
PWMU.CO – Berangkat dari keprihatinan derasnya arus informasi yang semakin tak terarah dan membuat de orang salah kaprah, Yayasan Bait Al Hikmah terketuk untuk membuat sebuah gerakan yang dapat menjadi kontrol sosial berupa gerakan literasi, yakni Gazebo Literasi (GL).
Pendiri Yayasan Bait Al Hikmah Pradana Boy ZTF mengatakan, GL hanyalah sebagai wadah yang di dalamnya akan ada berbagai kajian dan gerakan mengenai literasi.
Menu literasi yang ditawarkan cukup banyak, lanjutnya, mulai dari literasi sastra, pendidikan, sosial, budaya, film, sejarah, media, hingga agama.
“Dari serangkaian gerakan yang telah dirancang tersebut, yang ingin ditekankan pada literasi di GL ini adalah tentang pentingnya literasi tradisional, yakni belajar bersama dan bertemu,” jelas Boy—sapaannya.
Menurutnya, bertemu adalah salah satu kunci karena ada sesuatu yang tak tergantikan yaitu kehadiran sosok guru. “Tidak melulu masalah pelajaran yang disampaikan, namun juga lebih pada jiwa dari guru itu sendiri,” tutur pembina GL ini.
GL yang terletak di Jalan Raya Dermo Mulyoagung Malang ini,
dilengkapi dengan beberapa koleksi buku yang dapat dibaca siapa saja dan kapan saja.
Penanggung jawab GL Muhammad Edi Sucipto menjelaskan, tempat ini sebenarnya semacam kafe yang tidak sekadar menjual makanan atau minuman, tapi juga memfasilitasi kegiatan literasi.
“Pengunjung yang datang bukan hanya dapat memesan makan atau minum namun juga bisa menikmati menu kudapan untuk jiwa secara gratis, yakni kajian,” tuturnya saat ditemui usai pembelajaran Tahfidh Quran Tematik, Senin (12/3/18).
Agar selaras dengan suasana literasi, menu yang disajikan sengaja didesain agar satu tema dengan literasi. “Seperti kopi nusantara, minuman multikultural, minuman tradisional, minuman capital, serta minuman puritan,” ujarnya.
Dengan begitu, Edi—sapaan akrabnya—berharap pengunjung benar-benar merasakan suasana yang menyenangkan dalam berliterasi. “Ketika menimba ilmu lalu merasa haus atau lapar, mereka bisa langsung memesan di tempat,” harapnya.
Selain itu, adanya GL ini dapat memperkuat hasanah keilmuan di Kota Malang. “Orang jadi tidak mudah terseret arus perdebatan, mudah menerima perbedaan, serta mudah menyatakan sikap-sikap positif terkait perbedaan,” ungkapnya.
Semoga dari tempat kecil ini, lanjutnya, dapat melahirkan gagasan yang besar dan bermanfaat bagi masyarakat.
Literacy is not just about the written word. (Maharina/AK)

Discussion about this post