
PWMU.CO – Jangan melihat asal-usul seseorang bergabung dalam Muhammadiyah. Sebab, banyak pimpinan Muhammadiyah yang awalnya bukan dari Muhammadiyah. Apapun yang menjadi sebab awal, niatilah kini sebagai realisasi rasa syukur.
Untaian kalimat tersebut disampaikan Drs Nur Cholis Huda MSi dalam Kajian Triwulan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sidoarjo, Sabtu (10/2/18).
Bertempat di Aula SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur tersebut menyampaikan
Etos Kerja di Muhammadiyah: Ikhlas, Profesional, Militan untuk Prestasi Gemilang, sebagai tema kajian.
Dalam kegiatan yang dihadiri ratusan guru dan karyawan amal usaha Muhammadiyah (AUM) se-Kecamatan Sidoarjo tersebut, penulis 15 buku best seller itu menyampaikan 4 alasan seseorang bergabung dalam Muhammadiyah. Di antaranya karena faktor keturunan, kesamaan faham agama, pekerjaan, dan lingkungan.
Menurutnya, sah-sah saja jika seseorang yang dulunya bukan Muhammadiyah kemudian bergabung dengan Muhammadiyah. Sebab, fakta sejarah, para pimpinan Persyarikatan banyak yang background-nya dari non-Muhammadiyah.
“Kiai Abdurrahim Nur-Porong, contohnya. Sebelum ke Mesir menjadi ketua Pemuda Ansor, pulang memilih bergabung dalam Muhammadiyah,” ujarnya.
Contoh lain, masih menurut Nur Cholis, adalah Prof Din Syamsuddin. “Siapa yang menyangka jika ketua IPNU Sumbawa itu ketika kuliah di UIN Syarif Hidayatullah malah memilih bergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), yang kemudian dalam perjalanannya menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah selama dua periode,” ungkapnya.
“Untuk itu, tak perlu kita melihat asal-usul. Lihatlah bagaimana dulunya Umar bin Khattab sebelum masuk Islam, namun ketika sudah bersyahadat, dialah menjadi benteng terdepan perjuangan Islam.” ujarnya di hadapan ratusan guru-karyawan yang hadir.
Maka penting sekali, menurut Nur Cholis, untuk mengedepankan etos kerja di Muhamadiyah, yakni semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan hanya untuk mencari keridhaan Allah.
Dalam Muhammadiyah ada lima etos kerja, di antaranya tauhid yang kokoh, bekerja ikhlas, bekerja khusyu, berjiwa militan, dan profesional.
Selain itu, sosok yang pada April lusa genap berusia 65 tahun itu menyampaikan kriteria pimpinan Muhammadiyah yang harus bener, kober, seger, dan banter. Juga, menurutnya, para pimpinan harus memahami makna filosofi dari simbol Muhammadiyah, d iantaranya: mencerahkan, semangat memberi yang banyak, serta istiqamah karena punya cita-cita. (Das)

Discussion about this post