
PWMU.CO – Muhammadiyah harus bisa menjadi penjaga moderasi Islam (Islam moderat) di Indonesia.
Sholihul Huda, Kepala PPAIK UMSurabaya, menyampaikan hal itu dalam pembukaan Tadarus Peradaban yang dihelat Pusat Pengkajian Al Islam dan Kemuhammadiyahan (PPAIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya di At Tauhid Tower UMSurabaya, Rabu (20/12/17).
Sholik–sapaan akrabnya–memaparkan, moderasi Islam di Mesir dibangun melalui jalur pendidikan. Sedangkan di Indonesia masih dominan diperankan oleh ormas Islam. Utamanya oleh Muhammadiyah dengan jargon Islam berkemajuan.
Dia menjelaskan, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan telah meletakkan moderasi Islam dalam setiap gerakan dakwahnya.
“Gerakan Muhammadiyah itu tidak condong ke kanan ataupun kiri. Apalagi berpaham radikal. Tapi gerakan dakwah Muhammadiyah itu sifatnya moderat,” paparnya.
Muhammadiyah, sambungnya, juga hadir di tengah kebingungan umat memaknai perubahan sosial, politik, dan budaya di era global seperti saat ini.
“Inilah yang harus dilakukan oleh Muhammadiyah. Terus merawat Islam moderat ada di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu Alumni Al Azhar University Kairo, Mesir, Maulana Mas’udi LC MPdI lebih banyak mengupas tentang apa yang disebut moderasi Islam.
Ia menerangkan, moderasi Islam diistilahkan sebagai jalan pertengahan atau mediator. Dalam kata lain dikatakan sebagai Islam moderat.
“Rasulullah Muhammad diutus oleh Allah sebagai Nabi, juga sebagai moderator (penengah),” terangnya. (Aan)