Suku yang Diabadikan sebagai Nama Surat al-Quran, Berikut 6 Asal Muasal Penyebutan Quraisy

Ilustrasi kondisi masyarakat Mekkah pra-Islam (pendidikan60detik.blogspot)

PWMU.CO – Berbicara tentang sirah (sejarah hidup) Nabi Muhammad saw, tentu tidak bisa dilepaskan dari Makkah. Berbicara tentang Makkah, tentu saja tidak lepas dari yang namanya kaum Quraisy. Salah satu tantangan dakwah terberat Rasulullah saw memang berasal dari kaum ini saat di Makkah.

Begitulah…. Suku Quraisy memang tidak bisa lepas dari sejarah Makkah dan juga Nabi Muhammad saw. Termasuk Nabi Muhammad juga berasal dari suku ini. Tapi bagaimana asal-usul suku yang mendiami wilayah Makkah ini kemudian disebut sebagai Quraisy?

Tentang asal-usul penyebutan Quraisy ini, secara ringkas ditulis oleh Awatif Adib Ali Salamah, dalam Quraisy Qabl al-Islaam: Dawruhaa al-Siyaasiy wa al-Iqtishaadiy wa al-Diiniy. Judul buku yang diterbitkan oleh Daar al-Mirrikh Riyadl Saudi pada 1994 ini bisa diterjemahkan bebas dengan “Kaum Quraisy Pra-Islam: Perannya dalam Politik, Ekonomi, dan Keagamaan”. “Nama ini berasal dari Quraisy bin Badr bin Yakhluud bin al-Haarits bin Yakhluud bin al-Nadlr bin Kinanah, pendiri Bani Kinanah,” tulis Awathif.

Versi kedua menyebutkan bahwa Quraisy berasal dari kata taqarrush yang berarti kumpulan. “Penyebutan ini terjadi ketika Qushay mengumpulkan berbagai keluarga suku Arab di Makkah,” tulis Awathif. Perlu diketahui, Qushay merupakan salah satu dari moyang Nabi Muhammad.

Lebih tepatnya, Qushay adalah “kakek wareng”, tingkat kelima setelah ayahnya Nabi Muhammad saw. “Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan,” begitu tulis Ibnu Hisyam dalam kitab “Sirah an-Nabawiyah”. Nama Qushay terletak posisi kelima di atas Nabi Muhammad saw.

“Quraisy adalah tashghiir (pengecilan) kata qursh yang berarti ikan besar (sejenis hiu),” lanjut ‘Awathif tentang versi ketiga nama Quraisy. Versi keempat menyebutkan Quraisy merupakan muraadif (kesamaan arti) kata taqriish yang berarti taftiish (memeriksa). “Sebab, Nadlr bin Kinaanah selalu mencari dan memeriksa apakah kebutuhan orang-orang miskin Makkah telah terpenuhi.”

Ada juga versi kelima yang menyatakan Quraisy berasal dari nama taqarrush al-maal yang berarti mengumpulkan harta dengan cara berdagang. “Quraisy berasal dari sikap suku ini yang taqarrashat ‘an (menghindarkan diri) dari mencari nafkah dengan melakukan penyerangan (gharah) dan pembegalan (ghazwah),” terang Awathif tentang asal-usul penyebutan Quraisy.

Meski terdapat banyak versi muasal penyebutan Quraisy, teori yang menyatakan taqarrush atau kumpulan lebih masyhur. Terjadi pada tahun 440 M, Qushay resmi memimpin Makkah setelah memenangi pertempuran dalam memperebutkan tanah suci itu. “Pada tahun 440 M Qushay ibn Kilaab memimpin Mekkah setelah mengalahkan suku Khuza’ah,” tulis sejarahwan A. Syalabi.

Menjadi penjaga Ka’bah, Qushay bin Kilab langsung mengumpulkan berbagai keluarga suku Arab untuk tinggal menetap di Makkah. “Kepemimpinannya terbukti efektif dalam mengelola sumber-sumber daya yang ada di sekitar Makkah,” tulis Marshall G.S. Hodgson dalam The Venture of Islam: Conscience and History in a WorId Civilization.

Selain melakukan berbagai inovasi kepemerintahan, Qushay bin Kilab juga menata masyarakat Makkah menjadi lebih berkota. Jika para penduduk Makkah biasanya hanya mendirikan tenda sebagai tempat tinggal di sekitar Ka’bah, dia mulai memerintahkan mereka menggantinya dengan bangunan permanen.

“Selain menyisakan ruang yang lapang di sekitar Ka’bah agar bisa dibuat thawaf, Qushay juga membuat kebijakan setiap sela dua rumah harus disediakan jalan yang menembus tempat thawaf,” tulis Martin Lings dalam Muhammad: His Life Based On The Earliest Sources.

Penataan organisasi pemerintahan juga dilakukan oleh Qushay dengan membentuk berbagai jabatan strategis dalam mengamankan dan menyemarakkan Makkah. Di antaranya adalah menunjuk personalia yang bertugas untuk menjaga pintu Ka’bah dan memegang kuncinya (al-Hijaabah), petugas yang menyediakan air untuk para tamu yang berziarah ke Ka’bah (al-Siqaayah), dan petugas yang menyediakan makan untuk peziarah Ka’bah (al-Rifaadah).

Selain ketiganya, Qushay juga membentuk petugas yang memimpin rapat tahunan masyarakat Makkah (al-Nadwah) dan pemegang panji perang (al-Liwaa’). “Juga menunjuk pemimpin pasukan jika akan berperang dengan orang luar yang disebut dengan al-Qiyaadah,” tulis Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad.

Sejarahwan Islam klasik memang tidak bersepakat tentang keberadaan enam lembaga ini. A. Syalabi misalnya, hanya menyebut al-Hijaabah, al-Siqaayah, al-Rifaadah, serta al-Liwaa’. Tanpa menyebut istilah al-Qiyadah dan al-Nadwah sebagai sebuah lembaga yang memakmurkan Makkah

Meski demikian, Syalabi dalam bukunya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Sejarah dan Kebudayaan Islam I”, ia menulis jika Daar al-Nadwah dibangun pada masa Qushay bin Kilab. Daar al-Nadwah dibangun secara khusus sebagai tempat bermusyawarah.

Jika ada satu masalah besar yang sulit untuk dipecahkan, mereka semua diundang untuk datang ke tempat itu untuk diselesaikan secara bersama sama. “Di tempat itu para pemimpin Quraisy biasa menikahkan anak-anak putri mereka, termasuk memutuskan perang dengan kelompok lain atau tidak, dan berbagai fungsi lain,” tulis Syalabi.

Quraisy merupakan nama salah satu suku manusia yang diabadikan sebagai nama surat al-Quran. Yaitu Surat Quraisy, terletak di juz 30 dengan urutan surat ke-106. Li-ilaa fii Quraisy.

Tulisan lain yang masih berkaitan dengan sejarah Mekkah dan Islam juga bisa dirujuk pada link: Zaman Jahiliyyah tapi Berkebajikan: Sisi Terang dalam Gelap Masyarakat Mekkah sebelum Islam (1) dan Percaya Allah Sang Pencipta: Sisi Terang dalam Gelap Masyarakat Mekkah Zaman Jahiliyyah (2). (abqaraya & paradis)

Exit mobile version