PWMU.CO – Warga Muhammadiyah Gresik mendapat siraman motivasi dari Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr H Abdul Mu’ti MEd, saat berlangsung “Tabligh Akbar dan Persiapan Pembangunan Gedung Baru SMA Muhammadiyah 1 Gresik”, di Randu Agung, Kebomas, Gresik, Sabtu (31/3/18).
“Muhammadiyah kadang disebut pengutang premium karena untuk membangun AUM (amalan usaha Muhammadiyah) biasanya berutang dan selalu bisa melunasinya dengan baik. Untuk itu Muhammadiyah tidak bisa disebut sebagai gharim yang berhak mendapat zakat,” kelakar mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah tersebut. Utang itu, menurutnya, bagian dari dinamikan Muhammadiyah yang selalu beretos membangun.
Abdul Mu’ti mengatakan, “Muhammadiyah tidak pernah berhenti membangun. Dan membangun itu bukti kekuatan soliditas organisasi.”
“Kalau tak solid, jangankan membangun rapat saja banyak yang ghaib. Rapatnya lewat WA,” ujar Mu’ti yang tetap tak setuju jika rapat dilakukan secara online, meski perkembangan teknologi informasi semakin berkembang pesat. “Namanya rapat ya bertemu secara fisik,” ucapnya.
Menurtu Mu’ti kalau organisasi bisa membangun, maka organisasi itu kuat. “Membangun itu sebagai bukti kekuatan iman warga Muhammadiyah. Sebab, ciri orang bertakwa atau beriman itu selalu dikaitkan dengan kedermawanan. Orang bertakwa itu salah satu cirinya alladzina yunfiquna fis sarro-i wadhdhorro-i (orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,” papar dia mengutip salah satu potongan ayat 134 Alquran Surat Ali ‘Imron.
“Baik kaya atau miskin tetap berderma,” ucapnya sambil menyampaikan bahwa berderma tidak harus dengan harta, bisa dengan pikiran, tenaga, atau apa saja yang dimilikinya. “Bisa juga berderma dengan abab seperti saya,” candanya. Maksudnya, berderma dengan menyampaikan ilmu dengan ceramah.
Mu’ti menegaskan, berdirinya bangunan-bangunan ini menunjukkan kekuatan iman dan kekuatan takwa warga Muhammadiyah.
Dia menceritakan, sebelum meletakkan batu pertama pembangunan gedung baru SMAM 1 Gresik, dia baru saja meletakkan peletakan batu pertama pembanguan masjid di kompleks SMAM 1 Jombang.
“Di Tanggerang Selatan saya juga meletakkan batu pertama pembangunan Gedung Dakwah Muhammadiyah. Sekarang di sini peletakan batu pertama lagi,” ungkap dia.
Mu’ti mengatakan, mungkin kalau imannya sudah menipis, andalannya itu sumbanga, meskipun dengan cacatan sumbangan tidak mengikat. “Muhammadiyah membangun karena kedermawanan anggotanya,” kata dia.
Mu’ti menekankan, sumbangan untuk sekolah termasuk amal jariyah yang tidak terputus amalnya. “Bahkan setelah kita sudah tiada,” tambah dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, sambil menyitir hadits shahih yang masyhur itu. Dia juga mengingatkan, kalau ingin masuk surga jangan pelit.
“Kekuatan intelektual dan inovasi di kalangan Muhammadiyah Gresik sudah dikenal. Makna fastabiqul khairat berlomba-lomba dalam kebaikan dengan tidak perlu melemahkan yang lain tapi harus unggul daripada yang lain. Be the first, be the best,” ungkapnya, menirukan salah satu moto SMAM 1 Gresik.
Mu’ti menejelaskan, ayat tentang fastabiqul khairat dalam Alquran selalu diikuti kemajemukan atau pluralitas. “Makna fastabiqul khairat tersebut menjadi dasar Muhammadiyah berkemajuan. Muhammadiyah harus unggul dengan tanpa perlu mengamputasi kemajuan warga yang lain,” terangnya.
Mu’ti iktu berbahagia karena etos kedermawanan dan fastabiqul khairat warga Muhammadiyah bisa memberi manfaat pada umat. Dia memberi contoh kepedulian PP Muhammadiyah melalui Lazismu yang menyumbangkan Rp 22 miliar untuk pengungsi Muslim Rohingya, yang Rp 6 milyar dari jumlah itu berasal dari Jatim.
Dia juga mengabarkan bahwa Muhammadiyah akan mendirikan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di Sudan. “Juga Markas Dakwah Muhanmadiyah di Kairo Mesir dan kompleks pendidikan Muhammadiyah di Melbourn Timur Australia. Sudah beli 10 Ha tanah Muhammadiyah di sana,” urainya.
Mu’ti menegaskan, pendidikan adalah investasi yang sangat penting. Bukti teologisnya, dalam Alquran disebutkan bahwa orang-orang yang hebat adalah yang beriman dan berilmu. “Ayat yang lain mempertanyakan, apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu,” kata Mu’ti.
Bukti historis, kata dia, Islam unggul dalam peradaban selama 700 tahun karena keluhuran ilmu dalam membangun peradaban. “Bukti empiris, negaga-negara yang maju adalah negara yang pendidikan atau SDM-nya berpendidikan tinggi,” kata Mu’ti. (MFA/MN)
Discussion about this post