PWMU.CO – Al ummu madrasatul ula adalah sebutan buat para ibu. Artinya ibu adalah sekolah pertama buat anak, pengukir generasi masa depan. Itulah sebutan terindah yang diberikan Allah pada para ibu.
“Ibu adalah pendidik utama dan pertama. Ibu sumber kasih sayang yang tak pernah padam. Doa ibu tiga kali lebih makbullah daripada ayah,” kata Muyasaroh dalam tausiyahnya pada Kajian Ahad Petang Pimpinan Ranting Aisyiyah Jetek Sumari, Duduk Sampeyan, Gresik, di Masjid Al Falah, (21/1/18).
Dia menjelaskan, ibu diberi kedudukan mulia, yakni sebagai pencetak generasi bangsa yang berkarakter melalui anak-anaknya.
“Untuk jadi guru, para guru tak perlu ijazah khusus. Bahkan beberapa ibu tidak sekolah. Baginya mendidik adalah kewajiban mulia seorang ibu, layaknya guru,” tuturnya.
“Diriwayatkan dalam hadits riwayat Bukhari, seorang laki-laki datang pada Rasulullah lalu bertanya: ‘Ya Rasulullah siapakah orang yang berhak aku perbuatbaiki?’ Jawab Rasul: ‘Ibumu’. Hal ini diulang sampai tiga kali. Baru pertanyaan ketiga dijawab dengan ayahmu,” tambah Muya—panggilan akrab Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Gresik periode 2010-2015.
Menurutnya, terdapat tiga bentuk kehormatan yang hanya dimiliki ibu dan tidak dimiliki bapak. Di antaranya, ibu bisa hamil, bisa melahirkan, dan bisa menyusui.
“Dan kami wasiatkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada orang tuanya. Ibunya mengandung dalam keadaan lemah dan bertambah lemah, menyusui sampai dua tahun, maka bersyukurlah kepadaKu (Allah) dan kepada ibu bapakmu, sesungguhnya kepadaKu kamu kembali,” demikian Muya membacakan Surat Luqman.
Muya kemudian mencontohkan keberhasilan anak karena kesungguhan doa, bimbingan, dan kerja keras ibu. Thomas Alva Edison berhasil menciptakan lampu berkat doa, bimbingan, dan kesabaran ibunya. Imam Syafi’i juga hapal Alquran di usia 4 tahun berkat ibunya.
“Musa kecil yang masih cadel hafal Al Quran berkat ibunya. Sekarang banyak hafizd Alquran kecil, semua karena kerja keras dan doa ibu,” urainya.
“Pendeknya peran ibu sangat menentukan keberhasilan anak. Jika dia menyiapkannya dengan baik maka dia telah menyiapkan generasi masa depan yang akan mampu menyelamatkan ambruknya bangsa ini,” imbuhnya.
Dia mengingatkan agar para perempuan banyak melakukan peran. Tidak hanya sebagai ibu bagi anak, apalagi di era mileniun yang sarat informasi dan pergaulan yang tidak bisa dikendalikan ibu.
“Jadilah sahabatnya, teman curhat, dan teman beribadah. Jangan terlalu mengintervensi anak. Ajaklah mereka bicara, bermain dan gandeng anak kita ke masjid agar lebih dekat pada Allah,” pesan Muya.
Dia pun meminta agar para jamaah mendoakan anak-anaknya, agar selalu dalam lindungan Allah.
“Kita tidak bisa mengerem kemajuan zaman. Kemaksiatan merajalela, pergaulan bebas, media sosial dengan cepat diakses anak kita. Doakan ya Bu, doakan dan ridhalah pada anak-anak kita. Karena hanya dengan doa, keridhaan, dan kesungguhan beribadah kita akan diselamatkan Allah dari segala keburukan di zaman edan,” tegas Muya. (Agustine/Ilmi)