
Nadjib Hamid saat mengisi materi Integritas Bermuhammadiyah.
PWMU.CO– Ujian integritas diri paling berat justru ketika berkiprah di luar Muhammadiyah. Sebab di tempat itu memang banyak godaan iman dan mendapat cemoohan karena dianggap sok suci.
Hal itu dikatakan Wakil Ketua PWM Jatim Nadjib Hamid MSi ketika menceritakan pengalaman menjabat komisioner KPU Provinsi Jawa Timur pada 2008-2014. Cerita itu disampaikan kepada peserta Diklat Guru dan Karyawan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang digelar Majelis Dikdasmen PCM Kota Sidoarjo di Trawas, Sabtu (10/3/2018).
Baca Juga: Kader IMM Harus Tampil Percaya Diri di Pentas Nasional
”Saya bersyukur bisa lulus ujian integritas, berkat tempaan Muhammadiyah,” tandas Nadjib saat menyampaikan materi Integritas Bermuhammadiyah.
Karena menolak terlibat dalam birokrasi yang korup, sambung Nadjib, kader Muhammadiyah kerap dijuluki sebagai orang tidak bisa diajak kompromi. Alasannya tidak mau berkolusi untuk hal-hal yang berbau korupsi.
“Beliau itu tidak akomodatif,” kata Nadjib menirukan cemoohan dari salah satu staf kantor penyelenggara pemilu tersebut. “Saya tidak menyesal disebut tidak kompromis. Saya justru merasa memperoleh respek dari banyak pihak dan mendapat berkah luar biasa gara-gara integritas itu,” kisahnya.
Ia mencontohkan lagi ada beberapa orang pernah mencoba memberi “hadiah” saat berlangsung penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada, termasuk dalam hal biaya perjalanan dinas. Semua tawaran itu ditolaknya.
Nadjib menegaskan soal integritas tidak bisa hanya diukur oleh lamanya seseorang dalam ber-Muhammadiyah. Tidak bisa dilihat dari dikotomi kader asli dan tidak asli Muhammadiyah.
“Banyak mualaf atau orang yang baru masuk Muhammadiyah justru memberikan kontribusi besar pada persyarikatan. Sebaliknya tidak sedikit yang mengaku kader asli yang sejak di kandungan sudah Muhammadiyah, malah merepotkan,” ungkapnya.
Karena itu, ia berpesan agar semua guru dan karyawan Muhammadiyah dalam bekerja di amal usaha tidak semata berniat kerja untuk dapat ujrah (upah), tapi diniatkan pula beribadah untuk membesarkan dakwah Muhammadiyah sehingga dapat ajrun (pahala).
Menanggapi materi tersebut Syaifullah Rachim, peserta dari SDM 1 Pucang Anom Sidoarjo menyatakan, integritas tokoh-tokoh Muhammadiyah telah membuat persyarikatan ini besar. ”Ketika kader-kadernya diamanahi jabatan publik, melaksanakan tugasnya dengan penuh integritas, bukan saja perseorangan yang menuai buahnya, Muhammadiyah juga mendapat berkahnya,” katanya.
Turut hadir sebagai narasumber dalam Diklat selama dua hari Sabtu-Ahad (9-10/3/2018), Dr Bagus Aniputra (Dosen Unair), Wakil Sekretaris PWM Jatim Dr Biyanto, Kepala SMK Mutu Gondanglegi Pahri MPdI, dan Kepala SMPM 1 Sidoarjo Aunur Rofiq MSi.
“Diklat ini sebuah kebutuhan bagi guru dan karyawan untuk mempertahankan keunggulan sekolah yang sudah dimiliki dan ditindaklanjuti dengan diklat di tempat kerja (DDTK) untuk mengetahui hasilnya,” pesan Ketua PCM Sidoarjo, Itqon Marsudi MA saat menutup acara. (Enik)
Discussion about this post