
Penulis Moh. Ernam
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
أما بعد : عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Jamaah Jumat rahimakumullah,
PWMU.CO – Kita baru saja memasuki Tahun Baru Hijriah 1447. Ini bukan sekadar perubahan kalender, tetapi momentum untuk merenungi salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam—yakni hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Madinah.
Hijrah bukan sekadar perpindahan geografis, melainkan langkah strategis untuk membangun peradaban Islam. Sebagaimana firman Allah:
اِنَّ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَالَّذِيۡنَ هَاجَرُوۡا وَجَاهَدُوۡا فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِۙ اُولٰٓٮِٕكَ يَرۡجُوۡنَ رَحۡمَتَ اللّٰهِؕ وَاللّٰهُ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ
Peristiwa hijrah Rasulullah Muhammad ﷺ bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah bukanlah sekadar perpindahan tempat. Ia merupakan titik balik sejarah, momen monumental yang menandai lahirnya peradaban Islam yang agung. Hijrah ini menjadi puncak dari strategi dakwah Rasulullah yang penuh hikmah dan pengorbanan, yang pada akhirnya membuka jalan menuju kejayaan umat.
Yasrib, yang awalnya hanya sebuah kota biasa, disulap Rasulullah menjadi Madinatul Munawwarah—kota yang bercahaya. Bukan karena gemerlap bangunan, melainkan oleh cahaya iman, kemuliaan akhlak, dan kuatnya tali persaudaraan antarwarganya.
Prof Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menggambarkan bagaimana saat Rasulullah dan para sahabat tiba di Madinah, mereka disambut hangat oleh penduduk tanpa pertumpahan darah sedikit pun. Sebuah teladan mulia tentang perdamaian dan penerimaan lintas komunitas.
Dalam proses membangun Madinah, Rasulullah menempuh langkah strategis yang hingga kini relevan dan inspiratif. Setidaknya ada tiga pelajaran utama dari strategi beliau:
- Membangun Masjid — Fondasi Spiritual Umat
Langkah pertama Rasulullah adalah mendirikan masjid. Bukan hanya tempat ibadah, masjid menjadi pusat peradaban: tempat belajar, bermusyawarah, dan mempererat ukhuwah. Di sinilah iman menjadi perekat umat, menjadi energi penggerak perubahan sosial dan kemajuan masyarakat. - Membangun Pasar — Kemandirian Ekonomi Umat
Rasulullah paham betul bahwa kesejahteraan umat harus ditopang dengan ekonomi yang kuat dan mandiri. Pasar dibangun agar umat memiliki ruang untuk bertumbuh secara material. Dalam syariat Islam, menjaga harta (ḥifẓ al-māl) menjadi salah satu tujuan utama, karena kemakmuran yang adil adalah landasan bagi kehidupan yang damai dan bermartabat. - Membangun Tata Sosial dan Politik — Piagam Madinah
Langkah ketiga adalah menyusun Piagam Madinah, konstitusi pertama dalam sejarah Islam. Dokumen ini mengatur hubungan antarumat beragama, suku, dan kabilah secara inklusif. Sejarawan Robert N. Bellah bahkan menyebut Piagam Madinah sebagai sistem politik yang melampaui zamannya. Dalam piagam ini ditegaskan bahwa tidak ada diskriminasi, tidak ada marginalisasi, dan semua pihak dilindungi secara adil. Rasulullah juga memperkuat integrasi sosial dengan mempersaudarakan Muhajirin dan Ansar, dua kelompok kunci yang sama-sama memiliki kemuliaan dalam berhijrah dan berjuang di jalan Allah.
Inilah pelajaran besar dari hijrah: membangun peradaban dimulai dari iman yang kokoh, ekonomi yang kuat, dan masyarakat yang adil serta inklusif.
بَارَكَ ا للهُ لِيْ وَلَكُمْ فيِ االْقُرْأَ نِ ا لْعَظِيْمِ وَنَفعَنِيْ وَ إِ يَّا كُمْ بمِا فِيْهِ مِنْ ذِكْرِ ا لحَكِيْمِ إِ نَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ ا لْعَلِيْم