SD Muhammadiyah 6 Surabaya SD Muhammadiyah 6 Surabaya SD Muhammadiyah 6 Surabaya
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
  • Login
Sabtu, Juni 21, 2025
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
lazismu
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Kabar
  • Opini
  • Suara Perserikatan
  • Kajian
  • Feature
  • Khutbah
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result
Home Kolom

Nabi Musa Reborn, Misteri Tewasnya Terduga Teroris MJ dan Siyono

Rabu 14 Februari 2018 | 09:40
in Kolom
77 2
0
25
SHARES
79
VIEWS
SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya
ADVERTISEMENT
Muh Kholid AS (istimewa/PWMU.CO)

PWMU.CO – Pada 31 Juli 2013 silam, saya pernah menulis di Harian Umum Jawa Pos menyoal kinerja Detasemen Khusus 88 Antiteror. Berjudul “Salah Tangkap, Salah Mayat?”, saya ingin mengatakan bahwa korp ini memang harus segera berbenah agar idiom “salah tangkap” tidak makin popular di masyarakat. Terlebih dalam kasus terorisme.

Tulisan “Salah Tangkap Salah Mayat?” itu jauh hari sebelum kasus Siyono, terduga teroris yang ditangkap Densus 88 pada Maret 2016 di Klaten. Apalagi kasus penangkapan MJ yang baru terjadi pada 7 Februari kemarin di Indramayu. Keadaan Siyono dan MJ saat ditangkap Densus 88 hampir serupa, dalam keadaan hidup dan sehat-sehat, tapi “dikembalikan”dalam keadaan tidak bernyawa.

Istilah “salah tangkap” yang saya jadikan judul itu memang berangkat dari fakta, bahkan sangat nyata. Saat itu, ada dua orang yang ditangkap Densus 88, Mugi Hartanto dan Sapari. Namun, keduanya akhirnya dibebaskan karena tidak terbukti terlibat dalam tindak terorisme (28/7/13). Padahal saat penangkapan, aparat begitu yakin akan keterlibatan dua korban salah tangkap itu.

Bahkan, luar biasanya, aparat juga mampu menyebut peran keduanya secara mendetail dan meyakinkan, hingga durasi waktu dan tempat yang pernah disinggahinya, (Jawa Pos, 24/7). Hampir tidak ada ruang yang terbuka bagi kedua terduga ini untuk lolos, karena perilakunya terpantau secara jelas dan detail. Namun, tidak sampai sepekan, ternyata “fakta” yang dimiliki Densus itu ternyata “hoax”.

umsurabaya umsurabaya umsurabaya
ADVERTISEMENT

Kesalahtangkapan ini kontan menimbulkan “desas-desus”, jangan-jangan di antara terduga teroris yang tewas ditembak itu juga salah tembak, salah mayat. Apalagi saat penangkapan Mugi dan Sapari itu—yang akhirnya tidak terbukti terlibat— ternyata ada 2 terduga lainnya yang langsung tewas—yang tentu saja tidak akan bisa membela diri lagi. Karena itu, ada teman yang berkelakar, seandainya ada “Nabi Musa” baru, tentu mayat-mayat tersebut bisa diinterogasi untuk menemukan kebenaran: mereka tergolong salah mayat atau tidak.

Salah tangkap terduga terorisme sebenarnya bukan hal baru karena memang beberapa kali terbukti dan meninggalkan saksi hidup. Namun, untuk terduga tewas terorisme, memang tidak pernah bisa diungkap “kebenarannya” karena mayat memang tidak bisa bicara. Siyono dan MJ merupakan dua contoh kecil dari “mayat” yang tidak bisa menceritakan kronologi apa yang dialaminya selama diciduk aparat.

Untuk korban tewas dalam kasus terorisme, selama ini publik harus menerima statemen polisi sebagai fakta. Sebab, fakta yang terjadi memang lebih sering dikonstruksi lewat satu pintu tersebut. Terlepas apakah fakta versi polisi adalah fakta “sungguhan” atau “buatan”, yang jelas informasi kasus ini memang seringkali monopoli kepolisian.

Apakah semuanya benar, tentu jawabnya bisa saja benar, tapi juga bisa saja tidak benar. Ini bergantung pada kerasionalan konstruksi kasus yang dibangun. Toh, polisi juga bukan malaikat yang tidak pernah salah, dengan bukti sering tersandung “salah tangkap” dalam kasus lain.

