
PWMU.CO – Kebahagiaan Nurul Lusiana untuk memiliki buah hati harus dibayar mahal. Warga Desa Banyutengah, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, itu harus kehilangan rahim usai melahirkan anak pertamanya: Vania Lashira Al Amir. Bukan hanya kehilangan rahim, Nurul juga harus menanggung utang puluhan juta rupiah untuk biaya operasi.
Kepada PWMU.CO yang hadir bersama rombongan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Gresik, Lazismu Gresik, Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah Banyutengah, dan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Panceng Syuhadak MPdI untuk menjenguknya, Selasa (24/4/18), Nurul menceritakan kisahnya.
“Awalnya, perut saya terasa kenceng-kenceng seperti tanda-tanda mau bersalin. Itu terjadi tanggal 9 April 2018,” ungkapnya. Saat itu, sambungnya, saya langsung dilarikan ke Rumah Sakit Khodijah Sidayu, Gresik.
“Di sana saya dicek masih pembukaan satu. Lalu, saya dirangsang obat (diinduksi) sebanyak tiga kali namun masih tidak ada tanda-tanda melahirkan. Bidan rumah sakit mengatakan, jika yang ketiga gagal saya harus operasi,” kisah wanita kelahiran Lamongan itu.
Nurul mengisahkan, karena biaya operasi tidaklah sedikit bagi warga tak mampu seperti dirinya, maka ikhtiar lain ditempuh. “Ada saudara saya menyarankan untuk minum air Rumput Fatimah. Tidak lama setelah itu, tepat pukul 19.00 tanggal 10 April 2018 saya langsung melahirkan,” ungkapnya.
Seperti diketahui, air rendaman Rumput Fatimah adalah salah satu cara merangsang atau mempercepat persalinan yang paling populer di Indonesia. Tapi oleh beberapa dokter disebut berpotensi mengakibatkan keguguran.
“Alhamdulillah proses persalinan berjalan normal. Namun masalah terjadi ketika pukul 22.00 saat saya menyusui , tiba-tiba darah segar keluar dari jalan lahir saya. Saya panik dan dokter menolong saya, namun kondisi tidak juga membaik,” urainya.
Akhirnya Nurul dirujuk ke Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya. “Saat itu langsung dilakukan tindakan berupa operasi dan tranfusi darah. Setelah itu, saya baru sadar kalau rahim saya diangkat,” kata Nurul yang kini berusia 23 tahun.
Amir, suami Nurul Lusiana, menambahkan, dialah yang menandatangani berkas-berkas persetujuan pengangkatan rahim meski sebenarnya dia tidak mengerti apa yang dimaksud rahim.
“Jadi ketika dokter mengatakan hal tersebut saya hanya mengiyakan. Ditanyain (pasien) umum, ya saya ikut saja. Saya takut kehilangan nyawa istri saya, karena perawat dan dokternya bilang kalau sewaktu-waktu bisa meninggal di meja operasi,” terang Amir dengan raut sedih.
Mendengar cerita itu, kepada Amir, Ketua Departemen Sosial PDNA Gresik Nurul Afiana menjelaskan bahwa Nurul Lusiana memang mengalami komplikasi persalinan yakni mengalami hemorarghi post partum karena rupture uteri alias rahimnya sobek.
“Bu Nurul saat itu harus segera mendapatkan penanganan berupa tranfusi darah dan histeroktomi atau dikenal dengan pengangkatan rahim, guna menyelamatkan nyawanya, ini yang saya baca dari dokumen medisnya,” ujar bidan yang praktik di BMP (bidan mandiri praktik) As-siha di Dusun Sono, Desa Ketanen, Kecamatan Panceng.
Amir menjelaskan, sebenarnya dia ditawari sebagai pasien BPJS oleh pihak rumah sakit. “Kami diminta untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Namun karena istri saya masih warga Lamongan dan kartu keluarga belum kami urus untuk disatukan, jadinya datanya tidak sinkron sehingga tidak bisa menggunakan fasilitas BPJS,” ungkapnya.
Amir melanjutkan, untuk biaya operasi sebagai pasien umum ia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 34 juta. “Itu uang pinjaman ke sana ke mari. Tapi alhamdulillah banyak rekan-rekan dari keluarga besar Muhammadiyah yang ikut membantu. Kini sisa utang tinggal Rp 11 juta. Saya sebelumnya sempat putus asa, sampai akan menjual ginjal saya,” ungkap Amir yang bekerja sebagai sopir pada usaha galian batu warga setempat.
“Saya ini kerjanya tidak menentu. Kadang seminggu dapat Rp 500,000 kadang Rp 300.000,” ucapnya. Di sini saya tulang punggung keluarga, karena saya menghidupi istri dan ayah saya, dan saya serumah dengan adik saya yang sudah berkeluarga, jadi serumah ada enam orang termasuk bayi saya,” ujar Amir.
Kepada PWMU.CO, Kepala Kantor Lazismu Gresik Minal Abidin menjelaskan, bahwa pihaknya ikut prihatin akan musibah yang dialami keluarga Amir.
Oleh karena itu Lazismu bekerja sama dengan PDNA Gresik membuka donasi untuk membantu meringankan beban mereka.
“Mohon donasi bisa dikirim melalui BRI Syariah an Infaq Program dengan nomor rekening 103 4610 483, dan mohon diberi angka 6 di akhir donasi untuk identifikasi, contoh Rp. 100.006. Donasi akan kami tutup pada 18 Mei 2018,” ujar Abidin.
Abidin menambahkan, untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi Nurul Afiana dengan WA 085745350157 atau Liesna Eka Noviani di WA 085643067654). (Afi/Liesna)
Discussion about this post