
PWMU.CO – Memasuki hari ketiga, Ahad (4/2), rombongan Rihlah Dakwah III Muhamamdiyah Jatim tiba di negeri jiran, Malaysia. Pukul 09.00 waktu setempat, peserta dijadwalkan mengunjungi pasar seni Malaysia dengan jalur kereta.
Bertolak dari hotel Kota Ipoh pukul 08.00 waktu Malaysia, mereka tiba di Stasiun Kereta Ipoh 45 menit kemudian. Setibanya di stasiun tersebut, para peserta langsung disuguhi sebuah gedung kereta api klasik bergaya kolonial. Bangunan bercat putih ini begitu megah sekaligus artistik.
Kesan bersejarah langsung terasa, ketika melihat stasiun. Benar saja, bangunan ini memang sudah berusia lebih dari seabad. Berdasar prasasti yang tertulis di salah satu sudut gedung, stasiun ini dibangun pada tahun 1914. Namun baru bisa dioperasikan tiga tahun setelahnya, karena keterbatasan dana.

Pada masa itu, perang dunia I berkecamuk, sehingga mengakibatkan barang-barang naik. Termasuk bahan-bahan material untuk pembuatan gedung. Stasiun Kereta Ipoh memiliki unsur-unsur arsitektur khas Inggris. Dilengkapi dengan kubah dan sebuah menara kecil bergaya moorish.
Karena keindahannya, bangunan yang diarsiteki oleh A.B Hubback dari kerajaan Inggris ini dijuluki sebagai Tajmahal Ipoh. Para peserta rihlah pun tak melewatkan keelokan gedung tersebut. Mereka bergegas mengabadikan gedung tersebut dengan foto bersama.
“Indah sekali. Bangunanannya klasik tapi terlihat anggun,” kata Isa Anshori, peserta rihlah dari Kabupaten Pacitan. (Ilmi)

Discussion about this post