
PWMU.CO – Semula, tak ada banyangan seperti apa acara Family Gathering (Famgath) Kader sang Surya yang digelar di Taman Dolan Batu, 30-31 Desember 2017. Sempat terlintas, ini tak ubahnya acara silaturahmi keluarga dengan jumlah peserta terbatas.
Sabtu (30/12) petang, dengan sedikit tergesa, saya, ditemani si sulung, Haidar Chafiedz (14), pun berangkat. Dengan kendaraan seadanya, perjalanan menuju tempat acara cukup memakan waktu, karena harus melewati jalur dengan sejumlah titik kemacetan sejak sebelum pintu masuk Kota Wisata Batu.
Sekitar pukul 20.30 WIB, kami baru sampai. Masih dengan tanda tanya, seperti apakah acara Famgath keluarga Muhammadiyah ini? Rasa penasaran ini beberapa kali muncul. Tiba di tempat acara, bayangan sebelumnya seketika buyar.
Ya, dalam suasana alam pedesaan yang masih khas dengan tanah berundag lahan persawahan dan sungai kecil, hiruk pikuk dan keceriaan bercampur di sudut tempat Famgath malam itu. Suasana kekeluargaan begitu tampak, tergambar dari deretan meja makan di tempat terbuka. Hal sama juga terasakan di beberapa pondok kayu dan gazebo kecil yang ada.
Di bagian lain Taman Dolan, dalam ruangan tenda lengkap dengan panggung ala kadarnya, silaturahmi dan taaruf antarpeserta begitu hangat. Pasangan kelurga berbaur puluhan anak dan remaja, sama-sama duduk lesehan beralaskan karpet merah.
Sejenak bergabung, saya sempat tercengang. Peserta tak hanya dari Malang. Sebagian datang memboyong keluarganya dari jauh. Ada dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik, bahkan dari luar Jawa.
“Kami datang mulai siang tadi, Mas. Alhamdulillah ketemu di sini,” kata Ahmad Zainur Arif, peserta asal Surabaya, saat menikmati panggung terbuka Famgath, malam itu.
Ternyata, Arik—panggilan akrabnya— datang membawa isterinya yang tengah hamil 8 bulan. Keduanya memang tercatat alumni IMM dari dua kampus berbeda. Subhanallah!

Satu persatu, keluarga yang hadir didapuk melakukan taaruf, memperkenalkan seluruh anggota keluarganya. Mengenakan kaos tematik berwarna merah, keluarga kader Muhammadiyah ini pun menyiratkan ikatan kuat dan kekompakan.
Menjelang dini hari, panggung sepi. Peserta bersiap menikmati istirahat malam. Tak banyak pondok di lokasi ini. Saking banyaknya peserta, sekitar 400 orang, sebagian keluarga pun harus mencari penginapan rumah penduduk sekitar.
Aku dan si Sulung cukup menikmati aula pondokan semi terbuka dengan penutup seadanya. Kebersamaan tanpa sekat, itu yang bisa digambarkan. Di tempat ini, kami berbaur, merebahkan diri senyaman mungkin bersama yang lain.
Ya, ada Ustadz Nurfatoni (senior editor PWMU.CO), Bang Rully (owner josstoday.com), dan Mas Zainal Arifin (blogger hebat yang juga tim PWMU TV). Mereka adalah orang-orang hebat, namun begitu bersahaja dan ikhlas menikmati kebersamaan tanpa membedakan sekat.
“Yang begini (tidur bareng di karpet) biasa lah bagi aktivis di Muhammadiyah,” demikian obrolan jelang tidur Bang Rully bersama seorang bapak asal Gresik.
Gathering atau reuni bersama keluarga hampir tiap tahun kami lakukan. Namun, ikut kali pertama kali dalam Famgath Keluarga Kader sang Surya yang ke-6 ini begitu mengesankan. Tak ada keluh kesah, kecewa, atau pun rasan-rasan sepanjang kebersamaan dalam acara ini. (*)
Catatan Choirul Ameen, keluarga muda Muhammadiyah asal Malang.