Calon MC Smamda Sidoarjo berlatih olah vokal.
PWMU.CO-Meski wisuda lulusan SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo masih satu setengah bulan lagi, persiapan sudah dimulai. Acara bergengsi yang dilaksanakan setahun sekali ini selalu menyita perhatian luar biasa.
Maklum ini persembahan terakhir buat siswa Smamda kelas XII, karena itu harus berkesan. Persiapan paling awal dilakukan divisi acara. Yaitu melatih pemandu acara atau MC (Master of Ceremony). Bertempat di Sanggar Bahasa Smamda latihan resmi dimulai, Jumat (6/4/2018).
Baca Juga: Belajar Jadi Mubaligh, Siswa SMAMDA Nyantri di Pondok Elkisi
“Sekarang saya ingin mendengar suara asli kalian, tunjukkan seperti apa adanya,” tutur Alfi Faridian, guru yang menjadi koordinator pelatihan MC.
Satu-persatu pasangan MC maju membawakan runtut acara sesuai bagiannya. “Memang tim ini terdiri dari empat pasang sesuai bahasa yang akan ditampilkan. Ada Inggris, Arab, Jawa, dan Jepang. Sedangkan bahasa Indonesia berlaku otomatis, semua tim harus bisa,” terang guru bahasa Indonesia ini.
Selesai tampil, masing-masing tim dapat masukan mengenai kekurangannya dari pelatih maupun sesama tim. Setiap tim masih terkesan malu-malu, takut buka suara sehingga artikulasi dan intonasi belum jelas.
“Sekarang semua berdiri, buat dua shaf selang-seling sehingga semua bisa lihat wajah masing-masing di cermin,” kata Alfi. Sebelum latihan MC dimulai, ada tiga kegiatan wajib yang harus dilakukan. Pertama, wajib tersenyum. Semua tersenyum mengikuti aba-aba dari Alfi.
Kegiatan kedua adalah senam. Gerakan senam ini sederhana, hanya toleh kanan toleh kiri, angguk-angguk atas bawah, mirip pemanasan pada senam. Hanya saja dilakukan dengan duduk bersila dan posisi tangan di pinggang, mirip orang senam yoga. Juga dengan berhitung 2×8, tegas dan lantang.
Kegiatan ketiga, latihan vokal yang terdiri kalimat-kalimat unik dengan kecepatan yang berbeda-beda. “Coba semua bilang, mama papa dadah nana fafa,” perintah Alfi. Semua tim MC menirukan, mama papa dadah nana fafa dengan kecepatan 20, naik 40, dan naik lagi jadi 60.
Fasih melafalkan kalimat pertama dilanjut kalimat kedua. Kaki koko kakakku luka kaku-kaku. Kalimat ketiga, beras petas cangkir cucian keleleran, juga dengan kecepatan yang sama. Baru setelah fasih, semua pengucapan digabung dengan kecepatan yang sama.
“Ini harus dilatih terus menerus agar lidah mudah melafalkan kalimat. Di rumah juga harus dilatih agar tidak kaku lagi. Tapi harus beri tahu orangtua, nanti bisa kaget mendapati anaknya kok jadi begini,” ujar Alfi disambut tawa para siswa. (Ernam)
Discussion about this post