Carter Satu Bus untuk Rihlah Dakwah dan Bertemu Sang Idola

Para pengurus berpose dengan sang idola, M. Sholihin (tengah berpeci putih) usai acara (foto: Azizah/pwmu.co)

PWMU.CO-Segenap Pimpinan Ranting (PR) Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah (NA) Weru-Paciran-Lamongan melakukan kunjungan ke SD Muhammadiyah 4 Pucang-Surabaya, Sabtu (17/3/2018). Kunjungan yang diikuti sekitar 30 pengurus ini dilakukan dalam rangka rihlah dakwah, juga sekaligus untuk bisa mendapat suntikan baru tentang bagaimana ber-Muhammadiyah dengan benar.

“Kami ingin mendapat motivasi dan semangat baru dalam ber-Muhammadiyah”, aku Ketua PR Pemuda M. Thobib ketika tiba di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya.

Keinginan tersebut disampaikan karena kebetulan di SD Muhammadiyah 4 Pucang itu juga terdapat Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Timur,  M. Sholihin. Sosok Sholihin memang selama ini merupakan idelola mereka. Mereka berharap bisa difasilitasi dan diberi kesempatan untuk mendapatkan motivasi. Sholihin pun dengan senang hati menyambut rombongan pengurus Muhammadoyah dari Weru Paciran tersebut.

Lebih dari dua jam, Sholihin memberikan ceramah dan motivasi terhadap mereka. Sholihin banyak memberikan motivasi termasuk menjelaskan bagaimana berorganisasi yang benar menurut  Muhammadiyah. “Banyak sekali yang suka berorganisasi tetapi tidak suka ber-Muhammadiyah,” kata Sholihin dengan nada serius.

Lebih lanjut, pria asli Lamongan ini menjelaskan bahwa dalam berorganisasi ada empat syarat yang harus dipenuhi. Syarat pertama, tambah dia, adalah berkumpul. Adanya beberapa orang yang berkumpul untuk tujuan kebaikan. Syarat kedua, lanjut dia, adanya aturan. Aturan itu berupa AD/ART organisasi. Termasuk di dalamnya terdapat tujuan yang akan dicapai. Orang berorganisasi harus tahu tujuan. Jika tidak tahu tujuan bagaikan pergi ke Surabaya. Meski naik mobil bagus, namun jika tidak tahu alamat yang mau dituju, maka tidak akan pernah sampai.

Syarat ketiga, kata dia, adalah leadership. Berorganisasi harus menyiapkan diri sebagai kader. Kader yang punya jiwa sebagai leader. Leader adalah orang yang selalu menjadi terdepan dan pemimpin. Bagi dia, pemimpin itu tidak harus menjadi ketua. Pemimpin punya tanggungjawab, berani menghadapi masalah, memiliki sikap bijaksana dan mengutamakan kepentingan bersama.

Pemimpin tidak ada masa jabatannya, sementara ketua ada masanya. Kalau ketua, dia bekerja sesuai aturan, tetapi pemimpin sesuai keteladanan. Bukan berarti aturan tidak perlu tetapi sebagai frame untuk melakukan keteladanan. Pemimpin itu menginspirasi. Ketika yang lain rapuh ia mampu menguatkan. Ketika orang lain merasa tidak mampu, ia mampu meyakinkan. Lebih baik berbuat  meski salah, daripada berpikir walau benar.

Syarat keempat, kata dia, adalah managemen. Mengatur orang lain untuk mencapai tujuan dan untuk membangun kesadaran, baik kesadaran kolektif, humanis maupun spiritual.

Para peserta menyimak dengan antusias. Meski materinya tergolong serius, namun karena Sholihin menyampaikan dengan ringan dan sesekali diselingi dengan joke, peserta pun terlihat sangat menikmati. Seperti Ummu Kultsum sangat terkesan dengan kegiatan ini. “Saya sangat senang dengan kegiatan ini. Di samping dapat ilmu juga ada refreshingnya. Apalagi bertemu Pak Sholihin. Orangnya lucu, materi yang disampaikan juga mudah, jadi gampang dimengerti,” kesanya. (Azizah)

Exit mobile version