
Kelompok Aisyah menyanyikan lagu dengan syair gubahan versinya sendiri (foto: Humaiyah/pwmu.co)
PWMU.CO-Perempuan merupakan makhluk unik dan sentimentil. Apapun yang menyentuh perasaannya, tidak jarang membuat langsung trenyuh, berempati, dan simpati. Ekspresinya pun bermacam–macam. Mulai dari tertegun, dada sesak menahan haru, hingga mencucurkan air mata. Ini juga yang terjadi di kelas 8A SMP Muhammadiyah 04 Tanggul (SMP Muhata), Rabu (28/03/2018).
Saat pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), Humaiyah S.Pd selaku guru meminta siswanya mengubah lagu yang yang sedang digandrungi anak muda, Surat Cinta Untuk Starla (Virgoun). “Tolong syair lagu Surat Cinta Untuk Starla kalian ubah syairnya menjadi yang lebih Islami atau apa saja yang bisa kalian tujukan kepada orang yang selama ini sangat berjasa dalam hidup kalian, bisa orang tua, sahabat, dan lain–lain,” pinta Humaiyah.
Setelah memberikan perintah, Humaiyah kemudian membagi anak didiknya menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua-tiga anak. Mereka diberi waktu setengah jam untuk mengubah syair lagu tersebut. Terlihat masing–masing kelompok sibuk merangkai kalimat dan mencocokkkan dengan nada lagunya.
Begitu waktunya sudah habis, Humaiyah meminta setiap kelompok mempresentasikan gubahan syairnya secara lengkap dengan menyanyikan di depan kelas. Kelompok Aisyah, cs mendapat giliran pertama untuk tampil di depan. Dengan penuh khidmat dan syahdu, Aisyah cs mulai menyanyikan syair lagu gubahan.
“ Terima Kasih Ibuku”
Ku terima kasih padamu,yang telah melahirkan diriku.
Kau tak pernah ada mengeluh, tuk merawat dan menjagaku.
Takkan habis kasih sayangmu,tuk kau berikan padaku.
Kan ku berdoa pada Tuhan, Untuk kau bahagia selalu.
Reff Dalam doaku menyertaimu, tak lupa sujudku mendoakanmu
Karna kaulah ibuku, yang selalu ada dalam hatiku.
Aku pernah berpikir tentang, hidupku tanpa ada dirimu
Dapatkah ku hidup tanpamu, tanpa kasih dan sayangmu.
Aku slalu mendoakanmu,untuk sehat selalu.
Tetap saja ada kasih sayangmu,meski kadang ku tak menghiraukanmu.
Maafkan ..oh..ibu,yang mengecewakanmu.
Bila suatu hari kau meninggalkanku.
Syair laku itu dinyanyikan dengan penghayatan mendalam. Kontan suasana kelas jadi hening. Semua terpesona dengan syair gubahan kelompok Aisyah. Tak terasa terdengar suara tangisan memenuhi ruangan. Beberapa anak malah saling berangkulan sambil menangis. Malah Sintiawati, salah satiu siswanya berlari ke pojok ruangan sambil menangis terisak lama sekali. Humaiyah pun menghampiri anak tersebut.
“Kenapa Mbak, kamu ingat ibumu?” tanya Humaiyah.
“Iya Bu, aku hanya tinggal berdua dengan nenek, ibuku bekerja,” jawab Sintiawati dengan posisi kepala masih tertunduk dan mata memerah berkaca-kaca.
Dengan suara pelan, Humaiyah menasihati bahwa semuanya ada hikmahnya. “Ambil hikmahnya sayang. Mengapa ibumu kerja jauh, itu untuk membuatmu belajar menjadi manusia yang kuat, Nak,” nasihat Humaiyah sambil memeluk Sintia. Sintia pun mengangguk.
“Kenapa kau menangis juga?” tanya Humaiyah kepada Geanika dan Rintan yang duduk di samping kiri dan kanan Sintia. Setelah mendengar jawaban mereka, Humaiyah paham bahwa mereka juga tidak tinggal dengan ibunya. Ibunya merantau mengadu nasib. Pantaslah jika mereka tumbuh dengan menahan rindu kepada sosok seorang ibu. (Humaiyah)
Discussion about this post