PWMU.CO – “Hidup adalah perjuangan, kita tidak tahu sampai kapan perjuangan ini akan berakhir, oleh karenanya berjuanglah untuk mempertahankan hidupmu agar bermanfaat bagi orang lain,” ucap Suparlan sesekali membetulkan penutup kepalanya.
Topi semi-peci khas yang dikenakan membuat pria kelahiran 9 April 1964 ini tampil beda di antara Peserta Milad ke-2 PWMU.CO lainnya. Ditemani sepeda motor kesayangan, perjuangannya hadir di Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Jalan Kertomenanggal IV nomor 1 Surabaya patut diacungi jempol.
“Berangkat setelah tahajud jam tiga pagi dari rumah. Ya, saat lelah, berhenti sebentar di masjid-masjid. Shalat, trus lanjut lagi perjalanan. Di Bareng, Jombang tadi berhenti, di Mojoagung, dan Trosobo sempat mampir juga. Alhamdulillah jam tujuh sampai sini,” jelas Dahlansae, nama medsosnya.
Kontributor asal Pare, Kediri ini rela menembus dinginnya udara pagi sejauh 64 mil atau 103 km demi menghadiri hari jadi portal media online Muhammadiyah Jatim yang dikenalnya setahun lalu.
“Saya kenal PWMU.CO dari Ustadz Sugiran, kontributor Bondowoso ketika pertemuan MPS se-Jatim di Kediri,” ungkapnya.
Ketua Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pare itu merasa seperti menemukan sesuatu yang hilang, saat menjadi keluarga besar PWMU.CO.
“Saya kangen dengan dunia jurnalis seperti ini. Sebenarnya saya sering kirim berita di Suara Muhammadiyah Jogja, lalu tahun 1980-an, saya berlangganan majalah Kuntum IPM. Kalau di SM Jogja, harus nunggu lama baru terbit tulisannya, he he,” ujar penyiar radio swasta di Pare tahun 2000 ini.
Dia melanjutkan, PWMU.CO ke depan bisa menjelma sebagai media nasional agar gerak amar makruf nahi mungkar bisa tersebar ke seluruh penjuru.
“Saya juga bermimpi, Muhammadiyah Jatim punya televisi. Saya maklum, mungkin ini cuma bermimpi di siang bolong atau ibarat punguk merindukan bulan, tetapi saya haqqul yakin suatu saat nanti insyaallah kita memiliki stasiun televisi konvensional,” harapnya. (Ria Eka Lestari)
Discussion about this post