
PWMU.CO– Nilai kesantunan anak-anak remaja sekarang, terutama di kota besar mulai luntur. Apalagi bagi mereka yang menyebut dirinya sebagai anak zaman now, generasi millenia yang lahir tahun 1995-2000. Tentu ini sangat memprihatinkan, padahal mereka merupakan geenerasi penerus yang akan memimpin bangsa menggantikan tua.
Hal tersebut disampaikan Dr H Mahsun Jayadi MAg dalam Pengajian Ahad Pagi di Masjid Al Jihad Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Situbondo, Ahad (08/04/2018). “Bagaimana mereka akan memimpin bangsa kalau pola pikir mereka masih timpang seperti sekarang ini?” tanya Mahsun Jayadi yang juga Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini dengan nada serius pada ratusan jamaah yang hadir.
Mahsun kemudian melanjutkan kalimatnya dengan menyebut kriteria generasi millenia. Menurut Mahsun, ada empat ciri khas generasi Millennial. Ciri pertama, kata dia, mereka tidak bisa hidup tanpa handphone (HP). Kalau HP tertinggal, mereka akan kebingungan, karena mereka hidup dalam era kemajuan informasi.
Berita-berita sekarang, lanjut Ketua PDM Kota Surabaya ini, luar biasa, sehingga terkadang anak-anak sembunyi di kamar dan berinteraksi dengan luar angkasa lewat dunia maya. “Kalau ditegur ibunya apakah sudah mengaji, mereka akan menjawab, di HP-ku ada al Qurannya, Bu. Ini juga sambil mengaji,” tutur Mahsun.
Ciri kedua, kata dia, mereka sudah tidak percaya 100 persen informasi dari bapak dan ibunya. Mereka lebih percaya kepada internet. Padahal pendangkalan aqidah via internet sangat luar biasa dan masif, bisa dari kaum liberal maupun non muslim. “Sekarang ini, lebih manjur mbah google daripada orang tuanya,” kata Mahsun yang disambut ger-geran peserta pengajian.

Kemudian ciri yang ketiga, kata dia, generasi millennial punya kecenderungan hanya bersosialisasi dengan kelompoknya, tidak berinteraksi dengan masyarakat luas. Ada klub motor, klub mobil, dan yang lainnya. Bahkan anak gelandangan pun punya klub atau yang dikenal dengan anak pank. Kadang mereka tidak kenal dengan tetangga.
Dan ciri keempat yang sangat berbahaya, menurut pria asli Lamongan ini, mereka merasa lepas dari ikatan keluarga. Mereka tidak kerasan di rumah. Hal itu disebabkan, lagi-lagi problem di perkotaan, karena bapak dan ibunya sama-sama sibuk dan repot. Berangkat kerja, si anak belum bangun, dan ketika pulang kerja, si anak sudah tidur, sehingga tidak sempat berkomunikasi dengan anak. (Sugiran)
Discussion about this post