
Belakang: Rika, Athiq, dan Puput. Depan: Dira, Nadia, Diza, dan Aura. (Vita/PWMU.CO)
PWMU.CO – Musik tradisional mengalun di halaman MI Muhammadiyah 2 Karangrejo, Sabtu (27/1/18). Penampilan Tari Mapadendang, tari tradisional dari Makasar yang dibawakan 4 siswa SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik turut memeriahkan acara pembukaan Musyawarah Pembentukan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (GKHW) Kwartir Cabang (Kwarcab) Manyar, Gresik.
Selain itu ada juga Tari Semut yang dibawakan 5 siswa MI Muhammadiyah 1 Gumeno, Manyar. Pelatih Tari Semut Ahmad Hamim Fitriyanto SPd menjelaskan, tari ini menceritakan semut sebagai binatang kecil yang kompak dan suka gotong royong.
“Makanya saya pilih anak kelas 1 dan 2 yang masih imut biar lucu. Supaya mereka bisa menebarkan semangat semut yang luar biasa kompaknya,” jelasnya.
Pemuda lulusan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang itu mengaku baru dua minggu mengajar ekstrakurikuler tari di MI Muhammadiyah 1 Gumeno.
“Saya baru lulus kuliah tahun 2017 dan mengajar ekstrakurikuler tari. Saya memang suka menari sejak duduk di bangku SMA. Bahkan saya membuat group tari ketika di SMA dan mengikuti berbagai event,” ungkapnya.
Sementara itu, pembina Tari Mapadendang Athiq Amiliyah kagum dengan penampilan anak didiknya. “Alhamdulillah lancar, anak-anak menari dengan lincah dan bagus,” ungkapnya.
Ustadzah Athiq —begitu ia biasa dipanggil— juga menceritakan filosofi dari tarian ini. “Tarian ini biasanya dipersembahkan saat upacara syukuran panen padi. Ini merupakan adat masyarakat Bugis sejak dahulu kala,” jelasnya.
Pembina yang lain, Pradita Eka Putri menambahkan, tarian ini bisa membangkitkan semangat para pandu HW untuk terus berjuang dan mengembangkan sayapnya. “Semoga keceriaan dan suka cita yang disajikan melalui Tari Mapadendang ini dapat mewarnai momen musyawarah pembentukan Kwarcab HW Manyar,” terangnya.
Selamat! (Vita)

Hamim, Kanza, Tiara-, Risma,Elsa, dan Amilia. (Vita/PWMU.CO)