
PWMU.CO – Masjid di Dusun Teddhunan, Socah, Bangkalan menjadi saksi pernikahan dua insan dokter muda pada Jumat malam (20/6/2025). dr Aristanto Prambudi dan dr Firda Ulfa Ramadhani resmi menjadi suami istri dalam akad nikah yang berlangsung pukul 18.00-19.00 WIB.
Prosesi akad nikah dipimpin langsung oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bangkalan sekaligus Ketua MUI Bangkalan bidang Pendidikan, Drs Misran Sali. Kehadiran tokoh ini memberikan nuansa akademis dalam tausiah pernikahan yang disampaikan.
Profil Mempelai dari Keluarga Terdidik
Mempelai putra, dr Aristanto Prambudi merupakan putra dari pasangan Tapip Santoso dan Siti Syamsiyah SPd yang berdomisili di Dusun Kejawan, Socah, Bangkalan.
Sementara mempelai putri, dr Firda Ulfa Ramadhani adalah putri dari AKP Fery Riswantoro SH MH dan Ida Herawati SE yang tinggal di Perumahan Griya Abadi Bangkalan.
Pernikahan ini mempertemukan dua keluarga dengan latar belakang pendidikan yang kuat. Ayah mempelai putri yang berprofesi sebagai perwira polisi dengan kualifikasi akademik sarjana dan magister hukum mencerminkan komitmen keluarga terhadap pendidikan berkualitas.
Khutbah Nikah: dari Ayat Penciptaan hingga Rumah Tangga
Drs. Misran Sali membuka tausiah dengan tema “Rumah Tangga Samara” melalui pendekatan yang tidak biasa. Alih-alih langsung membahas ayat 21 Surat Ar-Rum yang populer dalam pernikahan, beliau mengaitkannya dengan konteks ayat sebelum dan sesudahnya yang sama-sama diawali kalimat وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ.
“Sebelum berbicara tentang akad nikah, Allah mengingatkan tentang asal usul penciptaan manusia yang berasal dari tanah (ayat 20). Konsep ini penting dibangun di awal agar tidak ada yang merasa lebih mulia dari yang lain,” tegas Drs Misran Sali.
Pendekatan ini menunjukkan pentingnya memahami konteks ayat secara utuh, bukan hanya mengutip sepotong-sepotong.
Sarang Laba-Laba vs Koloni Semut: Analogi Kehidupan Rumah Tangga
Bagian menarik dari tausiah adalah penjelasan tentang dua jenis “rumah” dalam al-Quran. Pertama, sarang laba-laba yang disebutkan dalam QS Al-Ankabut (29):41:
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba jika mereka mengetahui.”
Drs Misran Sali kemudian mengungkap fakta ilmiah mengejutkan: benang sarang laba-laba ternyata 5 kali lebih kuat dari baja dan digunakan untuk membuat rompi anti peluru.
Teknologi kedokteran juga memanfaatkannya untuk menjahit luka operasi karena sifatnya yang biokompatibel dan elastis.
“Yang dimaksud ‘rumah paling lemah’ bukan struktur fisiknya, tetapi fungsinya yang hilang sebagai tempat aman karena tidak ada ikatan kasih sayang,” jelasnya, merujuk pada perilaku laba-laba betina yang memakan pasangannya setelah kawin.
Kontras dengan ini adalah koloni semut dalam QS an-Naml (27) ayat 18:
حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ
“Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor (ratu) semut, ‘Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Linguistik Arab: Dari Maskan hingga Sakinah
Analisis linguistik yang menarik disampaikan terkait diksi yang berbeda untuk “rumah” dalam kedua ayat. Sarang laba-laba disebut بَيْتُ (bait) yang merujuk struktur fisik, sementara sarang semut disebut مَسٰكِنَ (masakin) yang merujuk fungsi tempat tinggal.
