali peristiwa hijrah nabi Muhammad Saw yang memiliki makna yang mendalam, antara lain, sebagai penentuan tahun hijriyah, tonggak sejarah berdirinya institusi independen bagi umat, yakni Madinah, dan sebagai pemisah antara kebenaran dan kebatilan.
Khatib membacakan ayat dalam Surat at-Taubah 36. Di ayat tersebut dijelaskan bahwa Muharram adalah salah satu bulan yang dimuliakan Allah (Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharram, dan Rajab)
Oleh karena itu, ia mengajak kepada jamaah untuk menjauhi perbuatan aniaya dan memperbanyak amal shalih di bulan Muharram ini. Sebagaimana hal tersebut juga dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
Selanjutnya khatib menerangkan bahwa hijrah merupakan perintah Allah atas tantangan dakwah yang dialami nabi dan umat Islam selama 13 tahun di Mekah menuju Madinah.
Untuk lebih memahamkan makna hijrah, maka khatib membacakan ayat al Quran dalam Surat an-Nisa 100. Di ayat tersebut dijelaskan orang yang mau berhijrah akan mendapati bumi Allah itu luas dengan beragam rezeki-Nya. Orang yang berhijrah akan mendapatkan ampunan Allah dan dimasukkan ke dalam surga.
Ia pun menceritakan kisah seorang Bani Israel yang telah membunuh 99 orang. Namun ingin hijrah dan bertaubat dengan sesungguhnya, maka ia mendapatkan ampunan Allah.
“Oleh karena itu hendaknya hijrah tidak dipahami secara tekstual saja, tapi dengan memahami lebih mendalam,” tandasnya.
Di akhir khutbahnya Miftahul Ulum mengulas hikmah hijrah. Antara lain, hijrah merupakan perpindahan dalam rangka dakwah, perjuangan mulia dengan penuh kesabaran, ibadah kepada Allah, sebagai persatuan dan kesatuan umat, untuk kemenangan, serta meneladani perilaku nabi dan sahabatnya.
Pelaksanaan khutbah berlangsung dengan khidmat dan dilanjutkan dengan shalat Jumat berjamaah. Pada rakaat pertama imam membacakan Surat al-Ala. Sedangkan pada rakaat yang kedua dibacakan Surat at-Takatsur.
Setelah menunaikan ibadah Jumat, jamaah pulang dengan membawa makanan dari program Jumat berkah yang telah disediakan takmir masjid. (*)
Penulis Taufiqur Rohman Editor Amanat Solikah