Satu hal yang jelas, ketika seseorang telah ditangkap Densus 88—meski kadang kemudian tidak terbukti—-citra sebagai teroris terbangun dengan sendirinya. Sebab, kehebohan pemberitaan penggerebekan dan penangkapan terduga teroris yang terus diulangi membuat publik bepersepsi bahwa siapa pun yang ditembak ataupun ditangkap dalam operasi tersebut adalah teroris. Apalagi saat penggerebekan, ternyata “hampir” selalu ada kamera yang mengabadikannya.

Terdapat hukuman sosial bahwa seseorang yang berstatus “terduga” sudah pasti dianggap teroris. Hampir tidak ada pemberitaan sepadan, apalagi sama hebohnya, ketika terjadi salah tangkap sebagaimana saat penangkapan. Jangankan publikasi yang meriah, bahkan permintaan maaf secara lisan sebagai empati paling ringan pun acap kali tidak terucap.

Bahkan, yang lebih unik lagi, dalam kasus terbaru MJ ini, Divisi Humas Polri pun belum bisa memastikan penyebab kematiannya. Meski sudah berjarak 3 hari setelah “pengembalian” mayat. Sebagaimana dilansir kompas.com, pada 13 Februari Kepala Divisi Humas Polri Irjen baru “mendengar” ada penangkapan kemudian meninggal, tapi belum mengkonfirmasi penyebab kematiannya.

Padahal jenazah MJ telah dimakamkan tiga hari sebelumnya dimakamkan di Kapuran, Kota Agung, Lampung. Jenazahnya tiba di rumah duka pada Sabtu (10/2/2018) sekitar pukul 05.00 wib yang langsung dishalatkan di masjid sekitar dan dimakamkan.

Sudah lebih dari 72 jam berlalu, ternyata belum belum menyetahui penyebab kematian orang yang dibawanya: karena kekerasan selama pemeriksaan atau penyebab lain. Allah a’lam bi al-Shawab. (*)

Kolom oleh Muh Kholid AS, alumnus Pesantren Ngruki Surakarta.

Tags: MJ
SendShare10Tweet6Share
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
ADVERTISEMENT

Related Posts

No Content Available

Terpopuler Hari Ini

  • Kiat Sukses Khalisa, Hafidzah 10 Juz Peraih The Best Academic

    1675 shares
    Share 670 Tweet 419
  • Semarak Perayaan Kreativitas Karya Siswa SDM 18 Surabaya

    176 shares
    Share 70 Tweet 44
  • Mahasiswa Tukang Sol Sepatu Itu Kini Menjadi Tokoh Nasional

    129 shares
    Share 52 Tweet 32
  • Bukan Sekadar Perpisahan: Hujan Air Mata warnai Punawiyata SMPM 7

    195 shares
    Share 78 Tweet 49
  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    358811 shares
    Share 143524 Tweet 89703
  • Hadirkan Mendikdasmen, Ponpes YTP Kertosono Gelar Haflah Akhirussannah Penuh Makna

    40 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Masjid Al-Aqsho GKB Gelar Pemilihan Langsung Ketua Takmir Periode 2025–2030

    26 shares
    Share 10 Tweet 7
  • Fortamu PCM Laren Gelar Pertemuan di Masjid Al Muttaqin Jabung, Ini yang Dibahas

    23 shares
    Share 9 Tweet 6
  • Inilah Peraih Rapor Terbaik Pada Mapel Kepondokan di MA Al-Ishlah Sendangagung

    23 shares
    Share 9 Tweet 6
  • Sinergi Alumni Jadi Tema Pengukuhan FOKAL IMM Jawa Timur

    22 shares
    Share 9 Tweet 6

Terkini

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    358811 shares
    Share 143524 Tweet 89703
  • Kokam Jatim Konsolidasi dan Nyatakan Sikap

    232988 shares
    Share 93195 Tweet 58247
  • Buku Saku Mudahkan Praktik Baitul Arqam Muhlibat

    231095 shares
    Share 92438 Tweet 57774
  • Kisah-Kisah dari PCIM Malaysia: Sanggar Bimbingan hingga Wasola

    171532 shares
    Share 68613 Tweet 42883
  • Siswa Disabilitas Smamsatu Borong Juara di Lomba Ini

    122380 shares
    Share 48952 Tweet 30595
  • Kelas Telkom Fiber Optik SMKM 5 Babat Diresmikan Kadindik Jatim

    122280 shares
    Share 48912 Tweet 30570

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
SMP Muhammadiyah 5 Surabaya SMP Muhammadiyah 5 Surabaya
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Suara Perserikatan
  • Aisyiyah dan NA
  • Kabar
  • Kajian
    • Ngaji Hadits
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Mediamu
  • Teknologi & Gaya Hidup

© PWMU.CO - PT Surya Media Jatim