Dari akar kata س ك نً, terbentuk tiga kata penting:
• مَسكنَ (maskan): tempat tinggal
• سَّكِينَةَ (sakinah): ketentraman
• سِكِّيۡنًا (sikkin): pisau
“Hubungan ketiga kata ini berkaitan dengan makna asal yaitu ‘diamnya sesuatu setelah bergerak’. Rumah berfungsi menumbuhkan sakinah dan juga tempat menyembelih keliaran syahwat dengan sikkin agar kembali jinak,” papar Drs Misran Sali.
Penjelasan ini diperkuat dengan hadis Jabir Ra:
قَالَ جَابِرٌ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِذَا أَحَدُكُمْ أَعْجَبَتْهُ الْمَرْأَةُ فَوَقَعَتْ فِى قَلْبِهِ فَلْيَعْمِدْ إِلَى امْرَأَتِهِ فَلْيُوَاقِعْهَا فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِى نَفْسِهِ »
“Jika salah satu dari kalian dibuat heran oleh seorang wanita, lalu wanita itu jatuh di dalam hatinya, maka hendaklah ia menuju istrinya, lalu berhubungan badanlah dengannya, karena hal itu dapat menolak apa yang ada di dalam dirinya.” (HR. Muslim)
Formula Kebahagiaan: Iman dan Amal Saleh
Drs. Misran Sali menegaskan bahwa sakinah, mawaddah, dan rahmah bukanlah sesuatu yang diburu, tetapi feedback dari sebab yang tepat. “Ibarat kupu-kupu, jangan habiskan waktu untuk berburu. Buatlah taman seindah mungkin, maka kupu-kupu akan datang sendiri,” ujarnya mengutip pepatah.
Media untuk menumbuhkan cinta dalam rumah tangga adalah iman dan amal saleh, sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Fath (48) ayat 4:
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ
“Dialah yang telah menurunkan sakinah (ketentraman) ke dalam hati orang-orang mukmin agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).”
Untuk mawaddah, Allah berfirman dalam QS Maryam (19):96:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجَعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَٰنُ وُدًّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.”
Bahkan Allah memberikan jaminan perbaikan kehidupan dalam QS Muhammad (47):2:
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاٰمَنُوْا بِمَا نُزِّلَ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَّهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَاَصْلَحَ بَالَهُمْ
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad; Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka, dan memperbaiki keadaan mereka.”
Doa Penutup untuk Perjalanan Baru
Acara ditutup dengan doa klasik pernikahan:
بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ
“Semoga Allah memberi keberkahan padamu, memberi keberkahan atasmu, dan semoga Dia mengumpulkan di antara kalian berdua dalam kebaikan.” (HR. Ahmad dan Hakim)
Drs Misran Sali juga memanjatkan doa panjang yang memohon agar Allah menyatukan kedua mempelai dalam ikatan yang penuh ketenangan, menganugerahi keturunan saleh, mencukupi kebutuhan hidup dan agama, serta memperbaiki seluruh kondisi kehidupan mereka.
Refleksi: Ketika Dua Penyembuh Bersatu
Pernikahan antara dua dokter ini menarik perhatian khusus. Kesamaan profesi sebagai penyembuh penyakit fisik kini dipadu dengan komitmen untuk saling menyembuhkan dan melengkapi kehidupan spiritual.
Hadirin yang terdiri dari keluarga besar, rekan sejawat medis, dan tokoh masyarakat Bangkalan menyaksikan momen bersejarah ini. Kombinasi tausiah yang menggabungkan tafsir al-Quran, riset sains modern, dan analisis linguistik memberikan perspektif segar tentang filosofi pernikahan dalam Islam.
Pernikahan dr Aristanto Prambudi dan dr Firda Ulfa Ramadhani menandai dimulainya perjalanan baru dua dokter muda dalam membangun “rumah” yang sesungguhnya—bukan sekadar struktur fisik, tetapi rumah yang memberikan sakinah bagi penghuninya.(*)
Penulis Isrotul Sukma Editor Zahrah Khairani Karim