PWMU.CO-Soal politik, orang Muhammadiyah itu semangatnya hanya suka membicarakan saja. Giliran ditawari menjadi calon legislatif (caleg) tidak ada yang berani maju.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Hajriyanto Y. Thohari melontarkan kritiknya itu saat menjadi pembicara dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pendidikan Kader (MPK) PP Muhammadiyah di Gedung BAU Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (14/4/2018).
Baca Juga: Mayoritas tapi Rasa Minoritas, 1 dari 3 Aspek Keumatan Bahasan Rakernas II MPK
Hajri dalam kesempatan itu diminta untuk memaparkan materi transformasi kader Persyarikatan di bidang politik. “Orang Muhammadiyah kalau ngomongin politik itu semangat sekali. Tapi tidak ada yang berani maju jadi caleg,” katanya di hadapan ratusan peserta.
Hajri menceritakan, satu ketika dirinya pernah ‘menyabotase’ acara LHKP (Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik) karena melihat lembaga ini tidak ada gerakan. Hajri pun berinisiatif untuk mengumpulkan orang Muhammadiyah yang kelihatannya suka dengan politik.
“Saya akhirnya bisa mengumpulkan 225 peserta untuk bertemu di Jakarta. Sabotase acara itu karena saya melihat LHKP kok gak gerak-gerak,” tuturnya.
Tapi, kata Hajri, begitu kita menjaring dan menyusun betul siapa yang mau menjadi caleg, bahkan sudah dibicarakan dengan semua partai politik, dan mereka pokoknya siap menampung kader Muhammadiyah yang bersedia . Apalagi yang mempunyai elektabilitas tinggi.
“Ternyata sampai mati mereka tidak jadi apa-apa. Orang Muhammadiyah itu sukanya hanya gemenyar dan kemeron atau hanya mau pilih ini apa itu? Akhirnya ya cuma jadi pengamat, atau penulis artikel tentang politik saja,” ungkapnya disambut tawa hadirin.
Saat ini, lanjut politisi partai Golkar ini, banyak sekali mencari pengamat maupun penulis artikel politik di Muhammadiyah. Tapi sulit sekali mencari operator politik. “Saya pun akhirnya bilang sama anak muda kita gak usah pinter-pinter dech, yang penting bisa jadi operator politik,” tandasnya. (Aan)
Discussion about this post